ALFA

By uchihacia

6.2M 360K 13.9K

Gimana jadinya kalau seorang badboy jatuh cinta pada pandangan pertama? Pada seorang gadis yang ternyata adal... More

PROLOG
1. AWAL KESIALAN
2. LION GENG
3. EMANG LO SIAPA?
4. CRAZY THING
5. KETAKUTAN GABY
6. UNGKAPAN
7. INTROGASI
8. JADIAN?
9. MISS YOU
10. PROMISE
11. JEALOUS
12. MASALAH
13. AMARAH
14. BAIKAN
15. LOVE YOU
16. CAMER
17. ANCAMAN
18. MODUS
19. TIPUAN
20. RECEH
21. LAMPU IJO
22. BIANG MASALAH
23. TAK TERDUGA
24. JEALOUSY
25. KABAR MENGEJUTKAN
26. MASALAH BARU
27. KEJUTAN
28. SAH!
29. MALAM PERTAMA?
30. PINDAHAN
31. SI PALING PRIORITAS
32. MABAR
33. SUAMI IDAMAN
34.KESABARAN ALFA
35. GALANG
36. POSESIF
37. MILIK ALFA SEUTUHNYA
38. BERULAH
39. NASEHAT MAMA
40. FAKTA SEBENARNYA
41. SAYANGNYA ALFA
42. STRATEGI
43. MASALAH SELESAI
44. OLAHRAGA-MALAM?
45. GREGET UDAH NGEBET
46. SOFT BOY
47. KATA MAAF
48. MUNGKINKAH?
49. POSITIF WOI
50. PERKARA SUSU
52. SEPATU JORDAN
53. MARTABAK BOBA
54. UNDANGAN
55. SHOPPING
56. WELCOME BABY BOY
57. MY LADY
58. GAY? AND END
CERITA BARU

51. NGIDAM VERSI GABY

74K 4.7K 230
By uchihacia

“Stop Comparing Your Self With People.”
Kamu hebat dengan cara kamu sendiri. Tidak peduli seberapa banyak yang membaca dan menyukai tetaplah menulis, karena menulis hanya pelampiasan, tapi itu lebih baik daripada memendam perasaan.


Udah double up jadi jangan lupa tembusin targetnya. Komen juga kalo perlu biar tambah rame

Alfalovers mana suaranya??

Bentar lagi mendekati ending terus setia nungguin aku update ya

Typo? Tandai

Happy reading🔥🔥


Sudah hampir dua jam Gaby terus menerus menatap manusia tampan yang berada di depannya tanpa bosan. Dulu biasanya ia akan langsung enyah daripada berlama-lamaan melihat wajah menyebalkannya. Tetapi kini karena kehamilannya yang begitu spesial, entah kenapa kegiatan yang sebenarnya tidak ada faedahnya justru terasa berbeda dari sebelum-sebelumnya.

Gaby mengulum senyumnya saat tahu cowok di hadapannya sedang berusaha mengabaikannya. Menganggapnya seolah tidak ada atau justru sedang berpikir jahat untuk melemparnya keluar jendela akibat terus ia pelototi.

Cowok dengan lesung pipi dan alis tebal itu terlihat sibuk mengerjakan sesuatu di laptopnya, terkadang mengernyit, bergumam tidak jelas lalu tiba-tiba tersenyum dengan ekspresi konyol.

“Mau sampai kapan liatin gue kayak gitu?” tanya Satria menatap adiknya jengah.

Gaby yang duduk bersila di atas ranjang sambil menopang kepalanya dengan sebelah tangan tersenyum miring tanpa melepaskan pandangannya. 

“Sampai gue puas,” jawabnya enteng. “Udahlah, kalau lo mau nugas, nugas aja gue nggak bakal gangguin kok.”

“Tapi tatapan lo itu sangat mengganggu Gaby sayang,” ujar Satria frustasi.

Gaby mengerucutkan bibirnya. Hormon kehamilannya membuatnya mudah sekali sensitif hanya karena kalimat sederhana yang mungkin untuk sebagian orang yang mendengarnya biasa saja tapi berbeda untuknya pribadi. 

“Tega banget sih bilang gitu sama adek sendiri. Gue cuma pengen lihat wajah lo doang apa salah?” 

Satria memutar bola matanya malas ketika melihat tingkah bumil yang kian hari kian menjadi. Dengan sisa kesabarannya cowok itu menutup laptopnya lalu menatap adiknya kembali.

“Kenapa tiba-tiba kemari?” tanya Satria tajam, tapi pelan. 

Tidak peduli dengan pertanyaan yang Satria lontarkan, Gaby tetap asyik memandangi wajah kakak kandungnya.

“Si Dedek kangen sama Grandpa,” jawab Gaby sambil cengengesan memandang Satria. 

“Grandpa, pala lo pe'a! Gue masih muda lulus aja belum,” hardik Satria. “Ini pasti iseng-isengan lo aja yang mau gangguin gue.”

Gaby menggeleng, “Dedek bayinya yang kangen sama Bang Sat bukan aku. Lagian kalau aku kesini murni keinginan sendiri itu namanya keajaiban. Orang aku aja sering mual kalo gak lihat wajah Bang Sat.”

Satria mendengus mendengarnya. “Mending lo pulang daripada menghina gue. Lo mengganggu banget anjir, gue mau ngerjain skripsi gue yang belum kelar.”

“Lembutin dikit suaranya aku lagi hamil!” protes Gaby seraya melempar Satria dengan bantal yang ada di sebelahnya.

Belum sempat Satria membalas, pintu kamar terbuka dan wajah tampan laki-laki lain yang kini berdiri di luar kamar sedang menatap istrinya malas.

Gaby tersenyum manis lalu melambaikan tangannya, menyuruh laki-laki itu untuk masuk ke dalam kamar sang kakak.

“Kok kamu tau aku di sini?” Alfa tak menanggapi pertanyaan Gaby tapi justru mendaratkan satu kecupan singkat di kening sang istri. Membuat wanitanya tersenyum lebar karna perlakuannya.

“Ayo pulang jangan ganggu Bang Satria lagi,” titah Alfa seraya mengelus kepala Gaby dengan lembut.

Mendengar itu Gaby cemberut kemudian menoleh, menatap tajam Satria yang tersenyum menang di balik meja belajarnya. Pasti kakaknya tadi sengaja menghubungi laki-laki tampan yang tak lain adalah suaminya untuk segera menjemputnya. 

“Malah bengong ayo pulang,” perintah Alfa untuk kedua kalinya. Cowok berpenampilan sederhana hanya dengan celana distro dan kaos hitam itu mengulurkan sebelah tangannya mengajak Gaby turun dari ranjang.

“Nggak mau aku belum puas lihat mukanya Bang Sat,” tolak Gaby dengan ketus sambil memalingkan wajahnya.

Satria memutar bola matanya malas begitu juga dengan Alfa. Mereka harus menyiapkan kesabaran ekstrak jika sedang berhadapan dengan satu-satunya wanita yang sangat mereka sayangi.

“Nanti sore kita kesini lagi sayang sekarang ayo pulang dulu. Jagoan aku butuh istirahat termasuk kamu juga.” Alfa tidak peduli lagi bagaimana caranya ia mencoba segera menarik Gaby selembut mungkin.

Sampai akhirnya perempuan itu menyerah dan Menganggukkan kepalanya pelan. “Tapi aku maunya nanti sore Bang Sat yang main ke apartemen.”

Dengan cepat Satria menoleh. “Gue sibuk. Mau ngerjain skripsi biar cepet lulus.”

Gaby mengerucutkan bibirnya. “Yaudah kalau gitu aku nggak mau pulang, aku mau disini.” 

Satria menggeram dan memijat pelipisnya. Cowok itu benar-benar bingung bagaimana caranya membujuk adiknya untuk segera keluar dari kamarnya agar ia bisa tenang menyelesaikan semua tugas-tugasnya yang hampir membuatnya gila.

Di sisi lain Alfa hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan perasaan campur aduk. Ia sebenarnya tidak mau merepotkan kakak iparnya serta mertuanya untuk menuruti segala macam ngidamnya Gaby karena itu sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Namun mau bagaimana lagi istrinya malah tidak pernah memintanya untuk melakukan apapun.

Satria terdiam sesaat mengingat perkataan Bundanya untuk tidak membuat Gaby stres atau tertekan karena bisa berakibat fatal untuk bayinya. Ia lantas menghela napas sejenak sebelum berdiri menghampiri sang adik yang masih cemberut di atas tempat tidurnya.

“Pulang dulu, ya? Nanti sore gue janji bakal datang ke apartemen biar lo puas liat wajah gue yang tampan ini,” ujar Satria memandang Gaby lembut.

Seketika senyum wanita berbadan dua itu mengembang lebar sampai membuat Satria dan Alfa cengo melihatnya. Gaby benar-benar mirip bunglon, pintar merubah ekspresi dalam waktu sekejap.

Dengan asal-asalan Gaby segera turun dari ranjang lalu berjalan menghampiri Alfa yang setia berdiri di depannya. “Ayo pulang aku udah ngantuk.” 

Alfa mengangguk kemudian menatap Satria untuk berpamitan. “Gue duluan, sorry udah ganggu waktu lo.”

“Santai,” balas Satria menyikut lengan Alfa bercanda.

Alfa mengangguk lalu merangkul wanitanya keluar kamar. Namun belum sempat kakinya melangkah menjauh tiba-tiba Gaby berhenti. Membuat Satria mengernyit ketika sang adik berbalik menatapnya sambil melemparkan senyum aneh.

“Nanti kalau mau ke apartemen sekalian beliin pecel lele yang terkenal di taman kota ya, Bang? Tapi jangan pake lele aku nggak suka,” kata Gaby begitu antusias kemudian melanjutkan. “Lelenya diganti sama ayam aja deh yang nggak ada tulangnya, terus sambalnya minta yang baru ya cabenya lima jangan banyak-banyak kasihan dedek bayinya.”

Satria mengepalkan tangannya. Gaby memang sialan bin jahanam mirip Fir'aun di hidupnya. Sejak mengetahui kehamilan Gaby firasatnya tak enak dan benar apa dugaannya.

Terpaksa ia mengangguk. “Siap Tuan Putri mau tambah apa lagi?”

Gaby terdiam sejenak sambil berpikir, lalu tidak lama menjentikkan jarinya. “Sama beliin Boba juga.”

“Mau rasa apa?” tanya Satria masih menahan sabar.

Gaby mengelus dagunya untuk kembali berpikir. “Hm … Rasa Strawberry Creamy Premium aja deh.”

Satria menatap Gaby dengan pandangan bingung. “Itu beli dimana njir ada rasa premium? Lo mau minum bensin, huh?”

Gaby menghendikkan bahunya karena tidak tahu minuman itu dijual dimana sebab Alfa yang sering membelikannya.

“Tempatnya dimana?”

Alfa mengangkat sebelah alisnya. “Apa?”

“Ck, Boba yang sering kamu beliin buat aku itu lho belinya dimana?”

Alfa manggut-manggut, “Cafe Teratai lantai dua.”

Gaby berbalik dengan cepat menatap Satria kembali. “Belinya di cafe Teratai—”

“Udah tau,” sela Satria. “Sekarang pulang gue mau lanjut nugas.”

“Tapi aku juga mau kue ulang tahun. Pengen tiup lilin sambil make a wish,” ucap Gaby membuatnya Alfa menganga lebar mendengar keinginannya yang semakin bengek. 

Dengan perasaan tidak enak Alfa segera menghampiri Gaby, mengajaknya untuk pulang sebelum si pemilik kamar berubah menjadi psycho karena terlalu lama membiarkan wanita itu meminta hal-hal yang aneh padanya.

Satria menghela napas lelah, namun tetap mengalah. Demi adik kesayangannya ia rela menuruti semua keinginannya. Meskipun kalau di pikir-pikir lagi tingkah Gaby akhir-akhir ini memang terlampau sangat manja terlebih kepada seluruh keluarganya sendiri. 

Sorot mata Satria yang awalnya tajam perlahan menghangat. “Yaudah, sekarang pulang dulu ya sayang, Abang masih banyak kerjaan. Nanti kalau selesai Abang langsung ke rumah bawain semua permintaan kamu.” 

Gaby tersenyum bahagia lalu merentangkan kedua tangannya.
“Mau peluk,” pintanya manja, membuat Alfa mendelik mendengarnya. 

Ayolah, suami mana yang rela melihat istrinya berpelukan dengan laki-laki lain selain dirinya. Sekalipun mereka saudara kandung tetap saja Alfa cemburu. 

Satria terkekeh, dengan senang hati cowok itu langsung memeluk adiknya erat. “Adek gue kenapa jadi manja gini?” tanyanya sambil mengelus kepala Gaby.

“Sebab gue sayang sama lo, Bang Sat,” jawab Gaby mendongakkan kepalanya.

“EHEM!” 

Kedua manusia yang masih berpelukan layaknya Teletubbies itu serempak menoleh ke arah satu-satunya manusia yang berdiri di ambang pintu. 

“Gue tau lo berdua kakak adek, tapi kenapa gue nggak suka melihat kalian bermesraan, ya?” 

Gaby mengulum senyumnya, ah suaminya itu memang pencemburu kelas berat. Hanya dengan kakak iparnya saja dia secemburu itu. 

Satria melepaskan pelukannya, lantas menatap Alfa yang terlihat cemberut. Sialan, dia bisa lucu juga ternyata batinnya sambil terkekeh.

“Sorry,” ucap Satria menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. “Tapi sebelum Gaby kenal lo, dia lebih dulu deket sama gue.”

“Terserah,” balas Alfa ketus. Cowok itu lantas berbalik meninggalkan kakak beradik di belakangnya.

Satria tertawa terbahak melihatnya. “Suami lo kalo lagi cemburu galak anjir, kek macan.”

Gaby menggeplak kepala Satria pelan. “Jangan ngomong sembarangan anaknya masih disini.”

Satria meringis, “Udah sana samperin suami lo keburu ngambek.”

Gaby mengangguk dan mengecup pipi Satria singkat. “Oke gue pergi dulu, Assalamualaikum.” 

“Waalaikumsalam, hati-hati dijalan. Suruh Alfa jangan kebut-kebutan bawa mobilnya!” seru Satria diacungi jempol oleh sang adik.

•••🦋•••

Di sepanjang perjalanan Gaby tak ada habis-habisnya berceloteh membahas hal random. Membuat Alfa yang sedang fokus dengan jalanan terkadang mendengus atau terkekeh mendengarnya. 

“Ck! Kenapa bisa sih Paul Walker seganteng ini? Perasaan dulu biasa aja deh,” gumam Gaby sibuk memandangi ponselnya yang menampilkan foto sang idola.

“Emang di Los Angeles ada operasi plastik? Tapi nggak mungkin deh Paul Walker sampai main bedah-bedahan segala orang dari  kecilnya aja udah cakep gini.” 

Alfa melirik datar istrinya yang sama sekali tidak peka terhadap perasaannya. Sudah tadi seenaknya berpelukan dengan Satria sekarang malah pindah memuja laki-laki lain. Dasar Anj— Astagfirullahaladzim, sabar sabar.

Cowok itu berdecak kesal. Kurang apa dirinya di mata Gaby? Ganteng? Jelas. Kaya? Nggak usah diragukan lagi. Perhatian? Banyak contohnya. Terus kurangnya dimana? 

“Alfa, mau mampir ke rumah Mamah,” ujar Gaby tiba-tiba menghadap ke arah Alfa.

“Mau ngapain?”

“Aku ngefans sama Paul Walker, pengen pinjam sepatunya Bang Reza yang Jordan itu lho.” 

“Hah? Gimana-gimana?” Alfa menepikan sejenak mobilnya di persimpangan jalan yang lumayan sepi. Cowok itu tidak paham dengan maksud istrinya barusan. Apa jangan-jangan Gaby ngidam hal aneh lagi? Hubungannya Paul Walker sama sepatu Jordan apa anjir nggak nyambung banget.

Gaby memutar badannya menghadap Alfa dengan menopang sebelah pipinya. “Aku pengen pake sepatunya Bang Reza yang Jordan-Jordan itu.”

“Serius kamu mau pinjam sepatunya Reza?” Gaby menganggukkan kepalanya mantap.

“Aku nggak yakin Reza mau relain sepatunya buat kamu.” 

Alfa menghela napas lelah. Ia saja yang notabenenya adalah adik kandungnya saja tidak pernah di izinkan megang tuh sepatu apalagi meminjam, lalu bagaimana dengan nasib istrinya nanti?

“Ih, kok malah bengong sih ayo buruan jalan,” suruh Gaby tidak sabaran.

Alfa mengangguk. Ia kemudian mengelus rambut Gaby lembut. “Yaudah sekarang duduk yang benar.”

Gaby memberengut kesal. “Iya doang sayangnya mana?” 

Alfa tertawa, “Iya sayangku, cintaku.”
 


*****
TBC

Oke lunas ya aku udah up double sekaligus buat kalian jadi sekarang giliran aku mau menghilang dulu kembali ke alam sadarku

Jangan lupa tinggalkan jejak dan see you next time

Continue Reading

You'll Also Like

DERAN By bulbul

Teen Fiction

2.2M 100K 71
CERITA SUDAH LENGKAP . "Tentang benci yang menjadi cinta." . "Al lo emang bukan cinta pertama gue, tapi gue jamin lo bakalan jadi cinta terakhir buat...
1.5M 181K 36
Aryan Virendra Atharrazka, seorang pengacara berusia 26 tahun, anak kedua dari pasangan Abyan dan Zara. Tak pernah menjalin asmara dengan perempuan m...
123K 9.6K 50
Fatya Sachikirani gadis bertubuh gemuk itu, tiba-tiba saja dilamar oleh Yuga Manendra, yang tak lain adalah kakak dari sahabatnya, Alvhi Manendra. ...
45.8K 1.1K 31
Perjodohan dengan gadis SMA. Seorang marka ADITHYA WIJAYA di jodohkan dan dinikah kan oleh wanita polos? "Minggir lo cewe aneh,lo ngehalangin jalan...