TRAP | Jung Jaehyun

By lunarbooksid

1.8K 184 4

Jeff, seorang pengusaha properti yang memiliki profesi sampingan sebagai otak pembunuh mempekerjakan Taeyong... More

New Assistant
Ada yang Mengawasimu
Siapa
Kabar Bagus yang Buruk
New Toy
Follow the Game
Secret
Obey the Rules or You Will Die
Gift
The First Day of Work
Bantu Aku Sembuh
Wait and See
The Show
Make A Deal
Behind the Story
Sign the Contract
Siaga
Movement
Catch Me If You Can
Tricky
Terror
Terima Kasih Untuk Hari Ini
Twins
From the Past
The Unknown Number
New Hint
Secret Agent
About Him
Test
Loyalty
Action
Action (2)

About Her

28 3 0
By lunarbooksid

Sesuai apa yang telah Johnny katakan melalui pesan singkat, Braile menyanggupi untuk bertemu dengan Johnny keesokan harinya. Mengingat saat ini sungguh tidak memungkinkan untuk keluar dari paviliun. Pertama, karena kontrak yang telah ditandatanganinya dengan Jeff. Kedua, Jeff saat ini sedang tidak ada di paviliun. Braile tidak ingin mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang lebih tepat jika disebut sebagai interogasi. Braile tidak ingin berbohong lagi. Sebab, dari satu kebohongan akan menimbulkan kebohongan lainnya. Namun, naasnya, pekerjaannya menuntut puan itu untuk melakukan hal tersebut.

Ini pertama kalinya Braile melakukan penyamaran dan langsung ketahuan. Pada dasarnya, Braile memang tidak pandai berbohong. Sebelumnya, dia hanya bekerja di kantor pada bagian data dan informasi. Mengolah data-data dari tahun ke tahun sesuai dengan kategori yang telah dikelompokkan sesuai kebutuhan BIN. Oleh karena itu, Johnny meminta bantuan dari Braile untuk menjalankan misi. Sebab, Johnny tahu bahwa Braile memiliki akses masuk ke dalam data rahasia BIN. Namun, Johnny hanya tahu sebatas itu. Johnny tidak mengetahui salah satu fakta terpenting bahwa Braile—rekannya itu yang dipercaya untuk membuat sistem keamanan pada data-data rahasia yang disimpan di server BIN. Demi keamanan Braile, identitas pembuat sistem keamanan pada data rahasia BIN dirahasiakan.

Kejadian beberapa bulan lalu di mana anak buah Jeff berhasil meretas sistem keamanan yang dibuat oleh Braile, membuat puan itu sedikit was-was. Oleh karena itu, Braile bersedia membantu Johnny untuk mencari siapa orang yang berhasil mengakses data rahasia dan mencurinya tersebut. Dan karena itu, Braile mendapat telepon dari 'atasannya' yang mencaci maki dirinya atas kejadian tersebut. Telepon itu membuat Braile merasa tertekan. Pasalnya, sampai sekarang Braile masih mendapatkan telepon berisi penuh dengan caci maki tersebut. Oleh sebab itu, mood-nya belakangan ini sedang tidak bagus. Ditambah dengan sikap Jeff yang kerap kali menggodanya. Dan juga, Braile tidak bisa bergerak bebas sejak tinggal di paviliun bersama dengan Jeff. Padahal untuk memperbaiki sistem keamanan, Braile harus mempelajarinya terlebih dahulu dan hal tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. Sampai saat ini, baik Braile, Johnny, maupun Mark masih belum mendapatkan titik, terang tentang siapa pencuri data rahasia tersebut.

Braile sudah tiba di kantornya. Johnny yang saat ini sedang berada di ruangan Mark pun menjelaskan mengenai secret agent yang baru-baru ini menghubunginya. Braile dibuat begitu terkejut sekaligus penasaran akan identitas secret agent yang sebenarnya. Belum saja identitas pelaku pencurian data itu terungkap, tapi sudah muncul karakter misterius lain yang membuat rasa penasarannya semakin tinggi.

"Jadi, komunikasi antara kau dengan secret agent berjalan satu arah?" tanya Braile setelah terdiam cukup lama. Johnny pun segera mengangguk.

"Ya. Setelah mengirimkan pesan, secret agent langsung mematikan ponselnya," jelas Johnny yang kemudian diikuti oleh Mark yang menganggukkan kepala.

"Mau tidak mau, Johnny harus selalu stand by," imbuh Mark kemudian.

Braile tidak akan bisa melacak siapa secret agent tersebut. Sebab, hal itu sudah terlebih dahulu dilakukan oleh Mark dan tidak membuahkan hasil apa pun kecuali kesia-siaan. Puan itu lantas menopang dagunya.

"Lalu, apa yang akan kau lakukan?" tanya Braile pada akhirnya.

"Entahlah ...." Lelaki itu menjeda kalimatnya. "Tapi aku dan Mark sedang mencoba untuk mendapatkan izin kepada Kepala BIN untuk mengetahui identitas dari secret agent tersebut."

Braile segera mengalihkan pandangannya ke arah Johnny. "Ketua BIN? Kau lupa bahwa si ketua itu merupakan dalang di balik kematian ayahmu?" Dapat Johnny lihat bahwa rekannya saat ini menunjukkan sorot emosi pada kedua netranya.

Lelaki itu pun menunduk. "Aku tidak akan pernah lupa, tapi aku bisa apa jika hanya dia yang bisa kumintai persetujuan untuk mengungkap identitas dari secret agent ini?"

Braile tampak mengacak rambutnya frustrasi. "Kau yakin dia akan mengizinkan? Kasus Jeff secara tidak langsung berkaitan dengan si Ketua BIN. Bukankah seharusnya dia sudah membusuk di sel tahanan karena telah melakukan beberapa tindak kriminal yang sangat keji?"

Mark yang sedari tadi menyimak obrolan akhirnya melangkahkan tungkainya mendekat ke arah Johnny. Ditepuknya pundak seseorang yang sudah dia anggap sebagai seorang kakak tersebut. "Braile benar, John. Maaf aku tidak memikirkan hal itu karena terlalu bersemangat setelah mengetahui bahwa yang ingin membantumu adalah seorang secret agent."

Johnny yang tadinya menundukkan pandangan, kini mengangkat kepalanya. Menatap Mark dan juga Braile secara bergantian. "Lalu, apa yang harus aku lakukan?" tanya lelaki itu dengan nada yang terdengar begitu pasrah.

Braile kembali menopang dagunya. "Menurutku, kau memang harus menunggu. Sepertinya secret agent memang berusaha untuk mengungkap identitasnya secara perlahan. Jika tidak, dia tidak akan meninggalkan kode 'SA' dan juga tidak akan memberitahukan bahwa dia adalah senior kita," jelas Braile kemudian.

Mark tampak menimbang pernyataan dari Braile. "Benar, John. Aku tidak terpikir hal itu karena aku hanya fokus memikirkan apakah si pengirim pesan itu hanya main-main atau serius."

"Baiklah, kalau begitu aku akan menunggu," jawab Johnny pada akhirnya.

Kedatangan Braile membuat kedua laki-laki itu dapat berpikir dengan jernih. Ya, begitulah Braile. Selalu dapat berpikir secara rasional di saat yang lain sedang dipenuhi oleh emosi. Oleh karena itu, Johnny yang sangat tempramen membutuhkan Braile yang dapat membantunya meredakan emosi dan berpikir secara jernih agar nantinya dia tidak menyesali setiap perbuatan yang telah dilakukannya.

Setelah berbincang dengan Johnny dan Mark, Braile kembali ke kantor untuk melakukan tugasnya seperti biasa—menjadi asisten pribadi Jeff. Bosnya itu sudah kembali masuk seperti semula. Padahal, lukanya belum benar-benar pulih. Pantas saja beberapa karyawan menjuluki Jeff sebagai seorang workaholic. Sehari saja tidak bekerja bisa membuat pria itu jatuh sakit.

"Dari mana?" Sambut Jeff dengan sebuah pertanyaan begitu Braile melangkahkan kaki memasuki ruangan.

Braile menatap Jeff sejenak kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Di kontrak aku sudah bersedia untuk diawasi demi alasan keamanan. Apakah perlu untuk menambahkan persyaratan lagi bahwa aku juga harus memberitahukan semua kegiatanku padamu?" tanya puan itu yang membuat Jeff tidak bergeming. Namun, sebenarnya, tidak usah bertanya saja Jeff sudah tahu jawabannya. Ke mana lagi jika tidak bertemu dengan Johnny—rekan kesayangannya itu?

"Kau tidak bisa keluar masuk kantor seenaknya tanpa izin yang jelas," balas Jeff kemudian.

Braile yang mendengar itu pun menghela napasnya. "Aku sudah izin kepada Bu Krystal dan beliau mengizinkanku."

Jeff menautkan kedua alisnya. "Kenapa kau izin kepada Bu Krystal? Bukankah seharusnya kau izin kepadaku selaku pemilik perusahaan?" Tampaknya Jeff masih ingin berdebat lebih lama dengan Braile.

"Bukankah jika terkait dengan perizinan, karyawan harus meminta izin kepada Bu Krystal selaku HRD? Bahkan kau sendiri izin tidak masuk selama satu hari kepada Bu Krystal, bukan?"

Kali ini, Jeff kalah telak. Pria itu hanya bisa berdeham sembari melonggarkan ikatan dasinya dan terus memandang pada layar komputer yang ada di depannya.

"Sudah? Atau masih ingin berdebat lagi?" tanya Braile yang membuat Jeff saat ini sedikit malu. Sebab, yang diinginkannya hanyalah sebuah jawaban sederhana dari mana puan itu sehingga harus meninggalkan kantor walaupun sejenak? Meskipun sudah tahu jawabannya, namun Jeff berharap ia mendengar sendiri kalimat tersebut keluar dari mulut Braile.

"Aku tidak punya waktu untuk berdebat denganmu. Pekerjaanku sudah sangat banyak," tutup pria itu pada akhirnya. Braile pun hanya bisa menghembuskan napas dengan berat sembari menggelengkan kepalanya. Puan itu begitu heran dengan tingkah Jeff yang akhir-akhir ini jutru terlihat seperti seorang anak kecil yang sedang haus akan perhatian.

Sementara Braile menyudahi perdebatannya dengan Jeff, di kantor BIN sana, Johnny dan Mark kembali dibuat terkejut perihal sesuatu yang sudah sangat dinantikannya. Secret agent kembali mengirimkan pesan kepada Johnny.

Unknown Number

Maaf membuatmu menunggu lama.

Ada sesuatu yang perlu aku selesaikan dan itu ternyata memakan waktu yang cukup lama dari yang aku kira.

Sepertinya sudah saatnya kita untuk bertemu dan mengobrolan hal-hal yang selama ini mengusik pikiranmu, bukan?

Biar kutebak. Kau pasti juga sudah pernah mendengar tentang Cloud 9, bukan?

Bukan sembarang agen yang bisa masuk ke sana.

Aku sudah memberimu akses.

Datanglah ke sana.

Aku akan menunggumu.

Continue Reading

You'll Also Like

64.8K 5.9K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
824K 87.1K 58
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
475K 47.3K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
37.6K 4.9K 43
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...