ANTHALA || SUDAH TERBIT

By HannLestari01

3.6M 346K 72.9K

[SUDAH TERBIT] Segera baca part masih lengkap ⚠"πš‚πšŽπšžπš“πšžπš—πš πš”πšžπš”πšž πš•πš˜ πš‹πšŽπš›πšŠπš—πš’ πšœπšŽπš—πšπšžπš‘ πš’πšœπš... More

πŸ”Ή1. Anthala Gavier Algafraneza
πŸ”Ή2. Perempuan Dihati Anthala
πŸ”Ή3. Datang Melamarmu
πŸ”Ή4. Aku Serius Karena Allah
πŸ”Ή5. Senyuman Anthala
πŸ”Ή6. Milik Seorang Anthala
πŸ”Ή7. Perempuan Terpenting
πŸ”Ή8. Jangan Ragu
πŸ”Ή9. Pertarungan Antar Geng
πŸ”Ή10. Harus Mengalah
πŸ”Ή11. Nikah Muda?
πŸ”Ή12. Nyanyian Nalan
πŸ”Ή13. Menikahlah Denganku
πŸ”Ή14. Alhamdulillah Sah!
πŸ”Ή15. Imamku Badboy
πŸ”Ή17. Aku Dan Kamu
πŸ”Ή18. Pernikahan Rahasia
πŸ”Ή19. Cinta Tulus
πŸ”Ή20. Lagu Untuk Istriku
πŸ”Ή21. Tasbih Yang Ku Genggam
πŸ”Ή22. Kisah Kelam
πŸ”Ή23. Jangan Ragu
πŸ”Ή24. Tatapan Cinta
πŸ”Ή25. Jatuh Cinta
πŸ”Ή26. Dunia Malam
πŸ”Ή27. Satu Ciuman
πŸ”Ή28. Mine
πŸ”Ή29. Satu Malam Bersamamu
πŸ”Ή30. Kebohongan Naira
πŸ”Ή31. Kekecewaan Anthala
πŸ”Ή32. Aku Mencintaimu
πŸ”Ή33. Kita Baikan?
πŸ”Ή34. Pelukan Kehangatan
πŸ”Ή35. Terungkapnya Fakta
πŸ”Ή36. Geng CRIOZ
πŸ”Ή37. Ingkar Janji
πŸ”Ή38. Penulis & Pilot
πŸ”Ή39. Kepanikan Anthala
πŸ”Ή40. Melawan Batas
πŸ”Ή41.Anthala Dan Prinsipnya
πŸ”Ή42. Penenang Hati
πŸ”Ή43. Apa Itu Cinta?
πŸ”Ή44. Obsesi Atau Cinta?
πŸ”Ή45. Jangan Percaya
πŸ”Ή46. Kepercayaan Yang Sirna
πŸ”Ή47. Percaya Padamu
πŸ”Ή48. Kegaduhan Di Alidra Scholl
πŸ”Ή49. Ujian Dari Allah
πŸ”Ή50. Permintaan Naira
πŸ”Ή51. Cinta Sampai Mati
πŸ”Ή52. Kenangan Abadi
πŸ”Ή53. Ragamu Milikku
πŸ”Ή54. Pelukan Seorang Ayah
πŸ”Ή55. Fakta Yang Mengejutkan
πŸ”Ή56. Aku Mencintaimu
πŸ”Ή57. Selamat Tinggal Abu-abu
πŸ”Ή58. Jangan Pergi
πŸ”Ή59. Imam Terakhir
πŸ”Ή60. Akhir Kisah | END
❗SEGERA TERBIT❗
PO ANTHALAπŸ”₯
Cerita Baru❗

πŸ”Ή16. Lantunan Surat Ar-Rahman

70.8K 6.7K 290
By HannLestari01

Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh, karakter, dan alur. Cerita ini murni pemikiran otak Han sendiri.

®Story Of "Anthala | My Husband Is Badboy"








Happy Reading!

"Dengarkan dan hayati setiap lantunan ayat suci Al-Qur'an yang dia bacakan maka kamu akan merasakan bagaimana rasanya saat hatimu menjadi terhanyut mendengarkan lantunannya."

___________


Anthala dengan motor sport yang dikendarainya saat ini melaju dengan kecepatan kencang membelahi jalan raya yang di guyuri hujan.

Malam ini hujan begitu deras, namun tidak membuat seorang cowok berjaket dengan lambang naga di punggungnya itu berhenti malah dia semakin mengegas motornya dengan kecepatan kencang.

Anggota dan termasuk pasukan inti Geng CRIOZ membutuhkannya saat ini dan ia harus segera sampai di markas.

"Sialan lo Elang!" umpatnya mengeratkan pegangan pada motornya ini.

Sampai di markas Geng CRIOZ, Anthala tersentak melihat markasnya dari luar begitu berantakan. Geng REVRAZO memang pengecut! Geng motor itu berani menyerang tanpa aba-aba ke markasnya.

Brukh!

"HAHAHAH, PENGECUT KAYA LO BERANI JUGA MASUK KE WILAYAH GENG CRIOZ! ANJING! GENG REVRAZO PENGECUT!"

Itu suara Raja, ternyata perkelahian mereka terjadi di arena sirkuit. Dengan cepat Anthala berlari ke sana.

Ada puluhan orang yang sudah terkapar di tanah, dan hanya pasukan inti dari gengnya juga geng Elang yang masih berkelahi.

"KALAU SEPERTI INI JADINYA. GAMA CEPAT PANGGILKAN ANGGOTA INTI PERTAMA KE SINI!"

"Tidak perlu, gue ada di sini nolong kalian," ujar Anthala sambil menendang anggota Geng REVRAZO yang menghalangi jalannya.

"Bos!" seru Raja tersenyum lega sebab ketuanya sudah ada di sini.

Tatapan Anthala jatuh pada Nalan yang tengah berada di pangkuan Gama. Ketiga sahabatnya itu sudah babak belur membuat hatinya marah seketika.

"Anthala, lihatlah Geng lo ini. Mereka kalah dari gue dan Geng gue menang."

"Cih! Pengecut kaya lo ingin menang dengan cara licik seperti ini. Lo menang karena markas gue hanya ada dua puluh anggota yang berada di sini bertarung melawan Geng lo itu. Sedangkan Geng lo yang lo bawa sekitar lima puluh orang."

Anthala dapat menghitung dengan cepat anggota-anggota Geng CRIOZ dari jaket yang mereka pakaian malam ini karena ada lambang tengkorak di punggungnya.

"Raja berikan gue tongkat baseball sekarang."

Raja segera mengambil tongkat baseball di dekatnya lalu melemparkannya kepada Anthala.

Anthala menyeringai sinis melihat kelima pasukan inti Geng REVRAZO yang terlihat memandangnya dengan rendah. Mereka mengira ia mustahil menang melawan mereka berlima.

"Maju kalian semua!"

"Lo sok jago banget, kita kepung berlima tepar nanti," ledek Lintang mulai meremas kayu balok di tangannya.

Bugh!

"Jangan banyak bacot kalian! Geng kalian itu pengecut satu lawan lima pasti akan kalian lakukan tanpa suruhan dari gue!"

Anthala emosi melihat anggotanya juga teman-temannya terluka. Anthala dengan membabi buta menyerang pasukan inti Geng REVRAZO hingga yang tersisa hanyalah dua orang saja yaitu Alvaro dan Elang.

Sekarang wajah Anthala sudah dibanjiri oleh darah di keningnya akibat ulah Elang.

Srek!

Anthala mengeram kesakitan saat merasakan pisau yang Elang gunakan saat ini menggoreskan di pergelangan tangan kirinya.

Sial!

Lagi-lagi pergelangan tangannya yang menjadi sasaran.

Anthala harus segera melumpuhkan kedua manusia rendahan ini sekarang juga. Dia memiringkan wajahnya lalu mempererat pegangan pada tongkat baseballnya.

Brukh!

Anthala memukul kepala Alvaro lalu kepala Elang menggunakan tongkat baseballnya setelah itu dia melemparkannya ke sembarang arah.

"Lemah," desisinya menginjak tangan kiri Elang karena dia sudah memberikannya goresan pada pergelangan tangannya. Sedangkan Alvaro, Anthala menginjak perutnya dengan sekuat tenaga karena dia terus saja memukul perutnya walaupun hanya dua kali pukulan saja.

"Sampai kapan pun Geng pengecut kaya kalian gak akan pernah menang melawan Geng gue! Gue masih baik tidak membuat kalian sekarat karena ini hari bahagia gue."

Anthala berjalan kearah ketiga sahabatnya yang tengah menggotong Nalan yang sudah tidak sadarkan diri menuju markas.

"Anjing si Nalan makan besi apa kok badannya berat banget sumpah!" seru Raja menahan napas sesaat membantu Gama memangku Nalan.

Anthala berdecak kesal. Dia mendorong Gama dan Raja untuk menyingkir.

"Biar gue yang membawa Nalan ke dalam."

Raja melongo melihat Anthala dengan entengnya mengendong Nalan di punggungnya. Raja lupa Anthala itu kuat, menggendong badan besar Nalan sama aja seperti menggengam kapas.

"Bos lebih baik kita pergi ke rumah sakit dari pada dokter nya ke sini."

"Enggak rumah sakit jauh, gue akan memanggil dokter pribadi keluarga gue sekarang."

Anthala membaringkan tubuh Nalan di sofa besar lalu mengambil ponsel dari sakunya untuk mengirimakn pesan pada dokter pribadinya itu untuk segera ke markasnya.

"Bos apakah Nalan akan baik-baik saja?" tanya Gama dengan wajah memucat seperti mayat. Dia tidak bisa menyembunyikan kecemasannya melihat adiknya ini tertusuk oleh pisau dan tidak sadarkan diri.

"Nalan itu kaya besi, jadi lo jangan khawatir." Yang berkata seperti itu Raja bukan Anthala. Raja juga sama khawatirnya dengan keadaan Nalan tapi dia pandai menutupi kekhawatirannya.

"Buka baju Nalan, Gama. Sambil menunggu dokter pribadi gue datang kita harus menahan darah di perutnya agar tidak banyak keluar."

Gama segera melakukan perintah dari Anthala. Dia merobek baju hitam milik adiknya itu lalu terlihatlah darah di perutnya yang ditusuk oleh Alvaro beberapa menit lalu.

"Lo melecehkan si Nalan, Gam. Anthala bilang buka bajunya bukan malah robe-Oh shit! Kenapa si Nalan yang kaya bayi hello kitty memiliki perut seperti itu." Raja bukannya fokus ke perut Nalan yang terluka malah fokus ke perut sixpack Nalan. Dia iri melihat perut kekar Nalan.

"Tahan menggunakan bajunya agar darah itu tidak banyak keluar," perintah Anthala diangguki oleh Gama.

Tring!

Ponsel dalam genggaman Anthala berbunyi membuat alisnya mengernyit seketika karena dia jelas melihat nomor Naira yang sejak dulu ia simpan mengirimkan pesan. Dengan cepat Anthala membukanya. Bibirnya tersenyum benar ternyata istri kecilnya itu mengirimkan pesan padanya.

"Tuan muda!" teriak seseorang dari luar markas.

"Itu pasti dokter yang bos panggil. Raja cepat bawa dokter itu sekarang!"

Raja kicep mendengar bentakan dari Gama. Gama ini terlalu jelas menunjukan kekhawatirannya pada Nalan.

"Cepat tangani sahabat gue dok!"

"Bisa kalian mundur, saya akan menangani teman kalian ini. Jangan khawatir terlihat dari keadaannya dia sepertinya hanya tertusuk saja."

Hanya tertusuk saja?

Raja mendesis kesal, dokter pribadi bosnya ini meremehkan luka di perut Nalan.

"Dokter sudah datang kan. Sekarang gue harus cabut," ucap Anthala tiba-tiba berdiri dari sofanya.

"Oke bos. Thank dah tepat waktu ke markas." Raja meninju tangan bosnya itu begitu pun dengan Gama.

Keturunan Gavier Algafraneza ini setiap saat sibuk namun bisa meluangkan waktu untuk gengnya, itu sudah cukup dan bosnya itu begitu bertanggung jawab Raja kagum pada bosnya ini.

"Jika keadaan Nalan sudah membaik kirim pesan ke gue."

Anthala mengambil kunci motor di meja lalu berlari keluar.

******

"Naira," panggilnya saat membuka pintu apartemennya tidak melihat batang hidung dari istri kecilnya itu.

Namun setelah masuk lebih dalam ke kamarnya ini, Anthala bisa menghela napas lega sebab istri kecilnya itu ternyata berada di atas ranjang tengah memainkan tasbih dalam gengamannya.

"Assalamualaikum, Naira."

Naira yang khusyu pada bacaan tasbihnya seketika mendongak. Dia mengerjap saat melihat Anthala sudah ada di depannya.

"Waalaikumsalam kak Anthala. Kok cepat pulangnya? Tunggu kenapa wajah kaka-"

"Kakak baik-baik saja, Naira."

Naira menyimpan tasbihnya di atas meja lalu mendekat kearah suaminya itu.

"Baik-baik saja apanya? Lihat kening kakak mengeluarkan darah."

Naira menyentuh kening Anthala membuat sang empu memejamkan kedua matanya. Anthala bukan sakit karena Naira menyentuh keningnya, tapi ia tengah meresapi tangan lembut istri kecilnya ini menyentuh keningnya.

"Kakak duduk di sini, aku akan mengambil obat P3K. Eh, di sini ada obat P3K gak?"

"Ada di lemari paling atas."

Setelah mengambil obat P3K Naira segera mengoleskan akhohol pada kapas lalu pelan-pelan membersihkan darah di kening Anthala.

Anthala hanya bisa diam terpaku melihat keindahan di kedua matanya yang begitu dekat dengannya saat ini.

Mata bening Naira yang menatapnya membuat jantung Anthala ingin copot rasanya.

"Astagfirullah hal'adzim! Kenapa hidung kak Anthala mengeluarkan darah!" panik Naira saat melihat darah keluar dari hidung Anthala.

Anthala terkekeh kecil dengan wajah memerah. Dia dalam hati mengumpat karena lagi dan lagi ia terpesona oleh ciptaan Allah yang satu ini.

"Kamu fokus aja membersihkan luka di kening kakak, hidung kakak abaikan saja."

"Tapi ini yang kedua kalinya aku melihat hidung kak Anthala berdara-"

"Naira Cempaka," potong Anthala

Naira meneguk ludahnya kasar saat Anthala memanggil lengkap dengan namanya yang berarti perintah Anthala harus ia turuti.

Lima menit kemudian, Naira sudah mengobati luka di kening Anthala.

"Kakak harus mandi sekarang. Apakah kamu sudah shalat isya?"

"Belum," ucap Naira sambil menunduk, "tapi kata kakak di sms kan suruh Naira untuk menunggu kakak pulang karena mau shalat isya berjamaah."

Anthala tersenyum manis lalu berjalan ke kamar mandi. Dia akan mandi dan wudhu untuk menjadi imam shalat bersama istri kecilnya itu.

"Eh, kak Anthala kenapa bawa obat P3K ke kamar mandi?" gumam Naira baru sadar ketika dia akan menyimpan obat P3K sudah hilang dari pangkuannya. Siapa lagi kalau bukan Anthala yang mengambilnya.

Naira mengedipkan bahunya acuh lalu duduk di atas ranjang menunggu Anthal menyelesaikan ritual mandinya. Ia juga harus mengambil wudhu karena ia sudah batal menyentuh kening suaminya.

Sementara di dalam kamar Anthala akhirnya bisa mengeluarkan ringisan yang sejak tadi ia tahan.

"Shit! Si Elang menggoreskan pisau ke pergelangan tangan gue ternyata sangat dalam," desisinya sambil membuka baju hitamnya serta jaketnya itu dan terlihatlah sayatan yang memanjang di pergelangan tangan kirinya.

Anthala segera mengambil alkohol lalu mengoleskannya ke lukanya itu setelah itu ia melilitkan perban di sana.

Napasnya terengah-engah menahan rasa sakit yang menjalar pada lengannya ini. Mata lengamnya itu menatap wajahnya di cermin lalu terkekeh kecil.

"Mana mungkin gue mengatakan gue terluka parah, bisa-bisa istri kecil gue itu khawatir."

Anthala tidak mau membuat Naira khawatir karena itulah dia menahan sakit di dalam kamar ini seorang diri.

Tangannya mengelus perutnya yang berotot yang ditendang oleh Alvaro, ada bekas yang membiru di sana.

"Geng sialan itu tidak kapok menyerah Geng gue padahal sudah ratusan kalian mereka kalah."

Sebaiknya ia segera mandi takut istri kecilnya itu terlalu lama menunggunya untuk shalat berjamaah bersama-sama.

******

"Kakak kan sudah janji untuk membacakan surat Ar-Rahman dan sekarang waktunya untuk kakak membawakan surat tersebut."

"Gak usah kakak, lain kali aja kakak harus istirahat karena luka di kening kakak pasti sangat sakit."

Kedua pasangan yang sudah halal mengikat janji suci tadi pagi tengah saling berhadapan di atas sajadah. Naira dengan mukena putihnya begitu cantik dan Anthala dengan kokonya begitu sangat tampan. Mereka seperti pasangan serasi.

"No." Anthala menggeleng, "kakak paling tidak suka melanggar janji."

Anthala membuka kitab suci Al-Qur'an lalu mulai mencari surat Ar-Rahman.

Naira hanya bisa menghela napas, pasrah. Dia duduk menatap suaminya ini yang akan mulai membacakan surat Ar-Rahman. Naira tidak berharap suaminya ini lancar membaca kitab suci Al-Qur'an, dia menghargai niat Anthala untuk membuatnya bahagia.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


Naira menahan napas saat suaminya mulai mengucapkan basmallah. Suara bas milik suaminya membuat jantungnya berdetak kencang, bukan karena ia jatuh cinta tetapi karena tidak menyangkan suara Anthala bisa selembut itu.

اَلرَّحْمٰنُۙ

Bibir Anthala mulai melantunkan surat Ar-Rahman dengan penuh penghayatan.

عَلَّمَ الْقُرْاٰنَۗ


Kita tidak tahu hati manusia seperti apa. Mungkin jika dilihat dia adalah laki-laki berandalan seperti preman namun hatinya bisa saja malah berbeda.

خَلَقَ الْاِنْسَانَۙ


Wahai Tuhan yang menciptakan alam semesta dan seluruh isinya, bisa kah Engkau memperlihatkan siapa sebenarnya sosok yang tadi pagi mengucapkan ijab qabul dan mengikatnya menjadi miliknya?

عَلَّمَهُ الْبَيَانَ


Hati Naira menghangat, untuk memandang sosok di depannya yang memakai pakaian saja tidak mampu sebah saat ini dirinya tengah menjatuhkan air mata ke bumi.

اَلشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍۙ

Sampai di ayat lima Anthala membacakan ayat tersebut dia tidak sadar bahwa istri kecilnya itu diam-diam menangis. Anthala terlalu khusyu membaca setiap bait-bait dalam surah Ar-Rahman.

Sampai pada ayat 14, Anthala menghirup napas banyak mungkin lalu mulai membacakan ayat tersebut.


فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?

Allah memberikan nikmat tiada tara kepada Hambanya. Kita sebagai manusia harus banyak bersyukur mulai dari sekarang. Jangan mengeluh karena setiap rasa kesabaranmu nanti pasti akan ada hasilnya. Percayalah Allah tidak akan menguji Hamba-Nya di luar batas kemampuannya.

تَبٰرَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِى الْجَلٰلِ وَالْاِكْرَامِ

Sampai di ayat 78, akhirnya Anthala bisa menyelesaikan setiap bait-bait dalam surat Ar-Rahman.

صَدَقَ اللهُ اْلعَظِيْمُ


Anthala mengakhiri bacaannya sambil mencium mushaf lalu meletakannya di atas nakas.

Ada begitu banyak begitu keutamaan dalam membaca surat Ar-rahman diantaranya yaitu. Akan membuat seseorang lebih diridai Allah SWT atas segala tindakannya. Begitu pun membuat Allah SWT semakin mencintai segala kelemahan hambanya. Dalam tafsir Ats Tsaqolayn, Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa membaca Surah Ar Rahman, Allah akan menyayangi kelemahannya dan meridai nikmat yang dikaruniakan kepadanya."

"Bagaimana apakah ada kesalahan saat kakak membawa surat Ar-Rahman? Bacaan atau tajwidnya mungkin?" tanya Anthala melepaskan peci dari kepalanya.

Naira hanya diam, dia tidak tahu harus berreaksi seperti apa. Di depannya ini suaminya begitu berbeda dari apa yang ia lihat selama ini.

"Kenapa kakak bisa membaca surat Ar-Rahman dengan begitu lancar?"

"Sebenarnya kakak hapal surat Ar-Rahman sudah lama jika kamu ingin tahu, mungkin itulah mengapa kakak bisa lancar dalam melantunkan setiap ayat-ayat dalam surat tersebut."

"Udah lama?" kaget Naira. Dan tunggu! Anthala ternyata sebenarnya sudah lama menghapal surat Ar-Rahman?

Ada begitu banyak misteri yang belum terpecahkan tentang siapa laki-laki yang sudah menjadi suaminya ini.

"Naira, kamu tahu alasan kakak menghapal surat Ar-Rahman?" tanya Anthala tiba-tibam

Naira memilih diam mendengarkan setiap perkataan suaminya ini sampai akhirnya dia kembali berkata lagi.

"Karena dulu kakak pernah berjanji pada diri kakak sendiri, kakak ingin membacakan surat Ar-Rahman untuk siapapun istri kakak saat di hari pernikahan. Dan ternyata kakak tidak menduga bahwa perempuan yang akan menjadi istri kakak itu ternyata kamu, kakak begitu bahagia. Masih tidak menyangkan sebenarnya memiliki istri shalehah seperti kamu, Naira. Ingin kakak katakan Fa bi'ayyi alaaa'i robbikumaa
tukazibaan. Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kau dustakan? Kakak beruntung memiliki istri sepertimu."

Tangan kekar Anthala menarik dagu kecil istrinya itu membuat sang empu mengondak menatapnya.

"Kamu mungkin menganggap kakak bukanlah kriteria dari laki-laki idamanmu, tapi percayalah Naira, kakak akan berusaha menyanggupi menjadi laki-laki idamanmu itu."

Lagi Naira tidak mampu untuk berkata walaupun hanya satu kata saja. Tenggorokannya tercekat seakan ada sesuatu yang menahannya untuk bersuara.

Cup!

Kedua mata Naira melebar seketika saat merasakan Amthala mengecup keningnya untuk kedua kalinya.

Naira saat ini tidak hanya tidak bisa bersuara, untuk bergerak pun ia tidak bisa seolah-olah raganya ditarik.

"Sebaiknya sekarang kita tidur. Besok pagi kita akan pindah ke rumah kita sendiri. Kebetulan kakak sudah menyiapkan rumah yang jaraknya lumayan dekat dengan sekolah."

Naira mengerjap, dia akhirnya tersadar dari lamunannya. Sampai akhirnya dia berdiri namun apa yang terjadi?

Tiba-tiba saja Anthala menggendongnya dari depan membuatnya seketika harus mengalungkan kedua tangannya ke leher suaminya itu.

Anthala dengan lembut meletakan tubuh Naira ke atas ranjang, dia membuka mukena putih yang Naira kenakan sampai akhirnya rambut panjang Naira terlihat.

"Tidur sekarang."

Naira mengigit bibirnya lalu membalikan badannya memunggungi Anthala. Demi Allah, jantungnya sekarang berdetak tak karuan.

"Astagfirullah hal'adzim!" Naira seketika beristigfar saat merasakan tangan kekar memeluk pinggangnya. Dia ingin berteriak namun seakan tersadar bahwa laki-laki yang dengan lancang memeluk pinggangnya adalah suaminya sendiri.

Seumur hidupnya Naira tidak pernah merasakan satu ranjang dengan laki-laki dan mungkin malam ini ia tidak akan tidur nyenyak.

Anthala adalah suaminya, ia tidak bisa menendang tubuh Anthala sampai ke lantai. Naira harus menahan untuk tidak memberontak.

Naira sepertinya tidak akan bisa tidur malam ini.

Namun tanpa Naira sadari lima menit kemudian kedua matanya menjadi sayu dan dengan perlahan dia larut dalam mimpi setelah baca doa sebelum tidur.

Malam ini Naira untuk pertama kalinya berada dalam pelukan Anthala tidur dengan nyenyaknya.

Bersambung....

Continue Reading

You'll Also Like

23.8M 2.5M 73
Bagaimana perasaan kalian jika dijodohkan dengan seseorang yang tidak masuk kedalam kriteria pasangan impian kalian? itulah yang Zara rasakan. Namany...
40.5K 1.7K 15
Bismillah! Ini tentang masalaluku... masa di mana aku pernah jauh dari-Nya masa dimana aku sangat begitu buruk... Kisah ini telah kurangkum dala...
3.4M 97.8K 13
Tentang seorang laki-laki yang menyandang status ketua geng motor harus menikahi seorang gadis bercadar hanya karena sebuah perjodohan. Dia Muhammad...
1.5M 3.2K 2
WARNING‼️CERITA INI LENGKAPANYA DI INNOVEL/DREAME Saling kenal hanya sekedar nama. Tidak akur saling cuek, acuh, dan tak pernah bersapa. Mereka hany...