ALFA

Por uchihacia

6.2M 360K 13.9K

Gimana jadinya kalau seorang badboy jatuh cinta pada pandangan pertama? Pada seorang gadis yang ternyata adal... M谩s

PROLOG
1. AWAL KESIALAN
2. LION GENG
3. EMANG LO SIAPA?
4. CRAZY THING
5. KETAKUTAN GABY
6. UNGKAPAN
7. INTROGASI
8. JADIAN?
9. MISS YOU
10. PROMISE
11. JEALOUS
12. MASALAH
13. AMARAH
14. BAIKAN
15. LOVE YOU
16. CAMER
17. ANCAMAN
18. MODUS
19. TIPUAN
20. RECEH
21. LAMPU IJO
22. BIANG MASALAH
23. TAK TERDUGA
24. JEALOUSY
25. KABAR MENGEJUTKAN
26. MASALAH BARU
27. KEJUTAN
28. SAH!
29. MALAM PERTAMA?
30. PINDAHAN
31. SI PALING PRIORITAS
32. MABAR
33. SUAMI IDAMAN
34.KESABARAN ALFA
35. GALANG
36. POSESIF
37. MILIK ALFA SEUTUHNYA
38. BERULAH
39. NASEHAT MAMA
40. FAKTA SEBENARNYA
41. SAYANGNYA ALFA
42. STRATEGI
43. MASALAH SELESAI
44. OLAHRAGA-MALAM?
45. GREGET UDAH NGEBET
46. SOFT BOY
47. KATA MAAF
48. MUNGKINKAH?
50. PERKARA SUSU
51. NGIDAM VERSI GABY
52. SEPATU JORDAN
53. MARTABAK BOBA
54. UNDANGAN
55. SHOPPING
56. WELCOME BABY BOY
57. MY LADY
58. GAY? AND END
CERITA BARU

49. POSITIF WOI

78.2K 5K 315
Por uchihacia

“Stop Comparing Your Self With People.”
Kamu hebat dengan cara kamu sendiri. Tidak peduli seberapa banyak yang membaca dan menyukai tetaplah menulis, karena menulis hanya pelampiasan, tapi itu lebih baik daripada memendam perasaan.


Hi👋🏻👋🏻

Sorry baru update lagi sibuk sama dunia nyata

Langsung baca aja yukk tapi jangan lupa vote dan kencengin juga targetnya!!

Typo? Tandai

Happy Reading🔥🔥

Gaby menatap pantulannya di depan cermin. Perempuan itu menghembuskan napasnya lelah saat melihat wajahnya masih pucat walau kepala dan perut sudah tidak lagi sakit.

“Gue harus gimana?” Gaby mengigit jari telunjuknya bingung. Ia pun kembali mengambil benda pipih di keramik wastafel dengan perasaan ragu. “Gue pengen coba tapi takut lihat hasilnya.”

Perlahan tangan kanannya turun mengelus perut datarnya di balik kaos hitam milik Alfa. “Please, kamu jangan muncul dulu ya sayang aku—”

“Yang, kamu lagi apa sih? Kenapa lama banget di dalamnya?” tanya Alfa. Suara barintonya menggema di balik pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat lebih dari lima belas menit yang lalu.

Seketika tubuh Gaby menegang kala mendengar suara dari luar. “I-iya ... Bentar lagi aku keluar.”

Dengan debaran jantung yang berdetak kencang Gaby merapikan penampilannya sebentar lalu memutuskan keluar. Dan hal pertama yang dirinya lihat adalah wajah khawatir yang Alfa tunjukan padanya.

“Perutnya masih sakit?” tanya Alfa penuh khawatir ketika melihat wajah istrinya masih terlihat pucat sepeti mayat hidup. “Kita ke dokter aja ya?”

Gaby menggeleng cepat. “N-nggak usah aku udah baikan kok.”

“Beneran?” Alfa menuntun Gaby menuju ranjang lalu mendudukkannya pelan. 

Wanita itu mengangguk, tak lama ia menarik napas dalam mencoba untuk tidak terlihat gugup. Rasanya ingin sekali bercerita, tapi hatinya bimbang entah kenapa.

Gimana kalau Alfa marah karena ini kecepatan? batinnya.

“Ada masalah, hm? Aku perhatiin dari pulang sekolah tadi kamu jadi aneh,” ujar Alfa membuat Gaby gelagapan seperti ikan.

Begitu manik matanya tertangkap oleh mata tajam Alfa, Gaby menghembuskan napasnya pasrah. Mungkin akan lebih baik jika ia berkata jujur agar semuanya tidak menimbulkan masalah nantinya.

Dengan keberanian yang Gaby paksakan ia merubah posisi duduknya. Bergeser lebih dekat dengan laki-laki yang masih setia memperhatikan semua gerak geriknya. 

“Kenapa?”

“A-aku telat,” cicit Gaby dengan suara lirih.

“Telat?”

Dahi Alfa mengkerut tidak paham. Dengan sabar ia mengelus kepala Gaby amat sayang. “Maksudnya apa? Bicara yang jelas aku nggak ngerti kalau kamu ngomongnya setengah-setengah.” 

Gaby menggigit bibirnya ragu. “A-aku nggak tau pasti tapi kayaknya aku hamil.”

“Hah?” Alfa cengo mendengarnya.

“Aku lebih sensitif, badan aku makin berisi, gampang capek terus sekarang aku telat haid, Alfa.”

Cowok itu hanya mengerjapkan matanya beberapa kali. Benar-benar belum bisa mencerna apa yang barusan istrinya ucapkan.

“Aku tadi sempat beli test pack tapi belum aku coba,” ucap Gaby sambil menundukkan kepalanya dalam. “Takut liat hasilnya.”

“Kenapa mesti takut? Kamu gak senang kalau beneran hamil?” tanya Alfa menaikkan sebelah alisnya, suaranya terdengar mengintimidasi dari sebelumnya.

Pemuda itu sedikit tersinggung dengan apa yang istrinya katakan. Mereka sudah menikah lalu apa yang mesti ditakuti? Padahal jika boleh jujur dirinya sudah sangat menunggu momen ini. Dia benar-benar menginginkan seorang jagoan. 

“Bukan gitu, Alfa.” Gaby masih menunduk seraya memilin-milin ujung kaosnya. “Aku cuma belum siap. Maksudnya aku takut nggak bisa jagain dia karena  aku masih muda. Kamu tau sendiri aku ini labil, aku takut nyelakain dia.” 

Melihat raut wajah istrinya yang begitu tertekan Alfa segera memeluk wanitanya erat. Mengusap punggungnya pelan mencoba memberi rasa aman dan nyaman.

“Aku ada disini,” bisik Alfa lembut tepat di telinga Gaby. “Aku janji bakal berusaha sekuatnya buat jagain kalian.”

Mendengar hal itu Gaby pun tersenyum tipis dibalik punggung suaminya. “Kamu beneran udah siap kalau aku hamil kan?” tanyanya memastikan.

Alfa menguraikan pelukannya sejenak kemudian menatap dalam kedua iris mata Gaby. “Mau ke dokter kandungan? Kita cek sama-sama biar tau hasilnya.”

Gaby meremas jemari tangannya di bawah sana, dan tentunya hal itu tidak luput dari penglihatan Alfa. 

“Aku takut kalau—”

Cup

Trust me,” ucap Alfa menyakinkan. Ia tersenyum lembut sambil mengelus surai hitam sang istri. “Everything will be oke.”

“Bunda pasti bahagia denger berita kehamilan kamu apalagi Ayah sama Satria. Belum lagi keluarga aku.”

Untuk sejenak Gaby sempat terhipnotis dengan kata-kata manis Alfa, namun beberapa detik kemudian wanita itu kembali tersadar. “Kalau ternyata aku belum hamil gimana?” tanyanya.

Alfa terkekeh, ia kembali mendaratkan kecupannya pada bibir terbuka Gaby. “Itu artinya kita harus rajin olahraga malam biar berhasil.”

Gaby berdecak kesal. Cowok itu sempat-sempatnya mesum di momen yang tidak pas. “Aku serius, Alfa”

“Bercanda sayang,” ucap Alfa mengelus pipi Gaby. “Kalaupun kamu belum hamil itu artinya belum rezeki kita.”

Gaby tersenyum lega. Setidaknya perasaannya yang sempat berkecamuk dalam hatinya perlahan mulai menghilang. 

“Ayo siap-siap,” ajak Gaby tiba-tiba membuat Alfa mengerutkan keningnya.

“Mau kemana?” tanya Alfa sembari mengejar Gaby yang sudah melesat membuka lemari pakaian.

Gaby mendengus lalu berbalik dengan kedua matanya yang menatap tajam suaminya. “Tadi katanya ngajak ke dokter gimana sih?!”

Alfa menepuk jidatnya. “Lupa gue! Yaudah gue tungguin di luar.”

“Kamu nggak mau ganti baju dulu?”

Cowok itu menggeleng. “Gini aja udah ganteng.”

“Dih,” gumam Gaby melihat tingkat kepercayaan diri Alfa yang melebihi rata-rata manusia pada umumnya.

•••🦋•••

Alfa membuka pintu ruang spesialis kandungan setelah dirinya tadi membuat janji dengan dokter Rey—teman Papanya sejak ia masih SD.

Melihat siapa yang masuk ke dalam ruangannya pria paruh baya yang semula sibuk dengan berkas-berkas di kedua tangannya mendongak. Ia melepas kaca matanya lalu segera berdiri menyambut kedatangan Alfa dengan senyum hangat.

“Om kira kamu cuma bercanda bilang mau ke sini taunya beneran datang,” ucap Rey membuat Alfa terkekeh.

“Sejak kapan Alfa pernah bohong sama Om?” tanya Alfa seraya menggenggam tangan Gaby kuat ketika wanita itu hendak duduk di atas bangkar.

“Pelan-pelan,” kata Alfa pada Gaby.

Pandangan Rey bergulir ke arah satu-satunya perempuan yang ada di ruangannya. Kedua matanya menyipit dan terus memperhatikan setiap gerak-gerik yang Gaby lalukan hingga tanpa sadar membuat Gaby tidak nyaman ditempat.

“Al, dokter kenalan kamu kenapa dari tadi ngeliatin aku terus sih? Aku jadi risih tau,” bisik Gaby sambil menarik kaos Alfa.

Penasaran dengan apa yang istrinya katakan Alfa menoleh ke arah orang dimaksud. Dan benar saja saat itu Om Rey ketahuan tengah memandangi Gaby dengan pandangan menelisik.

“Om, berhenti liatin istri aku! Gara-gara sikap Om, Gaby jadi nggak nyaman,” protes Alfa membuat Gaby mendelik mendengarnya.

“Alfa, nggak sopan ngomong gitu.” Gaby mencubit pinggang Alfa. Namun perlakuannya itu bukannya membuat suaminya menurut malah cengengesan seperti orang gila.

“Maaf sayang.”

Merasa menjadi obat nyamuk di tengah-tengah pasangan muda di depannya, Rey pun berdehem membuat Alfa dan Gaby menoleh ke arahnya.

“Jadi masalah kamu apa, Fa? Istri kamu hamil?” tanya Rey seraya mengambil stetoskop yang ada di atas meja. “Atau mau konsultasi tentang kontrasepsi? Mengingat kalian masih sekolah kan?”

Alfa menggeleng, “Aku kesini mau cek kandungan.”

“Istri kamu hamil?” Rey melotot tak percaya.

Alfa meringis menyadari kesalahannya. “Bukan gitu Om, maksudnya mau cek Gaby hamil apa nggak? Soalnya dia udah telat,” ralatnya.

Rey mendengus, “Kirain istri kamu hamil.”

Alfa cengengesan di tempatnya sembari mengecup jemari tangan sang istri. “Doain aja Om semoga Gaby beneran hamil.”

“Dasar bocah, masih bocah aja pengen punya bocah.” Rey menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir kemudian tersenyum pada perempuan di hadapannya yang terlihat canggung.

“Halo Gaby gimana kabarnya? Terakhir kali Om lihat pas akad dulu, sekarang tambah cantik aja.” Rey melirik Alfa sengaja memancing laki-laki di belakangnya. 

“Om Rey, berhenti godain istri Alfa!” seru Alfa menginterupsi.

Rey tertawa ngakak setelah menyuruh Gaby untuk berbaring agar memudahkannya menjalankan serangkai pemeriksaan yang akan ia lakukan. Diawali dengan memeriksa tekanan darah, denyut jantung, laju pernafasan, dan suhu tubuh.

“Semua normal ya nggak ada masalah,” jelas Rey pada Gaby, wanita itu mengangguk. “Sekarang buka bajunya, Om—”

“Mau ngapain? Kenapa nyuruh Gaby buka baju segala? Om jangan macem-macem ya atau Alfa—” 

“Kamu mau Om bius biar bisa diem?!” Rey menatap tajam Alfa di sampingnya. “Udah sekarang kamu diem nggak usah komentar, Om mau USG dulu buat mastiin istri kamu hamil apa nggak.”

Alfa mengerucutkan bibirnya kemudian mundur beberapa langkah memberi ruang untuk Om Rey melakukan pemeriksaan selanjutnya. Sedangkan Gaby hanya terkekeh melihat tingkah suaminya yang menurutnya sangat cemburuan.

Rey dengan cepat menyingkap kaos Gaby membuat Alfa tak ikhlas melihatnya. Kemudian mengoleskan gel ke perut datar Gaby dan mulai melakukan USG.

Alfa dan Gaby tidak bisa menyembunyikan keantusiasannya saat layar monitor yang berada di depan mereka menyala. Memperlihatkan gambar yang sebenarnya tidak begitu mereka pahami.

“Lihat! Istri kamu beneran hamil Fa!” Rey menunjuk layar dengan laser kecil agar Alfa tahu maksudnya.

“Kamu lihat titik kecil di sana kan? Itu adalah janin yang bakal tumbuh sampai sempurna menjadi bayi.”

Kedua manusia berbeda gender itu tidak bisa berkata-kata lagi, mereka masih terpanah dengan apa yang mereka lihat sampai-sampai tidak mendengar dengan jelas ucapannya dokter Rey.

“Om, itu beneran jagoan aku? Om nggak lagi nge-prank aku kan?” tanya Alfa menatap dalam Rey menuntut.

Dalam hidupnya hal yang paling membahagiakan bagi Alfa adalah mendengar bahwa sebentar lagi ia akan menjadi seorang Papa di usia muda. Dirinya sangat bersyukur dengan kehadiran nyawa kecil yang kini hidup membawa darahnya yang kelak akan membuat hidupnya kian sempurna.

Rey tertawa mendengarnya. “Selamat ya usia janinnya 7 minggu. Sebentar lagi kalian akan jadi orang tua, Om harap kalian bisa bertambah dewasa dalam menjalani rumah kalian ke depannya.”

“Makasih, Om.”

Hanya dua kata yang bisa Gaby ucapkan. Perasaannya saat ini tidak bisa dijabarkan oleh sekedar kata-kata. Ada perasaan bahagia yang nyaris membuatnya menangis, namun ada juga perasaan khawatir dan was-was karena setaunya hamil di usia muda itu banyak resikonya.

“Makasih.” Gaby mendongak begitu kecupan hangat menyapa keningnya. Alfa tersenyum dengan mata berkaca-kaca menahan tangis. “Makasih udah buat hidup aku semakin berwarna, aku benar-benar bahagia karena kamu. I love you more.”

Gaby tersenyum sambil menggenggam jemari kekar Alfa. “I love you too, dan aku juga bahagia karena kamu.”

Di sisi lain Rey memutar bola matanya jengah. Ia pun berdehem keras. “Sesi mengbaper selesai, sekarang kalian dengerin perkataan Om terutama kamu, Alfa dengerin Om baik-baik.”

Manusia yang masih dilanda rasa bahagia itu mengangguk mantap lalu Om Rey melanjutkan ucapannya.

“Walaupun kandungan Gaby baik-baik saja dan sehat tapi Om ingatkan untuk berhati-hati. Terutama ketika berhubungan, kamu sekarang harus puasa dulu Alfa. Tahan nafsu kamu paling tidak sampai kandungan Gaby kuat di usia empat atau lima bulan.”

“Lima bulan?” Alfa cengo mendengarnya. “Serius? Terus nanti kalo aku pengen gituan gimana? Main solo nggak keren, Om.”

Gaby dan Rey melotot bersamaan saat itu juga. Dasar manusia tidak punya akal sehat.



***
TBC

Akhirnya ... Gabial coming soon gaes🥳🥳🥳

Siapin nama versi kalian besokk😆😆

Selamat juga buat Alfa yang bentar lagi bakal jadi Papa muda😭😭

Mahmud sehat-sehat ya🤗🤗

Mau ngomong apa sama mereka??

Eh, aku juga mau kasih tau kalo sebenarnya akun Instagram semua pemain ALFA itu tidak benar-benar aktif ya teman-teman. Mungkin ada beberapa yang aktif tapi hanya digunain sebagai sarana pendukung dalam cerita ini. Kalau pun ada yang iseng menyapa kalian itu adalah RP ALFA dll.

Btw, ada yang mau tanya-tanya??

Jangan lupa budayakan tinggalin vote sesudah membaca dan komen juga jika perlu

Next time see you all

Seguir leyendo

Tambi茅n te gustar谩n

1.5M 181K 36
Aryan Virendra Atharrazka, seorang pengacara berusia 26 tahun, anak kedua dari pasangan Abyan dan Zara. Tak pernah menjalin asmara dengan perempuan m...
3M 255K 62
鈿狅笍 BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
289K 8.8K 41
"Lo adalah gadis yang masuk ke dalam kehidupan gue." Stop馃敒 Konten dewasa, bocil menjauh. (jika ingin lanjut silakan. Tapi dosa tanggung sendiri ya)...
123K 9.6K 50
Fatya Sachikirani gadis bertubuh gemuk itu, tiba-tiba saja dilamar oleh Yuga Manendra, yang tak lain adalah kakak dari sahabatnya, Alvhi Manendra. ...