About Everything [END]

By fairytls

976K 120K 116K

[PRIVAT, FOLLOW UNTUK BACA LENGKAP] Laluka Lotusia gadis yang menjadi korban bullying di sekolahnya, dia tida... More

P R O L O G U E
1. Angkasa High School
2. Slytherin
3. Pearl Family
4. Fried Rice
5. Unexpected
6. Eating Together
7. Careless
8. School
9. Damn! Meet Again
10. Beginning of Trouble
11. Allergy?
12. Wagering
13. Racing
14. She's a Antagonist
15. Thank You, Bad Boy
16. Scholarship Revoked
17. Cooking For Bad boy
18. Bullying
20. Nothing is Free, Little Girl
21. Unclear Gang
22. Bullying Again
23. Deal With The Bad Guy
24. Mrs Mahendra
25. Turn On
26. Axel's Arrival
27. New Student
28. The Jealous
29. First Kiss
30. Love Triangle
31. Blue Sea
32. Problem Is Coming
33. Disappointed
34. Father Or Son
35. Company Party
36. Company Party II
37. Rumors
38. Angkasa's Past
39. Live In Hostel
40. Boyfriends?
41. Kill Yourself Or Be Killed
42. Between Life Or Death
43. They Confess To Luka
44. She's Alleana Maracle Pearl
45. Mortal Enemy
46. Open Eyes
47. Luka Parents
48. Choose Who?
49. Select All
50. Is It Love?
51. Exam
52. Elang's Secret
53. Foot Candy
54. Last Day Of Exam
55. Take Report
56. School Holidays
57. First Date With Axel
58. Second Date With Angkasa
59. Third Date With Orion
E P I L O G U E

19. Offering Help

14.9K 2K 802
By fairytls

Di sebuah ruangan yang cukup luas Angkasa tengah duduk sambil membolak-balik beberapa berkas. Tak lupa laptop berlogo apel yang sedang menyala terbuka di atas meja kerjanya.

Ceklek

Pandangan Angkasa beralih menatap ke arah pintu, di ambang pintu terlihat Luka mengenakan dress pink muda berlengan panjang sedikit di atas lutut. Sangat pas dipakai gadis itu.

"Duduk," titah Angkasa.

Luka melangkah mendekati Angkasa dengan ragu. Pria di depannya ini memang tampan serta memiliki suara yang dalam membuat bergidik saat mendengarnya. Luka menarik kursi dan segera duduk.

"Laluka Lotusia. Sejak bayi tinggal di panti asuhan sekarang sekolah di Angkasa High School, orangtua tidak diketahui dan untuk saat ini tinggal sendiri." Angkasa membaca berkas yang ia pegang.

"Dari mana dia tau sebanyak itu?"

"Ah satu lagi, beasiswa kamu baru saja dicabut minggu lalu, right?" ucap Angkasa menutup berkas yang ia pegang dan meletakkannya di atas meja.

"Da-dari mana Om tau?" tanya Luka penasaran.

"Itu sangat mudah, saya punya banyak akses dan bodyguard untuk mencari informasi seperti ini," ucap Angkasa angkuh.

"Seminggu lagi kamu akan dikeluarkan dari sekolah jika tidak membayar uang sekolah mu."

Luka meremat jarinya gelisah, ia seharusnya dengan cepat menemui pemilik sekolah untuk mengajukan berkas agar beasiswanya kembali. Tapi ia malah lupa, dasar bodoh!

"Saya bisa membantu mu, jika kamu mau. Namun itu tidak gratis?"

Luka mengerutkan kening. "Maksud Om?" tanya Luka.

"Saya bisa membayar uang sekolah kamu bahkan sampai kamu lulus sekali pun."

"Tapi itu tidak gratis," lanjut Angkasa.

Luka terdiam sejenak. "Nggak usah Om, ngerepotin. Aku masih bisa mengajukan berkas kepada pemilik sekolah agar beasiswa itu kembali," ucap Luka.

"Kemana kamu akan mengajukan berkas, Papa Alexa?" tanya Angkasa.

Luka menggeleng. "Pemilik sekolah satunya, besok aku akan menemuinya. Kalau begitu aku permisi, Om." Luka berdiri.

"Biar supir saya yang antar," ucap angkasa.

"Nggak usah Om, aku bisa pulang sendiri," tolak Luka.

"Bajunya besok aku balikin, Om" Luka tersenyum paksa lalu berbalik keluar dari ruangan Angkasa. Ia sedikit kesal dengan pria itu, tentu saja Luka tidak bodoh untuk mengerti maksud Angkasa. Ia ingin membantu dirinya tapi tidak gratis?

Sepeninggal Luka dari ruangannya Angkasa terkekeh pelan. "Besok kamu akan menemui saya lagi," ucap Angkasa bersandar pada kursinya. Angkasa merasa gadis itu semakin menarik.

***

Dengan gontai Luka berjalan menyusuri trotoar. Dress pink yang cantik, high heels dengan tinggi tujuh cm terpakai apik dikakinya, orang yang melihat Luka akan mengira ia anak orang kaya. Luka menatap langit di atas sana yang tiba-tiba berubah abu-abu tidak lagi biru. Luka tidak ingin pulang sekarang terlalu banyak pikiran di otak kecilnya, terutama masalah beasiswanya.

Lama-kelamaan berjalan kaki Luka mulai pegal, ia memutuskan duduk di pinggir jalan dengan dedaun kering berjatuhan, ia duduk termenung sambil melihat daun yang terbang tak tentu arah. Berkali-kali Luka menghela napas pelan akan dunia yang tidak adil kepadanya. Angin berhembus pelan menerpa wajah serta menerbangkan beberapa helai rambutnya, cairan bening jatuh dari mata Luka.

"Aku benci hidupku," ucap Luka pelan sambil menahan isakan tangisnya. Siapa yang akan tahan jika berada diposisi Luka? Bukan tanpa alasan kenapa ia tidak bisa melawan Alexa ketika dibully. Luka hanyalah gadis malang yang sering mendapatkan pembullyan verbal maupun kekerasan fisik. Ia bukan anak yang genius kapasitas otaknya biasa-biasa saja. Luka mendapatkan beasiswa karena ia dari kalangan orang tidak mampu sehingga bisa sekolah di sekolahan elite seperti Angkasa High School. Harusnya ia tidak membuat masalah dengan Alexa, harusnya ia menjauhi Orion pasti beasiswanya tidak akan dicabut oleh Papa Alexa.

"Kata orang Tuhan itu adil ... tapi kenapa nggak adil sama aku?"

"Aku capek." Luka menundukkan kepalanya diantara sela lutut dengan tangan yang ikut menutupi wajahnya.

"Hei."

"Lo gapapa?" Suara laki-laki menusuk telinga Luka.

Luka mendongkak ke samping dan melihat orang yang ia kenal sedang berdiri dan menatap ke arahnya. "Orion," lirih Luka.

Orion kaget melihat Luka, kenapa Luka bisa ada di sini? Pikir Orion.

"Kenapa nangis?" Orion berjongkok menatap wajah Luka, ia tiba-tiba terkekeh pelan melihat air mata Luka serta hidung Luka yang berair dan sedikit memerah. "Lihat wajah lo, lucu banget." Orion menangkup kedua pipi Luka, ia memandang lekat wajah gadis di depannya.

Luka segera mengusap air mata serta hidungnya dengan lengan baju yang ia pakai membuat Orion geleng-geleng kepala melihat tingkah Luka. "Lo kenapa nangis?" Orion kembali bertanya, tangannya sudah menjauh dari pipi Luka.

Luka berdiri membuat Orion juga ikut berdiri, Luka melihat ke arah bawah enggan memandang wajah Orion. Orion sedikit menunduk mensejajarkan posisi wajahnya dengan wajah Luka. "Mau gue antar pulang lagi?" tawar Orion dan Luka segera menggeleng cepat.

"Ya udah kalau nggak mau ... gue tinggal." Orion melangkah menjauhi Luka.

Orion berhenti melangkah. "Katanya di sini seram, banyak begal, hati-hati aja," ucap Orion tanpa membalikkan tubuhnya ke arah Luka.

Luka menoleh kanan kiri melihat kondisi disekitarnya yang sepi, ucapan Orion barusan berhasil membuatnya takut. "O-orion," panggil Luka membuat Orion menghentikan langkahnya tanpa berbalik.

"Kenapa," sahut Orion.

"Ikut."

Orion tersenyum kecil mendengar kata yang Luka lontarkan barusan. "Ayo." Orion kembali melanjutkan langkah dengan Luka yang perlahan menyusul di belakang nya.

"Naik," titah Orion.

Luka segera naik ke atas motor Orion, ia berpegangan pada pundak cowok itu. Orion melihat sekilas tangan Luka yang berada dipundaknya, ia tersenyum kecil dari balik helm.

Orion mengantar Luka sampai di depan rumahnya dengan selamat. "Makasih ya," ucap Luka tersenyum tipis.

Orion berdeham pelan, ia memperhatikan penampilan Luka dari atas sampai bawah. Orion baru sadar ternyata Luka sangat cantik dengan dress pinknya. Luka mengikuti arah pandang Orion ia melihat ke bawah memperhatikan penampilannya, apakah ada yang salah?

Luka mengibaskan tangan kanannya ke depan wajah Orion. "Orion, kenapa bengong?"

"Ah... nggak itu ... gue boleh mampir? Haus." Orion mengalihkan pembicaraan.

"Boleh," jawab Luka ragu.

Luka masuk ke dalam rumahnya sedangkan Orion duduk di kursi yang tersedia di teras. Luka mengambil botol minum dari kulkas dan segera menuangkan air ke dalam gelas. Luka menghampiri Orion, ia duduk di kursi kosong sebelah Orion.

"Ini." Luka menyodorkan gelas kepada Orion.

"Adanya cuma air putih, maaf ya," lanjut Luka

"Gapapa." Orion meraih gelas tersebut namun tak sengaja jari mereka saling bersentuhan menimbulkan aliran listri yang mampu mengetarkan hati keduanya, terjadi kontak mata diantara mereka tidak lebih dari satu menit. Luka segera melepaskan tangannya dari gelas dan menunduk canggung.

"Lo tinggal sendiri?" tanya Orion meletakkan gelasnya ke atas meja.

"Iya."

"Nggak takut?"

"Udah biasa," jawab Luka.

"Lo pacaran sama Axel?" Pertanyaan Orion membuat Luka spontan menatap ke arahnya.

"Nggak." Luka menggeleng cepat.

Orion mengangguk pelan. "Kayaknya lo deket sama dia," lanjut Orion.

"Kami cuma temenan," balas Luka.

Lengang sesaat hingga akhirnya Orion memutuskan untuk pulang. Setelah Orion pulang Luka segera masuk ke dalam rumahnya tak lupa ia membawa gelas bekas Orion minum tadi, ia akan menyiapkan berkas untuk besok. Semoga pemilik sekolah yang satu itu mau membantunya? Jika tidak bagaimana nasibnya nanti?

Luka meletakkan berkas yang sudah ia siapkan ke atas meja belajarnya. "Semoga aja dia mau bantu aku," ucap Luka penuh harap. Luka menguap, ia berjalan ke arah kasur dan perlahan merebahkan tubuhnya di sana, ia harus segera tidur.

Pendek atau panjang chapter kali ini?

Siapa couple fav kalian. Lusa, Luax, atau Lion. Komen sini?→

Spam next di sini→

Continue Reading

You'll Also Like

7.1K 1K 38
𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Memiliki hobi menyanyi dan bercita...
846K 87.3K 60
"Boyfie sialan! Gue benci lo! Gue sumpahin lo bisu beneran! Kita putus!" ... Kejadiannya sudah lama sejak Alisa bertemu pacar misteriusnya. Hari itu...
1.1M 55K 48
"Lo milik gue selamanya!" Langit Sankala, si brengsek yang sifatnya arogan, berandalan dan playboy, sedang jatuh cinta pada primadona sekolah, Embu...
1.7M 82.5K 80
(Tersedia Versi eBook) Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur...