BUCINABLE [END]

Da tamarabiliskii

16.1M 1.6M 588K

Galak, posesif, dominan tapi bucin? SEQUEL MY CHILDISH GIRL (Bisa dibaca terpisah) Urutan baca kisah Gala Ri... Altro

PROLOG
1. Kolor Spongebob
2. Seragam Lama
3. Hadiah Untuk Gala
4. Lagu Favorit
5. Gara-Gara Kopi
6. Bertemu Bunda
7. Kesayangan Riri
8. Gala VS Dewa
9. Mirip Ilham
10. Pelampiasan
11. Kabar Buruk
12. Kelemahan
13. Panti Asuhan
14. Tawaran Menarik
15. Syarat Dari Riri
16. Tersinggung
17. Foto Keluarga
Daily Chat 1- Kangen
19. Tanpa Riri
20. Gagal
21. Amora VS Riri
22. Singa dan Kura-Kura
23. Diculik?
24. Kisah di Masa Lalu
Daily Chat 2 - Ngambek
25. Jalan-Jalan
Daily Chat 3 - Cemburu?
26. Ingkar Janji?
Daily Chat 4 - Kecewa
27. Are You Okay, Gal?
28. Bawa Kabur?
29. Campur Aduk
Daily Chat 5 - Caper?
Daily Chat 6 - Lanjutan Sebelumnya
30. Prom Night
Daily Chat 7 - Drama Instastory
31. Menghilang
32. Yummy
33. Sunmori
Daily Chat 8 - Marah
Daily Chat 9 - Tweet Gala
34. Rencana Amora?
35. Pengorbanan?
Daily Chat 10 - Bayi Gede
36. I Love You!
37. Mama?
38. Permen Kis
39. Mode Bayi!
Daily Chat 11- I Love U
40. Fakta-Fakta
41. Fucking Mine
Daily Chat 12 - Mabuk
42. Bocil Kesayangan
43. Hug Me
Daily Chat 13 - Prank
44. PMS
45. He's Angry
46. Break?
Daily Chat 14 - Break? (Penjelasan Penyakit Gala)
47. Camp
48. Terlalu Toxic
49. Bucin
50. Bukan Tuan Putri
51. Selesai?
52. Ending (Baru)
PO MASSAL BUCINABLE
Special Chapter
BUCINABLE SEASON 2?!
GALA & RIRI [Bucinable Universe]
BUCINABLE 2 UPDATE!!!

18. Peraturan Baru

250K 26.9K 11.8K
Da tamarabiliskii

Hai pren, aku mau minta tolong, tolong jangan jadi pembaca ghaib yang gamau ngasih feedback apa apa dong. Kalian mencet vote, follow dan nulis komentar itu gak sampe 5 menit kok. Sementara aku yang nulis, bisa sampe berjam-jam bahkan berhari-hari. Ayolah pren, hargai author😊😊😊

Dan aku mau ucapin banyak terima kasih buat pembaca yang selalu vote, komen dan udah follow aku. Semoga kebaikan kalian, mendapat balasan berkali lipat💖

Buat yang masih mau nunggu cerita ini, terima kasih banyak ya💖💖💖 kalo gamau nunggu daripada marah-marah dan buat aku gak mood nulis, gausah baca😊💖

Pokonya aku update nunggu vote dan komen chapter ini melebihi chapter sebelumnya💓💓

"Apa-apaan coba? Masa si Dewa ngelarang gue ketemu sama Riri sampe selesai ujian?! Gak banget!" Oceh Gala saat tiba di markas Drax.

Ilham yang sejak tadi sudah duduk di teras markas Drax bersama Alan dan Akbar bertanya bingung. "Kok bisa? Gimana ceritanya sampe Dewa tiba-tiba buat peraturan kaya gitu, Bos?"

Gala mengedikkan bahu dengan kedua tangan berkacak pinggang. "Tau, resek banget tuh orang. Padahal selama ini gue yang bimbing Riri buat belajar persiapan ujian. Sampe gue bela-belain make kolor Spongebob kembaran sama Riri tiap belajar bareng, biar Riri mau belaj—"

Gala menelan ludahnya susah payah saat tersadar jika mulutnya sudah keceplosan membeberkan rahasia yang selama ini berusaha ia tutupi rapat-rapat.

"Bangsat mulut gue! Mampus gue ketahuan!" Umpat Gala dalam hati.

"Tunggu-tunggu, jadi maksud lo, tiap lo belajar bareng sama Riri, lo sama Riri make kolor Spongebob? Couple an gitu?" Akbar masih berusaha mencerna dan memahami ucapan Gala yang membingungkan.

Sementara Gala, cowok itu terlihat sangat gelisah. Karena kini Akbar, Alan dan Ilham, sedang menatapnya dengan tatapan menuntut. "Em, maksud gue—"

"Anjir! Anjir! Jadi dua kolor Spongebob yang waktu itu gue lihat, itu punya lo sama punya Riri?" Sela Ilham cepat. Beberapa hari yang lalu Ilham sempat dimintai tolong oleh Gala untuk mengambil baju-bajunya di tempat laundry, dan Ilham tidak sengaja melihat dua kolor Spongebob pada tumpukan paling atas.

"Ck! Iya! Puas kalian?!" Decak Gala. Lebih baik dirinya jujur saja, karena untuk saat ini, Gala sudah tidak mempunyai kesempatan untuk menyangkal lagi. "Mau ketawain gue? Ketawatin aja sampe puas. Tapi abis itu lo semua pulang gak ada kepala!"

"Pfffttt..."

Ilham dan Akbar berusaha mati-matian untuk menahan tawanya. Andai saja, Gala tidak memberikan mereka ancaman demikian, sudah pasti Ilham dan Akbar akan tertawa hingga terjungkal-jungkal.

"Lan, lo gak pengen ketawa apa?" Ilham menatap Alan penasaran. Pasalnya sedari tadi cowok pendiam itu tidak menunjukkan ekspresi apa-apa selain wajah datar. "Datar amat muka lo kek badan gue."

Gala berdecak malas. "Itu namanya baru temen gue. Gak kaya lo berdua!" Semprot Gala pada Ilham dan Akbar yang masih berusaha menahan tawa.

"Hebat banget lo, Lan," geleng Ilham kagum. "Gue nih kalo gak Gala ancem udah pasti bakal ketawa sampe terkentut-kentut."

"Gue udah tau sebelum kalian berdua tau," balas Alan santai.

Mata Gala spontan membulat sempurna mendengar pengakuan Alan. "M-maksud lo?" Tanya Gala was-was.

Alan menatap Gala, Ilham dan Akbar bergantian. "Waktu kita ganti baju olahraga di kelas, kolor Spongebob lo keliatan, Gal."

"Terus, waktu kita makan bareng di kantin, gue gak sengaja liat wallpaper hape Riri. Wallpaper nya foto lo sama Riri yang lagi duduk di sofa dan make kolor Spongebob kembaran," tambah Alan membuat Gala semakin tercengang. Hanya gara-gara kolor Spongebob, hari ini harga diri Gala benar-benar terinjak-injak.

"AHAHAHAHHAHAAA ADUH GAK KUAT GUE!" Tawa Ilham sambil memegangi perutnya.

"Dah lah, gue capek liat lo sama Riri, Gal. Sumpah, kalian ada aja kelakuannya. Hahahahahahahaha...!!!!"

"Pasangan prik!" Tambah Ilham memukul-mukul kepala Akbar tanpa sadar.

Ilham dan Akbar terus tertawa seolah melupakan ancaman Gala tadi. Gala sendiri juga lebih memilih untuk diam. Ia benar-benar malu dan tidak tahu lagi harus menjelaskan bagaimana. Mau Gala jelaskan sedetail mungkin kalau dirinya hanya terpaksa menuruti syarat aneh dari Riri juga tidak akan membuat dua temannya itu berhenti tertawa. Yang ada harga diri Gala justru semakin terinjak-injak.

"Diem, anceman gue tadi gak main-main." Gala menatap Akbar dan Ilham serius. Membuat tawa dua manusia itu spontan terhenti.

"Maaf, maaf, Bos. Kelepasan gue." Ilham menyatukan kedua tangannya di depan dada. Sebenarnya Ilham belum puas tertawa, namun karena kasihan melihat wajah Gala yang sepertinya sangat tertekan, Ilham jadi tidak tega.

"Sorry, Gal. Gak maksud apa-apa sumpah. Cuma ya....lucu aja gitu hehe. Secara lo kan leader Drax nih, kalo di depan musuh, wuih keliatan keren, sangar, eh kelakuan lo di belakang kocak hahahahaha..."

"Gue terpaksa, biar Riri mau belajar." Gala menajamkan tatapannya agar Akbar dan Ilham bisa melihat keseriusan di wajahnya. "Kalo sampe kalian bahas hal ini lagi dan buat orang lain, selain kalian, tahu, habis lo semua!"

"Iye-iye, rahasia aman!"

"Aman Bos!"

"Dewa setres!" Gumam Gala sambil mengepalkan kedua tangannya. "Awas aja lo Wa! Gara-gara lo, gue keceplosan!"

"Bilang aja iri liat keuwuan gue sama Riri."

"Dasar jomblo prik!"

Alan, Akbar dan Ilham hanya bisa geleng-geleng kepala melihat Gala mulai mondar-mandir di teras markas Drax sembari ngomel dan mengumpat tidak jelas.

"Duduk, Gal. Gak capek ya berdiri sambil ngomel dari tadi?" Tanya Akbar memberanikan diri. Akbar takut kalau dirinya kena semprot Gala untuk yang kesekian kali. "Mending lo ngomel sambil duduk, kan enak. Gak capek."

"Nih ada kopi sama gorengan juga." Tunjuk Ilham ke kopi dan gorengan yang ada di atas meja. "Ngomel sambil ngopi plus makan gorengan mantap, Gal."

Gala menoleh ke arah Akbar dan Ilham dengan begitu sinis kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tidak memedulikan saran dari Akbar dan Ilham yang menurutnya tidak jelas.

"Awas aja lo Dewa! Gue bakal culik kucing lo! Terus gue taroh di jalanan, biar jadi gembel tuh si Kolor Ijo!" Tekad Gala mengepalkan tangan. "Mampus lo Dewa burik!"

"Dewa ngelakuin itu demi kebaikan lo juga," cetus Alan tiba-tiba. Tentu saja ucapan Alan barusan membuat Gala langsung melontarkan kalimat protes.

"Kebaikan? Kebaikan apaan? Gak ada baik-baiknya. Ujian kita masih seminggu lagi. Terus masa ujian nasionalnya berlangsung selama empat hari. Itu artinya gue gak bisa ketemu Riri selama sebelas hari! Enak aja!"

Alan mendengus pelan. Tidak tahu lagi harus memberitahu Gala dengan cara apa. Kebucinan Gala pada Riri memang sudah mendarah daging. Tidak bertemu dengan Riri sehari saja, bisa membuat Gala uring-uringan tidak karuan. Apalagi ini, sebelas hari. Bisa-bisa Gala akan cosplay menjadi singa yang kelaparan.

"Biar lo sama Riri sama-sama fokus ke ujian dulu," ujar Alan lagi. "Kalo ketemu terus, takutnya lo sama Riri bakal ada masalah yang bisa ngebuat kalian gak fokus ke ujian."

Gala berdecak kasar. "Justru kalo gak ketemu Riri, gue gak bisa fokus ngapa-ngapain!"

"Gak ketemu sebelas hari doang elah, Bos. Lo gak bakal mati juga," timpal Ilham sedikit geram. Sahabatnya itu memang benar-benar bucin akut. Tidak ketemu sebelas hari saja, sudah seperti akan dipisahkan selama bertahun-tahun.

"Bacot lo semua." Gala mendudukkan dirinya di kursi samping Alan. Dada cowok itu masih terlihat memburu naik turun karena menahan rasa kesal dan emosi.

Kalau tidak ingat, Dewa adalah kakak Riri yang mau tidak mau harus ia hargai, sudah Gala ajak baku hantam Dewa dari kemarin-kemarin. Gala benar-benar tidak habis pikir, kenapa Dewa selalu berusaha membuatnya frustasi dengan cara menjauhkan dirinya dari Riri?

Tidak bisakah Dewa memahami, kalau Gala itu tidak bisa jauh-jauh dari Riri? Terkesan berlebihan memang, namun hal itulah yang selalu Gala rasakan. Rasanya tidak tenang dan gelisah saat dirinya berada jauh dari Riri. Apalagi tidak bertemu sampai berhari-hari. Bisa gila Gala.

"Lagian selama ini, Riri selalu belajar bareng gue dan selama belajar juga kita selalu fokus buat belajar," celetuk Gala mencari pembenaran.

"Yakin kalo lo belajar berdua sama Riri, bener-bener fokus belajar, Bos?" Goda Ilham.

Gala mengangguk cepat. "Iyalah."

"Gak ada modus cipika cipiki gitu, Gal?" Sekarang Akbar yang bertanya dengan nada tidak percaya. Pasalnya Akbar sudah sangat hafal bagaimana kelakuan seorang Gala Arsenio Abraham. Si ketua geng yang berlagak sangar di depan orang-orang, tapi akan berubah menjadi kucing tukang modus saat berduaan dengan Riri.

"Gak."

Akbar kembali bertanya untuk meluruskan. "Gak apa nih? Gak ada cipika cipiki beneran maksud lo atau gimana?"

"Gak, gak sering-sering banget," jawab Gala jujur. "Kadang-kadang doang."

"Hahahahahaha anjerrr!!!!"

"Make kolor Spongebob sambil cipika cipiki ahahahahahahaha!!!!"

Akbar dan Ilham langsung tertawa keras mendengar pengakuan polos dari Gala. Ternyata benar dugaan mereka, cowok seperti Gala mana bisa tidak modus. Pasti selalu ada saja cara untuk mencari kesempatan dalam kesempitan.

"Pantes Dewa gak percaya sama lo. Lo nya aja tukang modus," ejek Ilham dengan sisa tawanya.

"Diem lo, bacot!"

"Kemana?" Tanya Alan saat Gala beranjak dari duduknya.

"Pulang."

"Ya elah, katanya ntar malem mau nraktir kita semua?"

Akbar menambahkan. "Nah, iya Gal. Katanya lo mau nraktir semua anak Drax? Gak jadi?"

Gala menghentikan langkahnya sambil menoleh ke belakang. "Gak ada traktir-traktiran! Gue males, lo berdua bacot mulu!"

"Gal! Gal!" Panggil Ilham berteriak cukup kencang. "Gal, penting, Gal!"

Cowok yang sudah melangkah jauh itu kembali menoleh dengan ogah-ogahan. "Apa?"

"Kolor Spongebob lo keliatan!"

Gala langsung menunduk untuk mengecek celananya. Hal itu membuat Ilham dan Akbar menyemburkan tawa kencang.

"HAHAHAHA TAPI BOONG!"

*****

"Bentar lagi lo ujian kan?"

"Hm."

"Jadi, lo mau lanjut kuliah di mana?"

"Gak tau."

"Jarak antara setelah ujian nasional ke masuk universitas kan lumayan cukup lama, gimana kalo sambil belajar buat ujian masuk universitas lo sambil mulai kerja di kantor?"

Gala meletakkan remote di atas meja lalu menatap Agam datar. "Ck, kenapa gak nunggu gue kuliah dulu sih, Bang?"

"Gal, gue kan udah minta lo dari lama. Katanya lo mau fokus sekolah karena bentar lagi ujian, ya udah, gue gak maksa lagi. Nah nanti setelah lo ujian nasional, gue rasa itu adalah waktu yang tepat."

"Tepat apaan, gue kan harus fokus belajar buat ujian masuk universitas," protes Gala.

Agam mendengus pelan. "Gue tau gimana kapasitas otak lo, Gal. Mau gak belajar pun, gue yakin lo bisa diterima di kampus manapun yang lo mau."

Gala berdiri. "Terserah deh, gue males debat," ucap Gala sebelum meninggalkan ruang tengah dan pergi ke kamarnya.

Agam menggeleng heran melihat tingkah Gala. Di satu sisi Agam merasa geram melihat sikap Gala yang keras kepala dan egois. Tapi di sisi lain, Agam juga memahami posisi Gala. Di umur Gala yang sekarang, pasti rasa ingin bersenang-senang bersama teman-temannya sangat besar. Maklum jika untuk saat ini Gala merasa tidak terima jika diminta oleh Agam untuk segera bekerja di kantor Abraham.

*****

Pagi ini Gala uring-uringan sendiri karena dari semalam, Riri tidak bisa ia hubungi. Berkali-kali ia telfon dan chat, tetap saja tidak ada balasan apapun dari gadis itu.

"Aarrgggghh!" Gala menjambak rambutnya frustasi. "Lo kemana sih, Sri?!"

Gala memasang sepatunya asal, lalu mengambil tas dan kunci motor. Ia harus cepat-cepat sampai di rumah Riri, sebelum gadis itu pergi ke sekolah tanpa dirinya.

"Awas aja lo Dewa, gue bantai beneran tuh kucing lo!" Tekad Gala sebelum melangkahkan kaki keluar apartemen.

Sesampainya di rumah Riri setelah mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata, lagi-lagi hal yang paling tidak Gala inginkan, terjadi. Vina mengatakan jika Riri sudah berangkat diantar oleh Dewa sekitar lima belas menit yang lalu.

"Apa lo liat-liat?" Tunjuk Gala ke kucing milik Dewa yang tiba-tiba tiduran di dekat motornya. "Dasar kucing sama majikan sama-sama prik!" Umpat Gala.

"Meeoonggg..."

"Apa lo meang meong?!"

"Meeooongggg...."

"Ck! Lo mau ngeledek gue?! Gara-gara si Sri sama Dewa burik itu udah pergi duluan? Iya?!"

"Meeeoonggg..." Kolor Ijo mengarahkan dua kakinya ke kaki Gala.

"Heh! Lo mau nantangin gue lagi? Hah?" Gala berusaha melepaskan cengkraman Kolor Ijo di kakinya, namun belum berhasil.

"Lepasin gak?! Kalo gak gue bakal bawa lo, terus lepasin lo di jalanan. Biar jadi gembel!"

"Meeeooongg..." Kolor Ijo menjauh dan langsung berlari ke dalam rumah dengan wajah panik.

Melihat itu, Gala langsung tersenyum bangga. "Takut kan lo? Makanya jangan macem-macem sama gue!"

Gala memakai helmnya, namun sebelum menyalakan motor, Gala mencium bau aneh.

"Bau banget," ucapnya sambil mengendus-endus ke sekitar.

Gala menggertak kan gigi gerahamnya begitu melihat celana bagian bawah ada noda kotoran yang tercetak dari kaki Kolor Ijo tadi.

"Kolor Ijo! Bangke lo!" Umpat Gala menahan emosi.

*****

Karena tadi Gala kesiangan gara-gara harus berganti celana terlebih dahulu, alhasil Gala tidak bisa mencari Riri di kelasnya. Ia harus menunggu sampai jam istirahat.

"Kenapa?" Alan melirik Gala di sampingnya saat menyadari gelagat aneh yang Gala tampakkan.

"Gak papa."

"Riri?"

Gala menghela napas lalu mengangguk pelan. "Iya, gue pengen ketemu dia."

"Bentar lagi istirahat."

"Lama, gue gak tahan."

"Chat."

"Gak dibales." Gala mengacak-acak rambutnya. Rasanya kesal, tapi tidak tahu harus berbuat apa. "Aarrggghh gue kangen!"

Alan mendengus kasar. "Segitunya?"

"Ck, jangan banyak nanya, Lan. Lo cakepan kalo diem."

Alan kembali mengalihkan fokusnya ke papan tulis. Di mana guru matematika di kelas mereka sedang menjelaskan rumus-rumus yang memusingkan.

"Bucin."

Gala menoleh ke Alan. Meskipun ucapan Alan tadi sangat pelan, bahkan hampir seperti gerakan bibir saja, namun Gala masih bisa mendengarnya dengan jelas.

"Ngaca."

"Udah, ganteng."

"Ck! Sejak punya pacar lo jadi narsis banget," ejek Gala.

Alan tidak lagi menanggapi ucapan Gala. Kalau sedang gelisah karena ingin bertemu dengan Riri, Gala memang akan jadi se-menyebalkan ini. Lebih baik Alan diam. Tidak mencari gara-gara.

"Nah, jadi sekarang ada yang mau ditanyakan?" Tanya guru di depan yang bernama Surya. "Kalau tidak ada, silahkan kerjakan soal di buku paket pada halaman lima puluh."

"Dari nomor berapa sampai berapa, Pak?" Tanya Akbar. "Jangan banyak-banyak ya, Pak. Susah."

"Gak banyak. Cukup kerjakan nomor satu sampai enam puluh saja."

"Allahuakbar," geleng Ilham. "Ini mah emang bukan banyak, Pak. Tapi sangat banyak."

"Pak," panggil Gala sambil mengangkat satu tangan.

"Iya, Gala? Kenapa?"

"Saya mau ijin ke kamar mandi."

"Ke kamar mandi atau mau bolos?" Selidik Pak Surya penuh tatapan curiga.

"Ke kamar mandi, Pak. Saya mau buang air kecil, " jawab Gala berusaha meyakinkan. "Tapi boong," lanjutnya dalam hati.

"Oke, saya ijinkan, tapi awas saja kalau kamu bohong dan malah ngapel ke kelas pacar kamu."

"Tunangan, Pak," koreksi Gala.

"Kecil-kecil udah tunangan."

Ilham ikut menyahut. "Emang gak boleh, Pak? Yang penting kan udah ada pasangan."

"Gak boleh," balas Pak Surya. "Soalnya saya belum."

Seisi kelas tertawa mendengar ucapan Pak Surya. Meskipun kadang terlihat menyeramkan dan suka marah-marah, tidak jarang juga Pak Surya akan bersikap humoris seperti ini.

"Boleh gak, Pak?" Tanya Gala memastikan.

"Saya gak percaya sama kamu. Mending kamu kerjain sepuluh soal dalam waktu sepuluh menit, kalau bisa dan benar semua, saya ijinkan kamu istirahat duluan. Bagaimana?"

Gala mendengus pelan. Kalau bukan demi Riri, tidak mungkin Gala mau menyulitkan dirinya seperti sekarang. "Iya, tapi Bapak jangan bohong. Kalau saya beneran bisa mengerjakan sepuluh soal dalam waktu sepuluh menit, Bapak harus ijinkan saya keluar kelas."

"Silahkan dikerjakan sepuluh menit mulai dari sekarang."

Gala buru-buru membuka buku paketnya lalu mencari halaman yang tadi Pak Surya maksud. Tanpa membuang-buang waktu, Gala mulai mengerjakan dan bergelut dengan angka-angka rumit di depannya itu.

"Gile, si Bos jadi anak ambis," kagum Ilham.

"Ayo yang lain kerjakan juga. Jangan lihat ke arah Gala terus. Kalau di antara kalian ada yang bisa mendahului Gala, berarti kalian yang boleh keluar duluan, bukan Gala."

Mendengar ucapan Pak Surya barusan, tentu saja Gala semakin merasa tertantang. Hingga mendorong dirinya agar bisa mengerjakan dan menyelesaikan soal-soal di depannya lebih cepat lagi.

Beberapa menit kemudian, Gala menghela napas lega. Cowok itu berdiri untuk menghampiri pak Surya di depan. "Pak, sudah selesai," ucap Gala menyerahkan kertas jawabannya.

"Saya cek dulu, kalau jawaban kamu ada yang salah, kamu gak bisa keluar."

Pak Surya melepas kaca mata yang ia kenakan sedari tadi, lalu menatap Gala dengan tatapan tidak percaya. Sementara siswa dan siswi yang lain ikut menunggu jawaban dari Pak Surya.

"Gimana, Pak?"

Pak Surya mengangguk. "Jawaban kamu benar semua. Jadi kamu boleh istirahat duluan."

Gala tersenyum kemenangan. Tidak memedulikan sorakan kagum dan terkejut dari teman-teman sekelasnya. Sebenarnya, Gala itu memang termasuk ke dalam jajaran siswa pintar, selain Alan. Hanya saja, Gala malas menunjukkannya dan lebih suka terlihat biasa saja.

"Bales dong, Sri! Ngartis amat lo!" Dumel Gala menatap layar ponselnya sembari melangkah ke arah kelas Riri. "Liat aja lo, Sri. Berani-beraninya, diemin gue!"

Belum sampai ke kelas Riri, saat melewati depan UKS, yang pintunya memang sedikit terbuka, Gala seperti melihat sosok yang tidak asing baginya.

Dengan segala pertimbangan, Gala memutuskan untuk membuka pintu UKS dan masuk ke dalam.

"Lo?" Mata Gala membulat sempurna saat melihat Riri terbaring di brankar UKS. "Lo sakit, Ri?" Tanya Gala mulai panik.

Riri mengangguk pelan. "Perut Riri sakit banget dari tadi malem."

Gala segera membuka satu aplikasi di ponselnya. "Astaga! Iya, sekarang emang jadwal lo dateng bulan. Gue lupa."

Riri tidak menjawab, gadis itu mengerjapkan kedua mata bulatnya sambil menahan rasa nyeri di perut.

"Sakit banget?" Tanya Gala sembari mengusap kepala Riri lembut.

"Iya, tadi Mama gak bolehin Riri sekolah, tapi Riri pengen sekolah."

Gala mendengus kasar. Mendudukkan dirinya di tepi brankar. Tadinya ia ingin marah-marah dengan Riri, namun karena melihat keadaan Riri yang sekarang, Gala jadi tidak tega. "Lo gak bales chat gue karena sakit perut?"

"Iya," angguk Riri. "Riri gak pegang hape sama sekali. Sekarang aja hape Riri ketinggalan di rumah."

"Mau gue beliin kiranto atau apa gitu?"

"Kiranti ih!"

"Kalo cowok kiranto," kekeh Gala. "Mau gak?"

"Enggak usah."

"Susu rasa strawberry?"

Riri kembali menggeleng.

"Lo tadi udah sarapan?"

"Udah, tadi Riri minum susu sama makan roti sebelum berang—auhh sakiitt..."

"Hiks...sakit banget..."

"Perutnya gue usap-usap mau?" Tawar Gala dengan wajah khawatir.

Riri menggeleng cepat. "Gak mau, nanti ada orang. Riri malu."

"Gak papa, biar gue kunci pintunya."

"Jangan," cegah Riri cepat.

"Ken—"

"Sakit hiks...sakit banget..."

Melihat wajah Riri yang memucat dengan erangan menahan rasa sakit, membuat Gala semakin panik.

"Terus gue harus ngapain biar bisa ngurangin rasa sakit di perut lo?"

"Gak tau, sakit hiks..."

"Peluk mau, hm?"

Tangan Riri bergerak mengusap air mata yang menetes di pipinya.

"Gue peluk ya?" Tawar Gala sambil mendekatkan dirinya ke Riri. Namun belum sempat Gala berhasil memeluk tubuh Riri, tiba-tiba seseorang datang.

"Ri, ini gue udah beli kir— "

Gala berdiri. Menatap Rafa dengan tatapan permusuhan. "Ngapain lo?" Tanya Gala sengit sambil menatap ke kantong kresek berlogo Indoapril yang Rafa bawa.

Raffa tampak santai. "Mau ngasih ini ke Riri."

"Gak usah repot-repot. Gue bisa beliin tunangan gue sendiri."

"Gala..."

Meski yang dipanggil hanya Gala, namun Rafa juga ikut mengalihkan atensinya ke Riri.

"Gala jangan marahin Rafa, Rafa yang udah bantu Riri ke sini. Tadi Riri jatuh di depan kamar mandi," terang Riri.

Napas Gala masih memburu naik turun. Mau bagaiamana pun kronologisnya, Gala tetap saja merasa tidak terima dengan kehadiran Rafa. Apalagi saat membantu Riri tadi, Rafa dan Riri pasti melakukan kontak fisik.

"Sekarang lo pergi, Riri gue yang urus," usir Gala terang-terangan.

Rafa meletakkan kantong kreseknya di sebelah Riri, sebelum menuruti permintaan Gala untuk segera pergi dari ruangan UKS.

"Santai aja, gue tau diri," jawab Rafa. "Cepet sembuh ya, Ri."

"Makasih banyak Rafa."

"Sama-sama, ntar gue yang ijinin lo ke guru di kelas."

"Ck! Sana! Bacot banget!" Kesal Gala mendorong punggung Rafa. "Cari muka banget."

Rafa tidak menjawab apa-apa. Cowok itu hanya menatap Gala datar lalu melemparkan senyum tipis ke arah Riri.

"Gala, jangan marah-marah." Riri meraih tangan Gala untuk menenangkan cowok itu. Dari matanya, Riri bisa melihat kalau saat ini, Gala sedang menahan emosi.

"Lain kali kalo ada apa-apa jangan minta tolong ke dia."

"Kenapa?"

"Dia burik, bau bangke," jawab Gala asal.

"Ih, Gala gak boleh gitu. Rafa baik banget sama Riri. Kalo gak ada Rafa, Riri gak tau mau minta tolong ke siapa."

"Gue."

"Kan Riri gak bawa hape? Terus Riri jatoh di kamar mandi, gimana Riri mau minta tolong ke Gala?"

"Teriak."

"Emang Gala bakal denger?"

"Enggak."

"Terus ngapain nyuruh Riri teriak?" Riri memukul lengan Gala kesal.

"Biar semua orang tau, lo cuma mau pertolongan dari gue. Biar gak ada cowok modus yang nolongin lo semacam Rafa."

"Ih! Kalo teriak nanti Riri dikira gila."

"Kan lo emang gila. Tergila-gila sama Gala"

"Gala ih!" Riri kembali memukul lengan Gala yang terus-terusan menjahilinya.

"Masih sakit, hm?" Tanya Gala membungkukkan badan. Tangannya mengusap-usap pipi Riri sambil menatapnya intens.

"Masih."

"Mau gue cium gak buat ngurangin sakit?"

"Engg—"

Cup

Cup

Cup

Cup

Cup

"Cepet sembuh bocil kesayangan Gala," bisik Gala setelah mendaratkan kecupan bertubi-tubi di dahi dan pipi Riri. "I love you so bad, bocil."

Cup

*****

AYO KITA PINDAH PLANET AJA!😣😩😤😠😡🤬🤯🥵😳😵😱🤧🤕🤒😈👿👻😺🤩😍💘🤗😘💓💞😣😩😤😇😊😠😁🥺🤗😍🤩😋🤬😡🥵🤯😈👿😠😤😤😤😤🤧🤕🤒😈👿👻😺😱😵😳🥵🤬😡😠😤😊😤😤😤🥵😠🤬😡😺

Gimana baperrr gasieeee???

Chapter selanjutnya, Gala depresot gara-gara gabisa ketemu Riri dalam waktu yang lumayan lama karena hrs nunggu selesai ujian dulu, setuju gaaa???

Lanjut gak nih?

Pesan buat Gala?

Pesan buat Riri?

Atau buat siapa aja, buat author juga boleh :

Mau up kapan? Spam disini!!! Semakin banyak yg komen dan vote semakin cpt juga up nya.

Spam komen pake emoji ❤ :

Jangan lupa follow instagram :

@tamarabiliskii
@drax_offc
@draxfanbase
@draxfanbase2

@galaarsenio
@serinakalila
@alan.aileen
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan
@rayhandewaa
@danisardhan
@nenda.makaila
@cholineangelica_

See yoouu 🤎🤎

Gala Riri

Riri : 🥰💘💖😍🤩😘💓😻

Gala : 😤😠🤬😡😈👿

Ilham

Alan

Dewa

Kolor Ijo kalo liat Gala

Continua a leggere

Ti piacerΓ  anche

5.6K 432 45
[Romance-Teen Fiction] 15+ How Can I Love The Heartbreak, cause You're One I love "El, kamu harus ikutin kata hati." "Nggak mau. Hati selalu nyakiti...
8.3K 170 20
WARNING ⚠️ BANYAK KATA KATA KASAR Alexandra Eustacia leana Mahasiswi rumit, susah diatur ,dan tidak lepas dari ketoxic-an Dan Dosen Gila yang sanga...
17.8K 933 9
Seorang gadis bernama Aleta, tak tau mengapa, ia dibingungkan oleh rasa cinta dari sosok laki-laki yang sering membuatnya naik pitam, ada rasa kesal...
2.8M 141K 61
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞