AZKARINO✔️[TAMAT]

By andarrr

96.6K 4.9K 326

Tentang Azkarino Aldevaro, manusia biasa yang tidak sempurna. More

B L U R B
Prolog
02: Benalu!
03: Di Follback?
04: Ketahuan Kerja!
05: Bukan Aku!
06: Sahabat
07: Ini Semua Tidak Adil
08: Mulai Sekarang, Kita Temenan
09: Ultahnya Azka
10: Penyakit Ini Menyiksa
11: Adek Laknat!
12: Sakit
13: Drop
14: Bullying
15: Sakit Hati
16: Pengakuan
17: Terbongkar Sudah
18: Feel So High
19: Harus Mandiri
20: Di Pecat?
21: Kangen
22: Perdebatan
23: Damai
24: Sama Gue Mau Nggak?
25: Membuat Curiga
26: Milik Gue
27: Dicabut?
28: Mendadak Ngeblank
29: Azka Cemburu
30: Insiden
31: Berkunjung Neraka Duniawi
32: Tas Sekolah
33: Club
34: Minta Izin
35: Rumit
36: Semakin Rumit
37: Keputusan
38: Tersakiti
39: Menerima
40: Undangan
41: Hari-H
42: Duka
43: Penyesalan (End)
andarrr note
Cast
Naughty
Extra Chapter 1: Waktu

01: 12 IPS 1

3.9K 140 2
By andarrr

Senin yang mendebarkan, pasalnya hari ini semua siswa berkumpul untuk menjalankan kewajiban setiap hari senin, apalagi kalau bukan upacara bendera. Tapi ada yang berbeda, di hari ini, iya hari ini, nggak pakai besok atau nanti. Guru akan memberitahu letak pengumuman kelas baru tahun ajaran ini.

"Ya allah semoga usaha ku selama ini gak sia-sia." Kansa mengatupkan kedua tangannya.

"Pengumuman letak kelas kalian, akan di umumkan di mading lantai atas." begitulah akhir kalimat panjang selama istirahat di tempat yang terlontar langsung dari mulut Pak Kepala sekolah.

Mata mereka langsung tertuju pada lantai atas, ada pula yang sudah mengambil ancang-ancang agar menjadi orang pertama yang melihat pengumuman itu.

"Kan.. gimana kalau kita gak se kelas" Adel, bestie Kansa.

"Bismillah semoga kita masih sekelas Del" Kansa tersenyum meyakinkan, walau dia sendiri tidak yakin.

"Girls.." Ela, gadis tomboy itu memeluk kedua sahabatnya. "Gue gak mau pisah sama kalian..."

Berbondong-bondong siswa menuju lantai atas, saling berdesakan. Bahkan berjinjit pun belum berhasil untuk melihat pengumuman itu.

"Yaampun!" Adel terdorong ketika menaiki tangga.

"Del!" Kansa mencekal tangan Adel.

"Jalan jangan cuma pake kaki! Mata dipake!" sarkas Ela pada seorang siswi yang juga buru-buru melihat pengumuman itu.

"Sorey!" siswi itu menolehkan kepalanya.

"Basi!" ketus Ela.

Sesampainya di tempat dimana letak pengumuman kelas mereka itu berada. Kansa, Adel, dan Ela harus ber-antri dari belakang. Memang harus sabar jika berurusan sama orang tuh.

Adel menyipitkan matanya membaca satu per-satu nama yang tertera di kelas 12 IPS 1, "wih gila... tiga tahun berturut-turut ni bocah IPS 1 terus cuy"

"Saha?" Kansa ikut mengikuti gerak tangan Adel.

"Ell!!!" Adel berteriak.

"Apa sih Del!"

"Ela lu di kelas 12 IPS 1 huaaaa!"

"Serius?" Ela yang tadinya meneliti kelas IPA kini beralih di samping Adel.

"Aaaaa! Yeeay!" Ela bertepuk tangan.

"Aaaaa Kansaaaa!!!!" Adel semakin berteriak histeris.

"Lu juga keterima di 12 IPS 1 huaa!"

Mata Kansa berbinar, "setelah dua tahun, akhirnyaaaaa" Kansa memeluk Ela.

"Yah, lah nama gue kok gaada"

"Coba cari disini" mereka meneliti kertas yang tertempel di samping 12 IPS 1.

"Adelia Ranatasya" Ela mengeja nama Adel.

"Yah!" Adel mengulum bibirnya.

"Nggak apa-apa Del. kan kita masih bisa ketemu. Iya kan El?" Kansa merangkul pundak Adel.

Mereka bertiga lanjut ke kantin mbak Chik, kantin paling rame Se- SMA Lentera.

"Adel, Ela, gue seneng banget asli.. akhirnya.. penantian gue setelah dua tahun terkabul..." senyuman Kansa tidak berhenti di papan pengumuman tadi.

"Kan, dengerin gue. Selama lo di kelas 12 IPS 1 lu harus sebisa mungkin tidak nunjukin bahwa lo fans berat nya Azka!" Ela menasihati Kansa.

"Loh kenapa El? Wajar dong kalau Kansa meng-ekpresikan hatinya?" Adel menyedot jus jambu yang tersisa sedikit itu.

"Karena gue yakin si Azka akan ilfil sama cewek yang ngejar-ngejar dia" sarkas Ela.

"Loh kok? Selama ini dia ramah kok kalau fans nya minta foto, tanda tangan juga dia turutin" sahut Kansa.

"Itu di mata lo. Tapi sebenar nya, dia ilfil sama model cewek gituan"

"Sok tau lo El!" Timpal Adel.

"Gue bilangin ya, semakin lo menunjukan rasa suka lo sama seseorang, semakin orang itu gak tertarik sama lo" Ela memang kalau bicara kaya boncabe level lima belas.

"Mulut lo El," Adel menjejali roti pandan kedalam mulutnya Ela.

"Uhuk! Uhuk! Anjirt!"

---000---

Pagi-pagi sekali Kansa sudah berangkat ke sekolah. Bahkan nih ya, dia sengaja bangun pukul tiga pagi, kemduian sholat tahajud meminta permohonan agar dilancarkan hari nya nanti.

Gimana gak seneng coba? Dua tahun ia ngefans sama Azka, dia ingiiin banget sekedar sekelas sama Azka, sekedar satu grup sama Azka. Namun sayang... dia tidak punya nyali untuk semua itu, dia sudah lama menyimpan nomor Azka, namun dia tidak berani menghubunginya. Setahun yang lalu, Kansa ikut bimbel dua cabang, namun usahanya gagal. Dia masuk 11 IPS 3.

DAN HARI INII!!!

DIA KETERIMA DI IPS 1

Kebayang kan?

"Kan.. inget pesen gue! Stay kalem!" Berkali-kali Ela mengingatkan itu.

"Iya-iya El. Gue masih muda belom pikun kok" Kansa menunjuk keningnya.

Kedatangan segerombol lelaki berjumlah empat, membuat suasana heboh seketika.

Mereka ialah, Azkarino, Tomi, Satya, dan yang terakhir ialah Andra.

"We selow!" Tomi menonyor kepala Andra.

"HAII AZ! DUDUK SAMPING GUE SINI!" ajak seorang siswi memakai bandana merah.

Peraturan tempat duduk di SMA Lentera satu meja harus diisi perempuan dan laki-laki.

Azka mengedarkan pandangannya.

"AZZ! AYO SINI!, GUE UDAH MILIHIN TEMPAT DUDUK BUAT LO!" Laras, gadis yang selama ini berhasil satu kelas bersama Azka, semua orang juga tau kalau Laras ngefans berat sama Azka. Bahkan dia berambisi ingin menjadi pacarnya Azka. Berhubung Azka itu orangnya baik nan sopan, dia hanya menolak dengan sopan pula. Harusnya, sekali - kali lo sengak aja Az!.

Pandangan Azka tertuju sama lima siswi yang tidak menggubris keadaannya. Salah satunya Kansa. Gadis itu mati-matian, menahan ke-histerisanya dengan cara berpura-pura membaca novel.

Tap

Tap

"IYA SINI AZ SAMA GUE!" Heboh Laras.

Azka melanjutkan langkahnya, dia menghampiri dua meja yang berjejeran, samping kanan ada Kansa yang kursi samping nya masih kosong, samping kiri ada mejanya Ela. Gadis itu---Ela memejamkan matanya sambil memasang ear-phone.

"Hai.. sorry ganggu lo yang lagi fokus baca. Boleh gue duduk di samping lo?" Semua mata menatap ke arah meja Kansa.

Kansa tersentak, sumpah demi apapun dia seneng banget.

SABAR KAN!

LO GAK BOLEH KELIATAN RECEH DI DEPAN AZKA!

"AZKA LO APAAAN SIH! NGAPAIN SATU MEJA SAMA DIA! MENDING SAMA GUE. YA KAN RIN?" Laras tidak terima, SANGAT TIDAK TERIMA.

"Yak tul!" Sahut Rinta, satu-satunya orang yang mau berteman dengan Laras.

Azka memutar bola matanya, dia kembali menatap Kansa.

"Hei" Azka menyadarkan lamunan Kansa.

Kansa langsung tersadar, "Oh, lu mau satu meja sama gue?" Goblok! Pake basa-basi segala! Nanti kalo Azka berubah fikiran nanges!.

"Kalo lo ngebolehin" Azka masih menenteng tas ransel dipundaknya.

"UDAHLAH SAMA GUE AJA AZ!"

"Silahkan" Kansa memindahkan tas miliknya yang berada di kursi sebelahnya.

Kemudian Azka menaruh tas ranselnya, dia sedikit tersenyum ke arah Kansa.

Kemudian dia keluar kelas bersama kedua temannya. Ralat, satu diantara empat teman Azka ada yang tidak keterima di IPS 1, dia bernama Tomi.

"Lo gak salah pilih satu meja sama cewek tadi?" Tanya Andra.

"Habisan semua cewek disitu gatel sama gue" jawab Azka.

"Eyaaak! Mentang-mentang fans nya banyaaaaak," Satya meledek Azka.

"Bersyukurlah wahai Azka! Jangan kau sia-siakan para wanita, hargailah selagi ada." Satya bersajak didepan Azka membuat lelaki itu mempercepat langkah kaki nya.

"Lo udah kabarin Tomi?" Tanya Azka seraya menyedot teh hangatnya.

"Noh orangnya" Satya menunjuk Tomi yang tengah berjalan ke arah mereka.

Belum sempat Azka membuka mulutnya, matanya terlebih dulu melihat seseorang yang berdiri di samping cagak kantin, lelaki itu melambaikan tangannya ke Azka bermaksud menyuruhnya untuk menghampiri lelaki tersebut.

"Gue cabut dulu" Azka beranjak berdiri.

"Mau kemana lo?" Tanya Tomi yang baru saja duduk.

"Gak kemana-mana" jawab Azka.

"Hai kak Az..."

"Kak Azka..."


Azka membalas sapaan mereka dengan tersenyum.

"Kenapa?" Tanya Azka pada lelaki tersebut.

Regaza Aldevano.

Lelaki yang kejam, temperamental, dan menyebalkan. Sayang seribu sayang... lelaki itu ialah adik Azka Aldevaro, adik yang selama ini tidak mengakui kakaknya sebagai seorang kakak. Mungkin satu sekolah juga sudah tau jika Gaza adiknya Azka namun tetap saja, Gaza tidak pernah menganggap Azka sebagai kakaknya.

"Ikut gue!" Dia menarik seragam Azka.

"Kemana?" Azka belum mau berjalan.

"Ikut! Buruan jalan!" Gaza menarik salah satu krah seragam Azka.

"Lo bisa kan gak usah narik krah seragam gue! Dilihatin banyak orang!" Azka berusaha melepaskan cengkraman tangan Gaza di krah seragamnya.

"EH! LO ITU ADEK GAK PUNYA HATI YA?!"

"Lo siapa ha?! Berani ikut campur urusan gue?" Gaza melepas cengkramannya, dia beralih menghampiri siswi yang tengah menghinanya barusan.

"Jawab!" Bentak Gaza memukul meja kantin tempat siswi itu berada.

"Dek, maaf ya" Azka mendekat ke arah siswi yang ber-nametag Kayla tersebut.

"Ikut gue sekarang!" Gaza menarik dasi Azka, dia benar-benar emosi sekarang.

Gaza menghempaskan tubuh Azka begitu saja hingga pinggang lelaki itu menghantam lingir meja, ini sangat ngilu.

"Kerjain ini semua! Sebelum bel masuk kelas lo harus bisa nyelesaiin semuanya, kalo sampai ada yang belum selesai? Lihat apa yang bakal gue lakuin nanti dirumah!" Bisik Gaza ditelinga Azka.

Azka menatap Gaza dengan sorot datar. Dia mengambil polpen dari dalam desgrip sang adik. Kemudian segera mengerjakan soal matematika itu.

Gaza memang sering mencari gara-gara dengan Azka. Mereka memang bukan saudara kandung.

Empat tahun menikah, Papah dan Mamah Gaza belum juga dikaruniai seorang anak. Hingga menginjak aniversary ke-lima. Mereka sepakat untuk mengadopsi seorang anak dari panti asuhan.

Dan kemudian....

Anak itu ialah Azkarino Aldevaro. Nama yang diberikan oleh Mamahnya Gaza.

Beberapa minggu tinggal bersama kedua orang tua Gaza, hingga suatu hari... Mamahnya Gaza yang bernama Melan positif mengandung seorang Bayi.

Bayi itu ialah Regaza Aldevano.

Papah Gaza---Muson, berniat mengembalikan Azka ke panti-asuhan. Namun... Melan tidak setuju. Dia telah menaruh harapan dengan Azka, dia telah berjanji akan merawat dan membesarkan Azka seperti anak kandungnya sendiri.

Lima tahun berlalu, mereka berdua selisih sebelas bulan. Waktu Azka berusia lima tahun, Gaza juga berusia lima tahun pada tahun yang berbeda.

Waktu itu, mereka sedang bermain di taman wisata, waktu itu tidak ada yang tahu jika sepuluh menit kemudian akan terjadi sebuah kenyataan yang sangat teramat pahit.

"Mama bola Gaza dilebut Azkaa" adu Gaza pada Mamahnya.

"Azka... sayang... bolanya dikasih pinjam dong sama Gaza" Melan berjongkok didepan Azka, dia tersenyum manis kepada anak tirinya itu.

"Gak mau! Ini bola Azka!" Azka kecil tidak mau mengalah.

"Tapi aku juga pengen pinjem bolanya!!" Mereka saling berebut bola.

"Azka.. itukan bola nya Gaza. Bola kamu dirumah.. kasihan tuh adik kamu pengen main bola juga... kamu main ini aja sama Papah" tentu Muson membela anak kandungnya.

"Iih!" Azka kesal. Kedua orang tuanya selalu membela Gaza. Kemudian dia melempar bola itu ke jalan, hingga bola itu terus menggelinding tanpa henti.

Gaza kecil menangis sesenggukan.

"Aduh Azka.. kok kamu lempar sih nak..." Melan berusaha menenangkan Gaza.

"Mas, jagain anak-anak yah. Aku ambil bola itu!" Melan berlari mengambil bola yang terus menggelinding.

Brak

Duar

"Mama!!!!" Muson menggeleng tak percaya, dia berlari meninggalkan kedua anaknya yang saling menyengit bingung.

"Ma... Mamah!" Muson mengguncang bahu Melan.

"Mamah... bangun Mah... kita kerumah sakit sekarang yah," Muson meminta pertolongan kepada warga setempat yang ikut merubung Melan yang tergeletak dipinggir jalan dengan kepala berlumur darah akibat terpental cukup jauh.

"Pak tolong panggil ambulan pak hiks!" Suara Muson menjadi sangat serak.

"Papah.. Mamah kenapa?" Tanya Azka, bocah kecil itu masih belum mengerti apa yang sudah terjadi.

Muson menatap Azka beringas, "Ini semua gara-gara kamu!"

Azka menangis karena dibentak Muson.

"Pak. Sudah Pak... kita bawa Ibu ke rumah sakit sekarang.." salah seorang warga melerai situasi ini.

"Kalau sampai ada apa-apa dengan Mamahnya Gaza, awas kamu!" Ancam Muson kepada anak seusia Azka.

Azka semakin menangis se-jadi-jadinya.

Sejak hari itu.

Sampai sekarang.

Bahkan sampai kapanpun.

Azka dituduh menjadi pembunuh Mamah Melan.

Hal itu pula, yang membuat semua anggota keluarganya---Gaza---Muson menjadi membenci kehadiran Azka disini.

--------------------------------

Mari bersama-sama mengenal Azkarino lebih jauh
Dia anak baik

Dijamin gak akan nyesel kalau kamu mau membuka hati untuk mengetahui lebih dalam tentang dia

Terimakasih telah menyempatkan waktu membaca cerita ini

Continue Reading

You'll Also Like

72.1K 5.7K 83
Ini kisah seorang anak laki-laki, yang bernama Rayhan. Lebih tepatnya, Rayhan Saga Febriano. Anak laki-laki itu kini telah genap berusia empat belas...
8.5K 263 40
Kisah ini menceritakan seorang remaja laki-laki yang sering masuk keluar dari rumah sakit hampir setiap hari dia pergi kerumah sakit hanya untuk meng...
64.5K 5.2K 56
Kisah seorang wanita cantik berprofesi sebagai guru sekolah dasar, dia sudah menikah dan mempunyai seorang putri berusia 5 tahun. wanita mandiri ya...
Aldevano By DARA

General Fiction

10.1K 884 17
"kejadian itu tidak di sengaja" "Mengapa mereka semua membenci ku , padahal aku tidak salah apa apa" "Sialan" By: hyimara Start: 07.02.2022 Finish