Meet You [Park Jimin]

By imldhfzh

16.8K 3.5K 526

Cerita ini bukan kisah tentang cinloknya seorang CEO perusahaan besar dan sekretarisnya, bukan pula tentang p... More

Chapter 1 - Left Behind [뒤에 왼쪽]
Chapter 2 - River [강]
Chapter 3 - Good Night [잘 자]
Chapter 4 - Snail [달팽이]
Chapter 5 - Villagers [주민]
Chapter 6 - Market [시장]
Chapter 7 - Sink Your Head [머리를 가라 앉혀]
Chapter 8 - Don't Be Stubborn [고집하지 마십시오]
Chapter 9 - Good Bye [안녕]
Chapter 10 - Backrest [등받이]
Chapter 11 - River of Blood [피의 강]
Chapter 12 - Poignant Smile [신랄한 미소]
Chapter 13 - Stare [응시]
Chapter 14 - I'm Moving [이동중]
Chapter 15 - Painful [괴로운]
Trailer
Chapter 16 - Night Of Sin [죄의 밤]
Chapter 17 - Heaven [천국]
Chapter 18 - Fragile [부서지기 쉬운]
Chapter 19 - Married [결혼한]
Chapter 20 - Move [움직이다]
Chapter 21 - Nausea [구역질]
Chapter 22 - Wait For Me [날 기다려]
Chapter 23 - When Will It End [언제 끝날까요]
Chapter 24 - A Decision [결정]
Chapter 25 - Impression [인상]
Chapter 26 - Invitation [초대]
Chapter 27 - Come Over Here [여기로와]
Chapter 28 - A Hug By The River [강가의 포옹]
Chapter 29 - Day-1 [1 일차]
Chapter 30 - The Day [그날]
Chapter 31 - Status and New Home [상태 및 새 집]
Chapter 32 - Annual Party [연간 파티]
Chapter 33 - He Knows [그는 알고있다]
Chapter 34 - Jiwoo [지우]
Chapter 35 - Picnic [피크닉]
Chapter 36 - Red Bean Porridge [팥죽]
Chapter 37 - Gone [지나간]
Chapter 38 - The Reality [현실]
Chapter 39 - Approval [승인]
Chapter 40 - What A Mess [무슨 엉망]
Fact About Meet You
Chapter 41 - Bye and Welcome [안녕과 환영]
Chapter 42 - We Went Through It [우리는 그것을 겪었다]
Chapter 43 - First Morning With You [너와의 첫 아침]
Chapter 44 - Please, Let Jiwoo Be With Him [지우와 함께 해주세요]
Chapter 45 - We Know [우린 알아]
Chapter 46 - Accept the Truth [진실을 받아들여]
Chapter 47 - Suddenly [갑자기]
Chapter 48 - Light Night Conversation [가벼운 밤 대화]
Chapter 50 - I'm Still Here [난 아직 여기입니다]
Chapter 51 - Destruction [파괴]
Chapter 52 - Temporary [일시적인]

Chapter 49 - Will Come [올 것이다]

238 45 9
By imldhfzh

Tubuhku masih terkulai lemah setelah tabib memeriksaku beberapa saat yang lalu.

Bukan hal serius, tapi sepertinya hari persalinanku akan segera tiba, mengingat saat ini sudah memasuki awal bulan terakhir.

Iya, kandunganku sudah mencapai bulan ke sembilan, aku sudah mulai merasakan sakit.

Kupandangi lamat-lamat wajah pria yang juga tengah berbaring disampingku, ucapan tabib tadi terus terngiang dan berputar-putar di kepalaku.

Rasa nyeri dibagian bawah perutku masih terasa, bahkan hanya berdiam diri pun rasanya seakan dihujani ribuan jarum dengan kecepatan tinggi secara bertubi-tubi.

Aku tidak ingat jelas apa yang terjadi pagi tadi, saat aku mencoba mengingatnya hal yang bisa kuingat hanyalah ingatan tadi malam, saat dimana suamiku mendekap erat tubuhku sampai akhirnya kami terlelap bersama.

Lalu tadi saat aku terbangun, sudah ada tabib tengah memeriksaku, dan Jimin yang tampak sangat khawatir dengan tubuh yang basah kuyub, wajahnya pucat dan bahkan bibirnya sampai berwarna biru keunguan.

"Hyerin-a..."

"Hyerina-a..."

"Kau baik-baik saja?"

"Dimana yang sakit? Beritahu aku..."

Itulah kata-kata yang ia lontarkan bertubi-tubi padaku begitu aku membuka mata.

Aku kebingungan setengah mati sampai akhirnya tabib memberitahu bahwa aku pingsan disaat masih tertidur, melihatku yang tak bangun membuat Jimin yang mencoba membangunkanku panik setengah mati.

"Suamimu berlari melebihi kecepatan tornado ditengah lebatnya hujan dan petir, dia sangat mengkhawatirkanmu karena kau tidak bangun saat ia mencoba membangunkanmu." Begitu kata tabib.

Hari ini cuaca memang sedang mendung-mendungnya, hujan lebat dan sambaran petir tidak berhenti bersahut-sahutan

Dan tentu saja hingga detik ini rasa cintaku pada Jimin terus dan semakin bertambah, berkembang, tumbuh dan hidup.

Sosok yang mampu menyembuhkan, memberi nyaman dan aman, sebagai rumah yang damai dan tentram untuk jiwa yang bimbang.

Ya, itulah Jimin, suamiku sekaligus rumah ternyaman yang tidak akan pernah kutemukan pada sosok manapun.

*****

Satu minggu berlalu sejak kejadian pingsannya diriku dipagi itu, hari ini keadaanku sudah jauh lebih baik.

Aku dan Jimin saat ini tengah mengunjungi rumah orang tuanya, kami memutuskan untuk menginap untuk satu malam disini, bertukar cerita sambil menikmati teh manis hangat dan cemilan yang dibikin sendiri dimalam hari akan menjadi kegiatan yang menyenangkan.

Saat ini hanya ada aku dan Jiwoo di rumah, Jimin tengah membantu kedua orang tuanya di sawah.

Akhir-akhir ini aku dan Jiwoo jarang menghabiskan waktu bersama, ia pun jarang berkunjung ke rumah kami.

"Bagaimana?"

Jiwoo kebingungan dengan pertanyaanku yang sangat tiba-tiba dan tidak jelas barusan.

"Kau dan Jungkook..." lanjutku.

Jiwoo mengangguk kecil, menandakan baru mengerti dengan pertanyaanku.

"Baik. Kami baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Aku mengangguk, lega akan jawaban itu. Memang sudah seharusnya begitu, usia Jiwoo sebentar lagi akan segera menginjak angka delapan belas, dan aku juga sudah akan melahirkan.

Mereka akan segera menikah, dan semuanya harus berjalan dengan baik hingga akhir.

"Baguslah kalau beg---"

Ucapan yang belum sempat kuselesaikan terpotong karena tiba-tiba saja perut hingga kakiku terasa sakit, seakan seluruh tulang diremukkan secara bersamaan.

"Akhhhhh..." rasa sakit yang tak tertahan membuatku mengeluarkan suara yang mengerikan.

Jiwoo langsung kalang kabut, panik dan kebingungan harus berbuat apa.

"Eonnie! Kenapa?!"

"Ya ampun, bagaimana ini?!"

"Apa yang harus aku lakukan?!"

Kalimat-kalimat itu terus Jiwoo lontarkan.

Walau pandanganku sudah tak fokus, tapi masih terlihat jelas Jiwoo menoleh kanan kiri berniat mencari bantuan.

"Sak-sakit Jiwoo-ya, sepertinya sudah tiba waktunya!" Aku berteriak.

"Eonnie, kumohon tunggu sebentar, aku akan memanggil Oppa!"

Saat Jiwoo hendak berlari, tiba-tiba suara seseorang terdengar.

"Jiwoo-ya..."

Jungkook, aku tahu itu pasti Jungkook.

Jiwoo yang sempat berhenti sejenak langsung melanjutkan langkahnya dengan tergesa.

Sepertinya memang sudah tiba waktunya, aku akan segera nelahirkan.

Jimin, kita akan segera menjadi orang tua!

*****

Jimin dan kedua orang tuanya langsung menyusulku yang dengan susah payah dibawa hingga bisa berbaring di rumah tabib ini, dan itu semua berkat Jiwoo dan Jungkook yang berusaha keras menyelamatkanku.

Aku sungguh berhutang budi kepada mereka berdua.

"Jimin-a, jangan kemana-mana, tetap disini temani istrimu, Eomma dan Appa akan mengambil barang-barang yang dibutuhkan dan segera kembali kemari."

"Eo, Eomma... Appa... terima kasih."

Ibu dan Ayahnya hanya mengangguk lalu beranjak pulang.

Setiap orang yang akan melahirkan selalu dibawa ke rumah tabib, maka disinilah aku berbaring, di rumah sederhana tapi berjasa ini.

Sejak dibawa kemari aku sudah merasakan beberapa kali kontraksi, tabib bilang kemungkinannya aku melahirkan beberapa jam lagi atau bisa jadi besok.

Perlakuan manis Jimin selalu memberi rasa nyaman dan damai, aku suka setiap sentuhannya, aku suka bagaimana caranya menatapku, aku suka senyumnya, aku suka semua tentangnya.

"Kalau sakit lagi, beritahu aku ya?" Ucapnya sambil mengelapi tubuhku dengan kain basah.

"Oppa..."

"Hm?"

"Kalau terjadi sesuatu padaku, berjanjilah kau akan menjaga dan membesarkan anak kita dengan baik, ya?"

"Hei! Kenapa bicaramu begitu?! Kau tidak akan kenapa-napa, kau akan baik-baik saja!"

Sudah kuduga reaksinya akan begini, bukannya apa-apa, entah kenapa aku hanya merasa tak nyaman dan gelisah.

"Aku mengerti, hanya saja jika memang terjadi sesuatu padaku kalian akan baik-baik saja tanpaku."

"Cukup! Aku tidak ingin mendengar omong kosong seperti itu lagi."

"Maaf..."

Suasana menjadi terasa lebih suram, aku merasa sedih tanpa alasan.

"Sekarang tidurlah, kau harus banyak istirahat sebelum melalui hal yang akan banyak menguras tenagamu."

"Oppa juga."

Tuhan, apapun yang terjadi padaku nanti aku hanya minta satu hal, tolong jaga suami dan anakku, berikan mereka kehidupan yang nyaman walau tanpaku, aku mau mereka bahagia walau tidak ada sosokku di sisi mereka.

-To be continue-
.
.
.

Terima kasih karena sudah berkenan membaca cerita ini, maaf kalau banyak typo dan jangan lupa vote dan komen ya kalau kalian suka.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya!

.

Sunday, December 19, 2021.
14.00 PM

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 105K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
166K 9.9K 42
Aletta Cleodora Rannes, seorang putri Duke yang sangat di rendahkan di kediamannya. ia sering di jadikan bahan omongan oleh para pelayan di kediaman...
1.2M 86.2K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
177K 11.3K 19
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...