Tubuhku masih terkulai lemah setelah tabib memeriksaku beberapa saat yang lalu.
Bukan hal serius, tapi sepertinya hari persalinanku akan segera tiba, mengingat saat ini sudah memasuki awal bulan terakhir.
Iya, kandunganku sudah mencapai bulan ke sembilan, aku sudah mulai merasakan sakit.
Kupandangi lamat-lamat wajah pria yang juga tengah berbaring disampingku, ucapan tabib tadi terus terngiang dan berputar-putar di kepalaku.
Rasa nyeri dibagian bawah perutku masih terasa, bahkan hanya berdiam diri pun rasanya seakan dihujani ribuan jarum dengan kecepatan tinggi secara bertubi-tubi.
Aku tidak ingat jelas apa yang terjadi pagi tadi, saat aku mencoba mengingatnya hal yang bisa kuingat hanyalah ingatan tadi malam, saat dimana suamiku mendekap erat tubuhku sampai akhirnya kami terlelap bersama.
Lalu tadi saat aku terbangun, sudah ada tabib tengah memeriksaku, dan Jimin yang tampak sangat khawatir dengan tubuh yang basah kuyub, wajahnya pucat dan bahkan bibirnya sampai berwarna biru keunguan.
"Hyerin-a..."
"Hyerina-a..."
"Kau baik-baik saja?"
"Dimana yang sakit? Beritahu aku..."
Itulah kata-kata yang ia lontarkan bertubi-tubi padaku begitu aku membuka mata.
Aku kebingungan setengah mati sampai akhirnya tabib memberitahu bahwa aku pingsan disaat masih tertidur, melihatku yang tak bangun membuat Jimin yang mencoba membangunkanku panik setengah mati.
"Suamimu berlari melebihi kecepatan tornado ditengah lebatnya hujan dan petir, dia sangat mengkhawatirkanmu karena kau tidak bangun saat ia mencoba membangunkanmu." Begitu kata tabib.
Hari ini cuaca memang sedang mendung-mendungnya, hujan lebat dan sambaran petir tidak berhenti bersahut-sahutan
Dan tentu saja hingga detik ini rasa cintaku pada Jimin terus dan semakin bertambah, berkembang, tumbuh dan hidup.
Sosok yang mampu menyembuhkan, memberi nyaman dan aman, sebagai rumah yang damai dan tentram untuk jiwa yang bimbang.
Ya, itulah Jimin, suamiku sekaligus rumah ternyaman yang tidak akan pernah kutemukan pada sosok manapun.
*****
Satu minggu berlalu sejak kejadian pingsannya diriku dipagi itu, hari ini keadaanku sudah jauh lebih baik.
Aku dan Jimin saat ini tengah mengunjungi rumah orang tuanya, kami memutuskan untuk menginap untuk satu malam disini, bertukar cerita sambil menikmati teh manis hangat dan cemilan yang dibikin sendiri dimalam hari akan menjadi kegiatan yang menyenangkan.
Saat ini hanya ada aku dan Jiwoo di rumah, Jimin tengah membantu kedua orang tuanya di sawah.
Akhir-akhir ini aku dan Jiwoo jarang menghabiskan waktu bersama, ia pun jarang berkunjung ke rumah kami.
"Bagaimana?"
Jiwoo kebingungan dengan pertanyaanku yang sangat tiba-tiba dan tidak jelas barusan.
"Kau dan Jungkook..." lanjutku.
Jiwoo mengangguk kecil, menandakan baru mengerti dengan pertanyaanku.
"Baik. Kami baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Aku mengangguk, lega akan jawaban itu. Memang sudah seharusnya begitu, usia Jiwoo sebentar lagi akan segera menginjak angka delapan belas, dan aku juga sudah akan melahirkan.
Mereka akan segera menikah, dan semuanya harus berjalan dengan baik hingga akhir.
"Baguslah kalau beg---"
Ucapan yang belum sempat kuselesaikan terpotong karena tiba-tiba saja perut hingga kakiku terasa sakit, seakan seluruh tulang diremukkan secara bersamaan.
"Akhhhhh..." rasa sakit yang tak tertahan membuatku mengeluarkan suara yang mengerikan.
Jiwoo langsung kalang kabut, panik dan kebingungan harus berbuat apa.
"Eonnie! Kenapa?!"
"Ya ampun, bagaimana ini?!"
"Apa yang harus aku lakukan?!"
Kalimat-kalimat itu terus Jiwoo lontarkan.
Walau pandanganku sudah tak fokus, tapi masih terlihat jelas Jiwoo menoleh kanan kiri berniat mencari bantuan.
"Sak-sakit Jiwoo-ya, sepertinya sudah tiba waktunya!" Aku berteriak.
"Eonnie, kumohon tunggu sebentar, aku akan memanggil Oppa!"
Saat Jiwoo hendak berlari, tiba-tiba suara seseorang terdengar.
"Jiwoo-ya..."
Jungkook, aku tahu itu pasti Jungkook.
Jiwoo yang sempat berhenti sejenak langsung melanjutkan langkahnya dengan tergesa.
Sepertinya memang sudah tiba waktunya, aku akan segera nelahirkan.
Jimin, kita akan segera menjadi orang tua!
*****
Jimin dan kedua orang tuanya langsung menyusulku yang dengan susah payah dibawa hingga bisa berbaring di rumah tabib ini, dan itu semua berkat Jiwoo dan Jungkook yang berusaha keras menyelamatkanku.
Aku sungguh berhutang budi kepada mereka berdua.
"Jimin-a, jangan kemana-mana, tetap disini temani istrimu, Eomma dan Appa akan mengambil barang-barang yang dibutuhkan dan segera kembali kemari."
"Eo, Eomma... Appa... terima kasih."
Ibu dan Ayahnya hanya mengangguk lalu beranjak pulang.
Setiap orang yang akan melahirkan selalu dibawa ke rumah tabib, maka disinilah aku berbaring, di rumah sederhana tapi berjasa ini.
Sejak dibawa kemari aku sudah merasakan beberapa kali kontraksi, tabib bilang kemungkinannya aku melahirkan beberapa jam lagi atau bisa jadi besok.
Perlakuan manis Jimin selalu memberi rasa nyaman dan damai, aku suka setiap sentuhannya, aku suka bagaimana caranya menatapku, aku suka senyumnya, aku suka semua tentangnya.
"Kalau sakit lagi, beritahu aku ya?" Ucapnya sambil mengelapi tubuhku dengan kain basah.
"Oppa..."
"Hm?"
"Kalau terjadi sesuatu padaku, berjanjilah kau akan menjaga dan membesarkan anak kita dengan baik, ya?"
"Hei! Kenapa bicaramu begitu?! Kau tidak akan kenapa-napa, kau akan baik-baik saja!"
Sudah kuduga reaksinya akan begini, bukannya apa-apa, entah kenapa aku hanya merasa tak nyaman dan gelisah.
"Aku mengerti, hanya saja jika memang terjadi sesuatu padaku kalian akan baik-baik saja tanpaku."
"Cukup! Aku tidak ingin mendengar omong kosong seperti itu lagi."
"Maaf..."
Suasana menjadi terasa lebih suram, aku merasa sedih tanpa alasan.
"Sekarang tidurlah, kau harus banyak istirahat sebelum melalui hal yang akan banyak menguras tenagamu."
"Oppa juga."
Tuhan, apapun yang terjadi padaku nanti aku hanya minta satu hal, tolong jaga suami dan anakku, berikan mereka kehidupan yang nyaman walau tanpaku, aku mau mereka bahagia walau tidak ada sosokku di sisi mereka.
-To be continue-
.
.
.
Terima kasih karena sudah berkenan membaca cerita ini, maaf kalau banyak typo dan jangan lupa vote dan komen ya kalau kalian suka.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya!
.
Sunday, December 19, 2021.
14.00 PM