TRAP | Jung Jaehyun

By lunarbooksid

1.8K 184 4

Jeff, seorang pengusaha properti yang memiliki profesi sampingan sebagai otak pembunuh mempekerjakan Taeyong... More

New Assistant
Ada yang Mengawasimu
Siapa
Kabar Bagus yang Buruk
New Toy
Follow the Game
Secret
Obey the Rules or You Will Die
Gift
The First Day of Work
Bantu Aku Sembuh
Wait and See
The Show
Make A Deal
Behind the Story
Sign the Contract
Siaga
Movement
Catch Me If You Can
Tricky
Terror
Terima Kasih Untuk Hari Ini
From the Past
The Unknown Number
New Hint
About Her
Secret Agent
About Him
Test
Loyalty
Action
Action (2)

Twins

42 3 0
By lunarbooksid

Jeff yang masih terbaring di atas ranjangnya kini sedang mengerjapkan kedua matanya. Tak diduga, dia ternyata tertidur selama beberapa saat. Mungkin karena efek obat-obatan yang dikonsumsinya beberapa jam lalu. Namun, bukannya membaik, yang dirasakannya kini adalah seisi ruangannya sedang berputar.

Jeff kembali memejamkan matanya selama beberapa detik sebelum akhirnya membukanya lagi. Akan tetapi, hasilnya sama saja. Bahkan, kini kepalanya seperti dihantam besi yang begitu berat. Kedua tangannya ia gunakan untuk memukul pelipisnya hingga beberapa kali. Bertepatan dengan seseorang yang masuk ke dalam kamarnya, Jeff menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan rasa sakit yang menyerangnya.

"Ada apa?" Suara puan itu sedikit naik. Sorot matanya menunjukkan sebuah rasa panik. Sementara yang ditanya hanya menggeleng lemah. Padahal, kepalanya seperti sedang berputar-putar.

Braile pun mendekat ke arah Jeff. Memegang pundak pria itu dengan kedua tangannya. Braile membaringkan Jeff agar rasa sakit yang dirasakan oleh pria itu dapat sedikit reda. Jeff yang dituntun itu hanya menurut saja. Namun, sesaat kemudian, Jeff berhasil membuat Braile naik pitam.

"Aku harus keluar," ujarnya yang pantas mendapatkan tatapan nyalang dari Braile seperti sekarang ini.

"Kau bodoh? Tidak lihat kondisimu sekarang seperti apa? Bahkan kau hampir saja mati." Kalimat panjang itu sukses keluar dari mulut Braile. Membuat Jeff sedikit terkejut dibuatnya.

"Kau mengkhawatirkanku?" Tampaknya, kondisi tubuhnya yang sedang lemah seperti sekarang ini tak mempengaruhi sifatnya yang suka menggoda Braile. Justru, Jeff semakin mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan tak tahu diri.

"Kau yang seharusnya mengkhawatirkan dirimu sendiri." Balasan ketus dari Braile tak lantas mematahkan semangat Jeff.

"Padahal, beberapa menit lalu, kepalaku sakit sekali. Seperti dihantam besi. Bahkan semua yang ada di sini tampak berputar. Tapi, berbicara denganmu membuat sakit kepalaku langsung hilang. Sepertinya aku tidak lagi membutuhkan obat," ucapnya yang membuat emosi yang bersarang dalam dada Braile semakin membuncah.

"Baiklah. Aku tidak akan menebuskan obat lagi untukmu," balas Braile dengan malas. Puan itu membalikkan badan dan segera melangkahkan tungkainya menuju pintu kamar. Namun, langkahnya segera terhenti ketika suara Jeff kembali didengarnya.

"Ada apa kau ke kamarku?" Jeff menyudahi basa-basinya. Sebab, Braile sekarang sedang tidak bisa diajak bercanda. Pria itu tahu bahwa ada sesuatu yang ingin Braile sampaikan. Braile kembali berbalik badan.

"Aku sudah mencari tahu tentang pamanmu itu. Masa hukumannya belum selesai. Dia kabur dari penjara."

Jeff yang mendengar penjelasan dari Braile itu mengangguk. "Pantas saja. Aku juga sudah menduganya. Tapi aku belum mengetahui motif mengapa pria tua itu melarikan diri dari penjara." Jeff menghela napasnya berat kemudian melanjutkan kalimatnya. "Padahal dia sangat cocok berada di sana."

"Lalu, di mana dia sekarang?"

"Aku mengembalikannya ke penjara." Jeff yang terbaring pun langsung terbangun. Pria itu sedikit mengerang ketika jahitan pada perutnya terasa nyeri karena pergerakan yang ditimbulkannya.

"Kau kembalikan begitu saja?" tanyanya tak percaya. Padahal, jauh di dalam benaknya ingin sekali membalaskan rasa dendam yang selama ini dipendamnya. Bahkan, dendamnya hari ini ketika anak buah dari pamannya itu menyayat perutnya.

"Aku juga melaporkannya karena melakukan penyerangan bahkan pembunuhan berencana."

Jeff masih tidak berkutik. Dia hanya mendengarkan setiap penjelasan Braile sembari membiarkan kepalanya yang tadi begitu pusing untuk memikirkan langkah apa yang selanjutnya akan dia tempuh.

"Kau tidak sedang memikirkan langkah untuk balas dendam, kan?" Seolah membaca pikiran, Braile tahu benar apa yang membuat Jeff begitu diam seperti sekarang. Bekerja selama tujuh bulan dengan pria itu membuat Braile hafal betul dengan setiap gerak-gerik yang dilakukan Jeff. Bahkan Braile dapat menebak dengan tepat apa yang dipikirkan oleh pria itu.

"Lebih baik kau khawatirkan kondisimu terlebih dahulu." Braile kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda. Puan itu berjalan menuju pintu kamar.

"Bagaimana dengan anak buah pamanku yang kutancapkan sebuah pisau?" Braile kembali menghentikan langkahnya. Menoleh ke arah Jeff yang masih duduk pada posisinya.

"Bagaimana lagi? Tentu saja dia mati." Jawaban Braile terdengar semakin dingin. Jeff yang tidak terlalu peduli dengan apa yang orang katakan padanya pun merasa sedikit kesal dengan cara bicara Braile.

Ketika tangan puan itu sudah menyentuh pintu dan hendak menekankan kode, suara Jeff kembali menginterupsi kegiatannya.

"Pantas saja cara bicaramu begitu menyebalkan. Tamu bulananmu sedang datang, ya?" Sontak, Braile membulatkan kedua matanya. Dilihatnya celana bagian belakangnya. Tampak beberapa bercak noda merah kecokelatan yang membuatnya begitu malu sekarang. Jeff yang melihat reaksi langka dari Braile itu pun terkekeh sembari memegang perutnya yang masih terasa sakit.

Mengapa kau mengatakan itu sekarang? Kau sungguh membuatku ingin melemparkan diri ke dalam jurang!

o0o

Hari ini, Jeff absen dari kantornya meskipun harus melalui perdebatan panjang dengan Braile terlebih dahulu. Yah, tidak ada salahnya beristirahat sejenak dari tumpukan berkas-berkas yang harus dibaca dan ditandatanganinya. Justru, dengan ketidakhadirannya di kantor, Jeff dapat melakukan aktivitas lain yang sudah lama dinantikannya.

Suara langkah kaki mulai terdengar menggema memenuhi seisi ruangan. Jeff menoleh ke arah datangnya sumber suara. Seorang laki-laki satu tahun lebih muda darinya itu mengembangkan sebuah senyuman sedikit canggung. Jeff beranjak dari duduknya. Berdiri menyambut Dokter Kim yang mengabarkan kabar baik padanya beberapa jam yang lalu.

"Maafkan saya, Pak Jeff. Saya terlalu bersemangat hingga saya lupa bahwa Pak Jeff sedang terluka. Padahal saya yang merawat Anda kemarin." Dokter Kim menggaruk tengkuknya. Merasa tidak enak karena telah mengganggu waktu istirahat rekan kerja samanya itu.

"Ah, tidak masalah. Saya juga kelewat senang sehingga saya lupa dengan rasa sakit di perut saya." Jeff tersenyum begitu ramah. Membuat Dokter Kim merasa sedikit lebih tenang karena ternyata Jeff sudah jauh lebih membaik daripada kemarin.

Mereka kemudian berjalan menuju sebuah ruang kaca yang berada di dalam laboratorium pribadi milik Dokter Kim itu. Keduanya berjalan sedikit lambat dari biasanya. Mengingat kondisi Jeff yang belum pulih total.

"Sepertinya Anda rajin berolahraga, ya?" tanya Dokter Kim tiba-tiba.

Jeff tersenyum singkat. "Ya, saya rajin berolahraga. Pagi sehabis bangun tidur dan malam sebelum tidur."

Dokter Kim pun menganggukkan-anggukkan kepalanya. "Pantas saja. Untuk orang yang terluka di bagian perut dan sempat mengeluarkan banyak darah, Anda termasuk begitu kuat. Bahkan sudah mampu berdiri dan berjalan."

Mereka akhirnya sampai pada ruang kaca tersebut. Dapat Jeff lihat seseorang tengah berbaring di sana. Seseorang dengan paras yang begitu mirip, bahkan persis dengan seseorang yang sudah beberapa tahun ini menunjukkan kesetiaan padanya.

"Apakah Tuan Taeyong akan datang ke sini?" tanya Dokter Kim sebelum masuk ke dalam ruangan tersebut. Jeff pun mengangguk.

"Ya, dia sedang berada dalam perjalanan."

"Jeff! Dokter Kim!" Suara panggilan dengan nada tinggi akibat berteriak itu membuat Jeff dan Dokter Kim menoleh ke arah sumber suara. Taeyong datang dengan wajah sumringahnya. Sepertinya sudah tidak sabar untuk bertemu dengan orang yang sudah dinanti-nantikan kehadirannya.

"Baru saja kami membicarakanmu," ujar Jeff yang membuat Taeyong membulatkan kedua matanya.

"Apa? Mengapa kalian membicarakanku?"

Dokter Kim terkekeh mendengar respon yang diberikan oleh Taeyong. "Tidak. Saya tadi bertanya apakah Anda akan datang ke sini."

"Dan saya benar-benar datang ke sini."

Dokter Kim terkekeh sekali lagi. "Apakah Anda sudah tidak sabar untuk bertemu dengan kembaran Anda?"

"Ya! Saya sudah sangat tidak sabar. Saya ingin mengajarkan banyak hal padanya," jawab Taeyong dengan begitu antusias. Membuat Jeff sedikit tidak percaya akan respon yang diberikan oleh anak buahnya yang selalu terlihat dingin itu.

"Kau sudah seperti seorang ayah yang menantikan kelahiran anaknya," cibir Jeff yang membuat Dokter Kim tidak sanggup untuk menahan tawanya.

"Baiklah kalau begitu. Bisa kita mulai sekarang?"

Jeff dan Taeyong mengangguk mantap menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulut Dokter Kim barusan.

Dokter Kim segera masuk ke dalam setelah mengenakan perlengkapan untuk melakukan aksinya. Beberapa anak buah Dokter Kim yang sedari tadi sudah berada di sana pun mencoba untuk membantu atasannya itu semaksimal mungkin.

Jeff dan Taeyong melihat dari luar. Dokter Kim mulai mengambil cairan menggunakan jarum suntik. Ketika jarum itu hendak disuntikkan pada tangan kanan objek penelitian, baik Jeff maupun Taeyong merasakan jantungnya berdetak semakin kencang.

Satu cairan berhasil disuntikkan. Dokter Kim melangkahkan tungkainya satu langkah ke belakang. Melihat perubahan apa yang akan terjadi pada objek eksperimennya. Jeff dan Taeyong pun sudah begitu harap-harap cemas. Keduanya sukses membulatkan netranya tatkala monitor yang menampilkan ritme detak jantung itu mulai berbunyi.

"Jeff, he's alive."

Continue Reading

You'll Also Like

798K 58.6K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
173K 19.3K 47
#taekook #boyslove #mpreg
76.4K 8.3K 86
Sang rival yang selama ini ia kejar, untuk ia bawa pulang ke desa, kini benar-benar kembali.. Tapi dengan keadaan yang menyedihkan. Terkena kegagalan...
86.2K 8.2K 33
Supaporn Faye Malisorn adalah CEO dan pendiri dari Malisorn Corporation yang memiliki Istri bernama Yoko Apasra Lertprasert seorang Aktris ternama di...