A STORY

By reremi_

7.4K 339 3

[On Going] Nama aku Aralia Kataeva. Semua rencana dalam kehidupanku sudah aku rancang secara apik di sebuah b... More

SPOILER
PROLOG
1 - Olimpiade
2 - Menjauh
3 - Malam Yang Suram
4 - Apa Ini?
5 - Garis Dua
6 - Di Usir?
7 - Entahlah
8 - Curhat?
9 - Kehancuran
10 - Emosi
11 - Bertengkar?
12 - Ada Hati yang Terluka
13 - Pertemuan Dua Keluarga
14 - Hanya dengan Waktu
15 - Satu Kamar
16 - No Problem
17 - Ingat Kembali
18 - Pelaksanaan Olimpiade
19 - Dari Mana?
20 - Perasaan Sebenarnya
21 - Jenguk Ayah
22 - Keinginan Debay
23 - Elisa
24 - ⚠️WARNING⚠️
25 - Down
26 - Mereka Bilang Sweet
SEKEDAR INFO
27 - Papa Imas, Ara, dan Lia
28 - Berita
29 - Sean Sebenarnya
30 - Undangan
31 - Menghadiri Makan Malam
32 - Pertolongan Pertama
33 - Ketahuan
34 - Kemarahan
36 - Rumah Baru
37 - Hal Besar
38 - Samson Gugur
39 - Selamat Jalan Samson
40- 200 Lilin SMA Lintang Angkasa

35 - Kang Gosip RS

123 7 0
By reremi_

***

"Ma," kata Ara dengan memeluk Karin dengan erat. Menumpahkan air matanya karena permasalahannya berasal dari dia. Tapi orang lain yang harus menanggungnya.

"Udah Ara, tenang!" Hibur Karin.

"Maafin aku ma, sakit gak ma?" Tanya Ara dengan memegang pipi Karin yang tampak memerah.

"Mas, ambilkan es buat mama!" Pinta Ara pada Dimas. Dimas menganggukkan kepalanya. Sedangkan Samuel dan Elisa, mereka berdua berangkat ke sekolah meskipun ada masalah besar di dalam keluarganya.

Karin menggelengkan kepalanya lalu mengusap air mata Ara yang mengalir membasahi pipinya. "Mama baik-baik aja sayang," ucap Ara.

Dimas kembali dari dapur kemudian ia mengompres pipi mamanya yang memerah akibat tamparan yang disebabkan oleh papanya.

"Berikan," ucap Karin dengan menarik kompresan es batu lalu meletakkannya pada lengan Ara yang lebih merah dari pipinya.

Ara memejamkan matanya untuk menahan sakit yang menjalar ketika es itu mendarat tepat di lengannya yang terluka.

"Mama tau, kamu yang lebih terluka," ucap Karin.

Ara menggelengkan kepalanya secara perlahan kemudian menghela napasnya.

"Kamu jangan masukin kata papa ya tadi, dia sedang emosi aja hari ini. Dan kalian jangan pergi dari rumah ini," ucap Karin pada Ara dan juga Dimas.

"Gak ma, kita akan pindah dari rumah karena papa udah memutuskan ini," kata Dimas.

"Tapi mas, kasihan mama kalo di rumah." Tolak Ara. Karena Ara sangat mengkhawatirkan Karin jika ia dan Dimas tidak ada di rumah.

"Gak bisa Ara, keputusan aku udah tepat. Kita harus pergi dari rumah ini, karena suatu hari nanti pasti aku akan membawamu pergi dari rumah ini." Jelas Dimas.

"Soal mama, jangan khawatir, ada Samuel dan Elisa yang selalu menjaga mama!" Imbuhnya. Sedangkan Ara, gadis itu hanya diam dan menatap Karin yang tengah mengobati luka lengannya.

***

Di ruang kerja dokter Zen, Ara hanya diam dan sesekali mengangguk ataupun menggelengkan kepala jika dokter Zen bertanya padanya. Apa perutnya masih kram ataupun ada keluhan lain yang ia rasakan.

Dokter Zen menuliskan hasil pemeriksaan kandungan Ara kemudian memberikan resep dan juga buku hamil bewarna pink pada Ara dan juga Dimas.

"Sepertinya istri dokter masih mengalami syok dan stres," ucap dokter Zen pada Dimas.

Dimas hanya memasang datar dan sesekali menganggukkan kepalanya untuk menyetujui penjelasan dokter Zen mengenai kandungan istrinya yang sudah menginjak usia enam bulan.

"Kemudian, tekanan darah normal 120/60, dengan posisi bayinya normal, serta perkembangan bayinya juga normal. Hanya saja lebih diperhatikan pada stres nya sang ibu, karena jika ibu stres maka bayi yang dikandungnya akan berdampak fatal." Jelas dokter Zen.

"Apa ada larangan yang harus diperhatikan?" Tanya Dimas.

"Iya, soal pola makanannya. Pola makanannya istri dokter masih belum tepat jadi sedikit mempengaruhi berat badan ibu yang tidak bisa naik seiring berjalannya waktu,"

"Apa ada dampaknya?"

"Dokter Dimas, pasti dokter juga tau apa dampaknya bukan?" Tanya dokter Zen dengan menggelengkan kepalanya.

"Iya, saya tau." Jawab Dimas.

Dokter Zen hanya menggelengkan kepalanya setelah mendengar jawaban dari Dimas.

"Baik dok, terima kasih!" Ucap Dimas pada dokter Zen dengan menjabat tangannya.

"Nyonya, minum suplemen secara teratur ya." Peringat dokter Zen pada Ara.

"Baik dok," ucap Ara singkat kemudian pergi mengikuti langkah suaminya.

Di luar ruangan, Dimas menyuruh Ara untuk ke dalam ruangannya terlebih dulu karena ia harus menebus obat-obatnya di apotek. Selain itu, ia harus harus kembali bekerja selama empat jam. Karena hari ini, ia sudah memiliki janji untuk bertemu dengannya.

Selesai menebus obat, Dimas kembali ke dalam ruangannya untuk memberikan obat tersebut pada Ara. Di dalam ruangan, Dimas bisa melihat jika istrinya tengah termenung di sofa kerjanya. Lalu ia pun menghampiri Ara dan mengusap kepala Ara dengan lembut.

"Kenapa Ara?" Tanya Dimas pada Ara setelah menaruh obatnya di atas meja.

"Apa kamu yakin, jika kita pergi dari rumah keluarga kamu?" Tanya Ara dengan menatap Dimas.

"Ara, aku tau kamu mencemaskan mama. Tapi Ra, selain itu juga aku ingin pergi dari rumah orang tua setelah menikah nanti. Karena kita gak mungkin terus-terusan menumpang di rumah orang tua," jelas Dimas dengan lembut.

"Lalu papa bagaimana?"

"Jangan khawatir, nanti aku akan bicara sama papa pelan-pelan. Udah, kamu mau nunggu di sini atau pulang?" Tanya Dimas.

"Di sini aja, nungguin kamu." Jawab Ara.

Dimas menarik senyumnya kemudian mengacak rambut Ara tanpa membenarkannya kembali. Ara tampak memanyunkan bibirnya sedangkan Dimas hanya menatap istrinya.

"Nanti selesai kerjanya waktu makan siang, setelah itu kita beres-beres dan pindah ke rumah baru." Kata Dimas kemudian mengecup kening Ara.

Ara menatap kepergian Dimas dengan tersenyum. Kenapa kamu baik sekali mas? Batin Ara.

Tiga jam menunggu di ruangan Dimas rasanya sangat bosan. Hanya duduk menatap dinding yang bernuansa putih serta aroma obat yang menyeruak di hidung Ara. Hingga tak lama kemudian, pintu ruangan Dimas di ketuk oleh seseorang yang memakai seragam warna hijau dan memakai masker.

"Maaf mengganggu, dokter Dimas ada?" Tanya adik koas nya Dimas.

"Dokter Dimas? Dia ada di ruang praktiknya," jawab Ara pada seorang perempuan yang bertanya tentang keberadaan Dimas.

"Baik terima kasih," ucapnya kemudian pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Dan ya, kini ruangannya kembali sunyi dan hening.

Menunggu satu jam lagi membuat Ara semakin bosan. Ia berdiri kemudian melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut dan menuju kantin rumah sakit. Karena entah mengapa ia merasakan lapar saat ini.

Pada saat Ara memesan makanan ringan dan juga jus buah di kantin rumah sakit, ia dapat mendengar gosip mengenai dirinya dan juga Dimas. Di sana Ara hanya diam seolah-olah ia tidak mendengarnya.

"Dokter Dimas udah punya istri tambah cuek aja," kata salah satu perawat yang ada di kantin.

"Iya, tapi istrinya cantik tau."

"Emang siapa sih istrinya? Soalnya aku belum pernah lihat," sahut rekan kerjanya.

"Namanya Ara, dia cantik, dulu sih pernah datang ke IGD dalam keadaan pingsan! Terus yang menangani dokter Dimas sendiri," jawabnya.

Ara menggelengkan kepalanya lalu membayar pesanannya dan hendak pergi dari sana. Tapi pada saat ia melangkah, tiba-tiba Dimas sudah ada dihadapannya dengan pakaian bewarna hijau dan ada namanya di sana. dr. Dimas Nugraha. Melihat itu, Ara jadi ingin kalau dia punya seragam sendiri. Tapi ya mana mungkin, Ara saja tidak lulus SMA.

"Pesan makanan dari luar atau makan di rumah?" Tanya Dimas datar pada Ara.

"Ha? Ada dokter Dimas," celetuk perawat yang menggosipkan Ara pada kedua rekan kerjanya.

Ara menatap Dimas hanya diam dan mengisyaratkan padanya jika ada karyawan yang tengah melihat mereka. Namun, Dimas tidak memperdulikan isyaratnya Ara dan terus menanyakan makan siangnya.

"Kalo mau di rumah, setelah ini kita pulang ke rumah. Kalo mau pesan, nanti kamu pesan aja lewat ponselku yang ada di ruangan," kata Dimas.

"Hm, pesan aja gak apa?" Tanya Ara.

Dimas menganggukkan kepalanya. "Asalkan yang sehat dan juga jangan terlalu pedas,"

"So sweet banget sih mereka? Jadi baper aku lihatnya," celetuk perawat perempuan melihat interaksi antara Dimas dan juga Ara.

"Ssst diam," sahut rekannya dengan menyenggol lengan rekannya itu.

Ara menganggukkan kepalanya untuk menyetujui apa yang di sarankan oleh suaminya. Dimas melihat Ara memegang makanan dan juga minuman dengan kesusahan. Akhirnya ia meraih nampan yang ada di meja khusus dokter dan menyuruhnya untuk menaruh makanannya di atas nampan tersebut. Kemudian, ia pergi meninggalkan Ara dan melanjutkan pekerjaannya.

Kedua perawat perempuan seumuran dengan Dimas itu langsung menghampiri Ara dengan wajah iri dan juga, entahlah, sulit untuk di deskripsikan menutut Ara.

"Kamu istrinya dokter Dimas?" Tanyanya.

"Iya, kenapa?"

"Beruntung banget sih mbak, padahal dokter Dimas itu terkenal cuek banget, tapi kecuali saat memberi saran pada pasien sih!" Kata perawat itu.

Dimas kembali melihat ke belakang dan melihat istrinya dikerumuni oleh dua perawat yang sangat kepo mengenai hubungannya dengan Ara. Kemudian ia kembali pada Ara dan menarik tangan istrinya untuk menghindari dua perawat yang rasa tahunya lebih besar dibanding rasa malunya.

"Jangan dengarkan mereka," ucap Dimas dengan melangkahkan kakinya. Ara hanya diam dan berjalan menyusuri koridor rumah sakit.

***

T.B.C

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 136K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
592K 28K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
1.8M 132K 50
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
1.6M 132K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...