BUCINABLE [END]

Autorstwa tamarabiliskii

16.1M 1.6M 588K

Galak, posesif, dominan tapi bucin? SEQUEL MY CHILDISH GIRL (Bisa dibaca terpisah) Urutan baca kisah Gala Ri... Więcej

PROLOG
1. Kolor Spongebob
2. Seragam Lama
3. Hadiah Untuk Gala
4. Lagu Favorit
5. Gara-Gara Kopi
6. Bertemu Bunda
7. Kesayangan Riri
8. Gala VS Dewa
9. Mirip Ilham
10. Pelampiasan
11. Kabar Buruk
12. Kelemahan
13. Panti Asuhan
14. Tawaran Menarik
15. Syarat Dari Riri
16. Tersinggung
Daily Chat 1- Kangen
18. Peraturan Baru
19. Tanpa Riri
20. Gagal
21. Amora VS Riri
22. Singa dan Kura-Kura
23. Diculik?
24. Kisah di Masa Lalu
Daily Chat 2 - Ngambek
25. Jalan-Jalan
Daily Chat 3 - Cemburu?
26. Ingkar Janji?
Daily Chat 4 - Kecewa
27. Are You Okay, Gal?
28. Bawa Kabur?
29. Campur Aduk
Daily Chat 5 - Caper?
Daily Chat 6 - Lanjutan Sebelumnya
30. Prom Night
Daily Chat 7 - Drama Instastory
31. Menghilang
32. Yummy
33. Sunmori
Daily Chat 8 - Marah
Daily Chat 9 - Tweet Gala
34. Rencana Amora?
35. Pengorbanan?
Daily Chat 10 - Bayi Gede
36. I Love You!
37. Mama?
38. Permen Kis
39. Mode Bayi!
Daily Chat 11- I Love U
40. Fakta-Fakta
41. Fucking Mine
Daily Chat 12 - Mabuk
42. Bocil Kesayangan
43. Hug Me
Daily Chat 13 - Prank
44. PMS
45. He's Angry
46. Break?
Daily Chat 14 - Break? (Penjelasan Penyakit Gala)
47. Camp
48. Terlalu Toxic
49. Bucin
50. Bukan Tuan Putri
51. Selesai?
52. Ending (Baru)
PO MASSAL BUCINABLE
Special Chapter
BUCINABLE SEASON 2?!
GALA & RIRI [Bucinable Universe]
BUCINABLE 2 UPDATE!!!

17. Foto Keluarga

263K 25.1K 12.3K
Autorstwa tamarabiliskii

Hai pren, selamat siang menjelang pagiiiii😚😚😚😚😚

Aku bakal rajin update kalo kalian rajin vote dan komen😤 komen di atas 8K aku bakal update🤪❤✨😡😍😫😁😊🤗☺💖🥰😚😤

Kasih tau aku dong, adegan apa yang paling kalian sukai di cerita ini?

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

"Sakit bego!" Gala memukul lengan Ilham karena cowok itu sengaja menekan luka-luka yang ada di wajah Gala.

"Ck! Lo sih Gal. Udah gue bilang gak usah ditanggepin, masih aja ngeyel."

Gala mendelik tidak terima. "Enak aja gak usah ditanggepin! Dia ngeledek gue bangsat!"

"Ya makanya muka lo jangan galau-galau amat, biar gak diledek!"

"Gue gak galau!"

Ilham berdecak. "Gak galau, gak galau, tapi dari tadi ngedumel mulu gara-gara diemin Riri."

"Ya kan gue kesel. Gue udah minta maaf sama Riri, tapi Riri tetep ngambek ke gue." Gala menghela napas panjang. "Ditambah si Dewa pake acara ngomporin Riri. Terus juga kucing punya Dewa ngeselin banget, ngeliat gue kaya nantang berantem."

Ilham menggeleng heran. "Gak habis pikir gue, bisa-bisanya lo gelut sama kucing sampe muka lo dicakar kaya gini."

"Iya, gue tau lo ketua geng. Jago berantem, jago tawuran, tapi gak kucing juga yang lo ajak gelut, Gal," tambah Ilham.

"Udah, kalo gak ikhlas bantuin, gue pulang aja!" Sewot Gala lalu berdiri.

"Ya elah, salah lagi gue." Ilham mengusap dadanya dramatis. Gala kalau sedang ada masalah dengan Riri, sudah pasti akan sangat sensitif seperti ini. Ujung-ujungnya kalau tidak Ilham, ya Akbar yang akan jadi pelampiasan kemarahan Gala.

"Gal! Jangan ngambek woi!"

"Lakik, Gal! Lakik!"

Gala tidak lagi memedulikan Ilham. Ia lebih memilih pulang, daripada berada di markas Drax dan terus mendengar ocehan Ilham yang membuat telinganya panas.

"Awas aja lo kucing sialan. Kalo gue sama Riri udah baikan, gue bakal pamer keuwuan di depan lo," tekad Gala sembari memakai helmnya. "Mentang-mentang Riri lagi ngambek ke gue, lo ngeledekin gue seenaknya!"

"Dasar kucing burik!" Tambahnya, lalu melajukan motornya membelah jalan raya.

*****

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Gala sudah ada di teras rumah Riri. Cowok itu tidak mau kecolongan, takut Riri akan berangkat ke sekolah tanpa mau menunggu jemputan dari darinya.

"Gala," sapa Eza-papa Riri.

Gala tersenyum ramah lalu mencium punggung tangan Eza dengan sopan. "Selamat pagi, Om."

"Pagi," balas Eza tersenyum. "Tumben sepagi ini. Biasanya Riri ngomel dulu karena kamu gak dateng-dateng," kekeh Eza keheranan.

Gala nyengir. "Iya Om, sekarang biar Riri gak ngomel lagi."

"Ya udah masuk aja. Om mau berangkat."

"Om juga tumben, berangkat ke kantor sepagi ini?"

Eza tertawa pelan. "Iya, soalnya Om mau ke luar kota. Tapi ke kantor dulu."

Gala mengangguk paham. "Hati-hati ya, Om. Semoga pekerjaan dan perjalanan Om lancar."

"Makasih ya calon mantu."

Gala hanya terkekeh mendengarnya. Ia dan Eza memang sudah cukup akrab. Meksipun mereka jarang mengobrol berdua secara intens karena Eza selalu sibuk bekerja, namun hal itu tak membuat Gala kehilangan cara untuk tetap mendapatkan hati dan restu Eza.

Setelah keberangkatan Eza, Gala lebih memilih duduk di kursi yang ada di teras rumah Riri. Bukannya apa, Gala hanya tidak mau masuk ke dalam rumah dan bertemu dengan Dewa. Apalagi dengan kucing Dewa yang bernama Kolor Ijo itu. Karena hal tersebut hanya akan membuat mood Gala rusak di hari yang sepagi ini.

"Cil!" Panggil Gala saat Riri keluar dengan menenteng sepatu dan kaos kaki yang belom ia kenakan.

Riri menoleh terkejut. "Ih! Kok Gala di sini sih! Padahal Riri mau berangkat duluan sebelum Gala jemput!"

"Telat! Gue udah hafal sama kelakuan lo pas ngambek! Makanya gue udah di sini sepagi ini!"

Riri memasang wajah cemberut. Entah kenapa, mau semarah apapun ia dengan Gala, ujung-ujungnya Riri pasti akan luluh dan tidak tega mendiamkan Gala terlalu lama.

"Gala minggir deh! Riri mau duduk! Mau make sepatu!" Usir Riri.

Bukannya menuruti perintah dari Riri, Gala justru mengangkat satu kakinya lalu mengeluarkan ponsel dari saku celana abu-abunya.

"Gala ih!" Riri menghentakkan kakinya kesal.

"Ck! Itu kan masih ada kursi sebelah gue!"

"Kan Riri maunya di kursi ini! Bukan kursi itu!" Kekeuh Riri tak mau mengalah.

"Ribet amat!" Gala terpaksa berdiri lalu kembali mendudukkan dirinya di kursi lain.

Cowok itu tersenyum gemas saat melihat layar ponselnya yang berhasil merekam Riri saat sedang mengomeli dirinya barusan.

"Cu banget," ucapnya lirih. "Gemes banget gue! Hih!"

Menoleh ke samping, Gala berdecak saat melihat Riri tidak selesai-selesai melakukan kegiatannya. Padahal hanya memasang kaos kaki dan sepatu, tapi entah kenapa pergerakan gadis itu lemot sekali. Membuat Gala jadi gemas sendiri.

"Sini-sini! Dasar bocil make kaos kaki aja susah!" Toyor Gala lalu berjongkok di hadapan Riri.

Dengan telaten dan cekatan Gala memasangkan kaos kaki di kaki Riri. Sementara Riri, ia hanya diam. Gadis itu sudah terbiasa dengan hal ini. Gala memang sudah sangat sering membantunya memasang kaos kaki dan sepatu seperti sekarang.

"Kecil banget sih kaki lo!" Ucap Gala gemas. "Pengen gue makan! Rawrrrr!"

"Ih kaki Riri jangan digigit!" Panik Riri. Cowoknya ini memang terdeteksi menjadi kanibal karena sering menggigit-gigit anggota tubuh Riri. Mulai dari menggigit pipi, menggigit jari tangan dan sekarang menggigit kaki.

"Gemes banget gue, jari lo kecil-kecil," kekeh Gala kemudian memasang dan mengikat tali sepatu Riri.

"Dah beres!" Ucap Gala berdiri lalu diikuti oleh Riri yang kini juga berdiri di hadapan Gala.

Gala menepuk-nepuk puncak kepala Riri pelan. "Bocil gue udah gak ngambek, hm?"

Riri memanyunkan bibirnya mendengar pertanyaan Gala. Bagaimana ia bisa ngambek lama kalau sikap Gala saja semanis ini.

"Riri udah maafin Gala, tapi Riri bete sama Gala. Lain kali Gala gak boleh ngomong gitu." Riri menunduk sambil menghela napas pelan. "Riri tau kok, Riri emang cewek bego yang cuma bisa nyusahin Gala. Tapi Gala jangan ngomong gitu di depan Riri."

"Maaf..." ucap Gala memeluk Riri dari samping. Meletakkan kepalanya di ceruk leher Riri. "Kan gue lagi emosi, Cil. Maaf ya? Jangan marah ke gue. Jangan diemin gue."

Riri mengangguk. "Riri udah maafin Gala. Tapi lain kali mending Gala ngomong gitu di belakang Riri aja. Biar Riri gak....sakit hati dengernya."

Gala semakin merasa bersalah mendengar nada bicara Riri yang begitu pelan. Sepertinya ucapan Gala kemarin memang benar-benar membuat Riri sakit hati.

"Aaaa maafin gue, Ri!" Rengek Gala saat Riri mencoba melepaskan diri dari pelukan Gala. "Gue sayang banget sama lo! Sumpah demi apapun gue gak ada niat buat bikin lo sedih atau sakit hati! Gue bener bener keceplosan."

Riri tersenyum tipis. "Kalo keceplosan, berarti itu bener-bener dari hati Gala." Riri menatap Gala yang kini sedang menatapnya dengan puppy eyes. "Gala capek ya Riri repotin terus?"

Gala menggeleng cepat. Cowok itu melepaskan pelukannya dengan wajah sedih dan merasa bersalah. Bahkan matanya sedikit berkaca-kaca karena takut Riri tidak mempercayai penjelasannya. "Enggak! Gue seneng lo repotin! Please, Ri, jangan bahas lagi. Gue minta maaf, banyak banyak banyak sama lo!"

"Maafin, gue..." Gala kembali memeluk Riri. Kali ini cowok itu tidak bisa menahan air matanya yang tiba-tiba mendesak ingin keluar. "Maaf, Ri. Maaf...."

"Jangan marahin gue! Jangan tinggalin gue!"

Riri menahan senyumnya. Gala memang sangat menggemaskan kalau sudah bersikap manja seperti anak kecil begini. Merengek tanpa henti hanya untuk mendapatkan maaf dari Riri.

"Riiii.....!!!!" Rengek Gala lagi karena Riri tidak memberi respon apapun selain usapan lembut di kepalanya.

"Iyaa, kan Riri udah bilang dari tadi kalo Riri udah maafin Gala," jawab Riri pada akhirnya.

"Tapi lo diem doang. Lo ngungkit-ngungkit terus. Kan gue jadi sedih!" Protes Gala sembari mengusap lelehan air mata di pipinya dengan gerakan kasar.

Riri tertawa kecil. Gadis itu menatap Gala sambil tersenyum lebar. Tangan mungilnya bergerak untuk mengusap air mata di pipi Gala yang masih tersisa. "Iya, iya, Riri gak ngungkit masalah itu lagi. Gala jangan nangis."

"Gara-gara lo!" Semprot Gala galak. Cowok itu mengangkat bahunya untuk mengelap pipinya sampai bersih dari sisa air mata. Bisa panjang urusannya kalau sampai kepergok orang lain, kalau dirinya baru saja menangis hanya demi mendapatkan maaf dari Riri.

"Ayo berangkat!" Ajak Riri semangat. Semangat karena kini, ia dan Gala sudah baikan lagi. Dan Riri merasa lega, karena Gala sudah meminta maaf dengan tulus.

Riri mengernyitkan dahi heran saat Gala tak kunjung menyahuti ajakannya. "Ih ayo!" Ulang Riri menarik tangan Gala sedikit memaksa.

Gala menggeleng lucu. Membuat Riri bingung.

"Kenapa?"

"Peluk duluuuu...." Pinta Gala dengan suara yang dibuat-buat agar Riri mau melakukannya. Tidak lupa kedua tangannya juga sudah ia rentangkan.

Riri menghela napas. Tanpa pikir panjang gadis itu mendekatkan dirinya untuk memeluk Gala. Dari pada menolak dan ujungnya mereka akan kembali bertengkar, lebih baik Riri turuti saja permintaan Gala kali ini.

"Pilik diliiii...."

Suara itu berhasil membuat Gala dan Riri menoleh secara bersamaan. Alhasil Riri tidak jadi memeluk Gala.

Gala berdecak kasar saat tahu siapa yang menggagalkan aksi modusnya. Siapa lagi kalau bukan calon kakak iparnya yang menyebalkan itu. Dewa.

"Pilik diliii...halah modus lo!" Sindir Dewa. "Buaya kampret!"

"Ck! Lo ngapain sih! Ganggu aja!" Balas Gala tidak kalah sengit.

Dewa melotot tidak terima. "Ya lo ngapain pake minta peluk-peluk adek gue?! Modus banget! Suaranya pake dimanja-manjain, dih najis!"

Gala merangkul Riri yang hanya diam di sampingnya. "Serah gue lah, Riri cewek gue! Tunangan gue! Iri bilang jomblo!"

Dewa mendengus. "Berisik setan!"

"Udah ih! Bang Dewa! Gala! Jangan berantem mulu!" Lerai Riri. "Riri pusing tau gak?!"

Gala memutuskan tatapan tajamnya dari Dewa. Beralih menatap Riri lembut. "Kita berangkat aja sayang, Abang lo ini emang syirik! Soalnya gak laku-laku!" Ajak Gala menarik tangan Riri. Untungnya Riri menurut karena gadis itu tidak mau melihat pertengkaran Gala dan Dewa semakin membesar. Jadi, lebih ia dan Gala harus pergi secepat mungkin.

"Apa lo liat-liat?! Kucing burik!" Semprot Gala pada kucing milik Dewa yang menatapnya sambil berkedip-kedip. Tampak lucu sebenarnya, hanya saja karena Gala sudah terlanjur dendam dengan Kolor Ijo, jadi kucing itu terlihat menyebalkan di mata Gala.

"Gala ih! Jangan marahin Kolor Ijo!"

"Dia ngeselin, kemarin muka gue dicakar! Nih bekasnya!"

"Riri udah tau! Kemarin Riri ngintip dari jendela kamar waktu Gala berantem sama Kolor Ijo."

"Lo gak kasian apa sama bekas cakaran di pipi gue? Sakit tau Sri."

Riri mendengus. Tangannya naik untuk mengusap bekas cakaran Kolor Ijo di pipi Gala. "Riri usap-usap."

"Ck! Usap-usap doang?" Protes Gala membuat Riri tidak mengerti apa kemauan Gala yang sebenarnya.

"Terus mau Riri apain?"

"Ciuummm..."

"Woi gue denger!" Teriak Dewa dari belakang. "Adek gue jangan lo modusin mulu!"

Gala menoleh ke belakang sambil menjulurkan lidahnya untuk mengejek Dewa.

"Tercium tidak laku!" Teriak Gala.

Dewa menurunkan kepalan tangannya saat Danis keluar dan mencoba menenangkan Dewa. Dewa dan Gala itu memang seperti kucing dan tikus, tidak pernah bisa akur. Bahkan masalah-masalah sepele saja, bisa menjadi besar jika dihadapkan pada mereka berdua.

"Udah, Wa, yang gila ngalah."

"Hm, untung gue-" Dewa menatap Danis yang sudah berjalan ke arah motornya dengan mata melotot. "Maksud lo gue gila, hah?!" Tanya Dewa tidak terima.

Danis mengendikan bahu cuek. "Gak gila, cuma agak setres."

*****

"Gal! Gal!" Teriak Ilham histeris.

Gala yang baru saja kembali ke kelas setelah mengajak Riri ke kantin, menoleh malas. "Paan?"

"Itu, Gal! Em-"

"Apa? Am-em-am-em, mau beranak lo?!"

"Ck! Itu di WBS ada Virgo!"

Gala mengerutkan dahi. "Virgo? Virgo siapa?" Bingung Gala.

"Virgo! Abangnya Leo!"

Gala semakin tidak paham. "Virgo! Leo! Apaan sih?! Lo mau ngeramal zodiak?!"

Ilham mengusap wajahnya kasar mendengar jawaban Gala yang tidak serius. "Lo inget kita pernah gebukin cowok yang udah lecehin adek pantinya Dio, Amora?"

Gala terdiam sejenak kemudian mengangguk. "Iya, gue inget."

"Itu namanya Leo. Dan sekarang Abangnya Leo, si Virgo dateng ke WBS buat nyerang kita!"

Gala menatap Ilham kaget. "Lah? Gak waras tuh Abangnya? Adeknya salah, udah paling bener dipenjara, kok malah ngamok."

"Gue juga gak tau. Mending sekarang lo ikut gue ke WBS."

Gala dan Ilham berjalan cepat menuju ke gerbang belakang, di sana, mereka bisa memanjat pagar untuk sampai di WBS-warung belakang sekolah.

"Emang Virgo dateng-dateng, langsung ngajak berantem, Ham?" Tanya Gala. "Gak basa-basi dulu gitu?"

"Tadi masih dinego sama Alan. Makanya gue langsung gercep manggil lo. Takut Virgo beneran ngajak anak Drax berantem."

Gala mendengus pelan. "Berantem bisa dinego, lo pikir beli kolor di pasar apa?" Decak Gala. "Aduh, ngomongin kolor, gue jadi kangen Riri," tambahnya terkekeh.

"Bucin!"

*****

"Adek lo salah. Kalo adek lo gak salah, gue dan temen-temen gue gak bakal gebukin adek lo dan bawa dia ke kantor polisi."

Cowok yang berdiri di hadapan Alan itu tertawa mengejek. "Sok bener lo bangsat! Harusnya lo dan temen-temen lo itu gak usah ikut campur urusan adek gue!"

Dio maju mendekati Virgo. Dio mendorong kasar dada Virgo. "Adek lo yang keterlaluan!" Teriak Dio marah. "Dia udah lecehin adek gue!"

Bukannya sadar, Virgo justru semakin menjadi. "Adek gue lecehin adek lo?" Tanya Virgo tidak percaya. "Em, atau adek lo yang mancing-mancing adek gue? Inget, bro, kalo ceweknya gak kegatelan, cowok gak bakal berbuat hal kaya gitu."

Bugh

Bugh

"Bangsat! Adek gue gak serendah itu!" Bentak Dio setelah memberi Virgo dua bogeman mentah di rahang kiri dan rahang kanan. Hingga membuat Virgo terhuyung ke belakang.

"Yo!" Dengan cepat Alan dan Akbar menarik Dio mundur sebelum Virgo membalas bogeman Dio.

"Tenang dulu, Yo. Jangan siram api pake api," kata Alan menasehati. "Jangan gegabah. Gue yakin dia kesini gak sendirian. Dia pasti bawa temen-temennya juga. Cuma sekarang mereka ngawasin kita dari jauh," bisik Alan.

Dio memejamkan mata sejenak. Berusaha menetralkan deru napasnya yang tidak beraturan. Kakak mana yang tidak terpancing emosi ketika mendengar adiknya direndahkan oleh orang lain. Meski Amora bukanlah adik kandung Dio, hanya sekedar adik di panti asuhan, namun tetap saja Dio merasa tidak terima. Dio sudah menganggap Amora seperti adik kandungnya sendiri.

"Sorry, Lan. Tadi gue kepancing emosi," ucap Dio merasa tidak enak dengan Alan.

Alan mengangguk paham. Baru saja Alan hendak membuka mulut untuk meminta Virgo pulang saja daripada urusannya semakin bertambah rumit, namun Gala dan Ilham tiba-tiba datang. Membuat fokus mereka semua beralih pada dua cowok itu.

"Siapa lo?" Tanya Gala pada Virgo.

Virgo terkekeh pelan sembari memegangi rahangnya yang sedikit membiru karena bogeman dari Dio. "Oh ini leader Drax? Yang bucin itu?" Ucapnya dengan nada mengejek.

"Bisa-bisanya cowok kaya lo jadi leader geng motor," tambah Virgo. "Leader nya aja kaya gini, pantes anak buahnya kaya mereka." Virgo mengalihkan pandangannya pada Alan, Akbar, Dio dan anak Drax lain yang kini ada di WBS.

Beberapa anak Drax ada yang akan maju menyerang Virgo karena merasa tidak terima mendengar ucapan Virgo yang kurang ajar. Namun dengan cepat, Alan memberikan kode agar mereka tetap diam di tempat.

"Maksud lo apa?" Tanya Gala menyorot Virgo tajam. Gala sudah maju sembari mencengkram kerah jaket yang Virgo kenakan. "Kalo lo ke sini cuma buat bacot! Mending lo balik sebelum gue buat lo babak belur!"

Virgo sama sekali tidak takut mendengar ancaman Gala. Cowok itu justru merasa tertantang. "Seyakin itu lo bisa buat gue babak belur? Mainnya keroyokan," ejek Virgo tertawa remeh.

"Gal! Jangan, Gal!" Cegah Alan saat Gala hendak membogem Virgo yang saat ini masih tertawa.

Gala melepaskan cengkeramannya dengan gerakan kasar. Untung saja, siang ini Gala memang sedang malas untuk melakukan baku hantam. Kalau tidak, mungkin Virgo sudah ia habisi sejak tadi dan ucapan Alan barusan tidak akan Gala dengarkan.

"Jadi maksud lo ke sini buat apa?!" Tanya Gala kembali menanyakan maksud dan tujuan Virgo.

Virgo menghela napas. "Gue cuma mau kalian semua tanggung jawab. Lo lo pada yang udah ngeroyok adek gue dan masukin adek gue ke penjara! Padahal Leo gak salah sepenuhnya! Tuh cewek aja yang kegatelan!"

"Itu salah adek lo sendiri," sahut Ilham. "Emang dasarnya adek lo yang brengsek! Jadi lo gak usah cari pembelaan dengan cara ngatain adek nya Dio kegatelan!"

"Gue gak mau tau, dalam waktu satu bulan kalian gak buat adek gue keluar dari penjara. Gue bakal bantai lo semua!" Ancam Virgo kemudian pergi meninggalkan WBS menggunakan motornya.

Gala menyugar rambutnya ke belakang. Bukan, Gala bukan takut pada Virgo. Gala hanya takut, jika Virgo akan melibatkan Riri pada masalah ini. Seperti yang sudah-sudah, semua musuhnya pasti akan memanfaatkan Riri untuk melemahkan Gala.

"Sorry, gara-gara bantuin Amora, kalian semua jadi kena," kata Dio merasa tidak enak.

Ilham menepuk-nepuk pundak Dio. "Tenang aja, Yo. Lo bagian dari Drax, artinya lo juga bagian dari kita semua. Keluarga kita semua. Jadi udah semestinya kita bantuin lo dan adek lo. Masalah lo masalah kita juga."

"Soal ancaman Virgo tadi, kita bisa cari jalan keluarnya sama-sama. Lagi pula mau se ngeyel apapun, Virgo buat ngeluarin Leo dari penjara, Leo gak akan bisa keluar sebelum masa hukumannya selesai," ujar Gala.

Alan mengangguk lalu menambahkan. "Tapi kita tetep harus hati-hati. Gue yakin tadi Virgo gak ke sini sendirian. Dia pasti juga punya antek-antek. Gak mungkin segede itu nyali dia kalo gak punya antek-antek."

"Gu-" Ucapan Gala terpotong kala mendengar teriakan dari luar WBS.

"GALAAAA TADI BAKSONYA BELOM DIBAYAR! RIRI DITAGIH KE KELAS SAMA IBU KANTIN IH!" Teriak Riri menggelegar dengan kedua tangan berkacak pinggang. Gadis itu tidak datang sendiri. Melainkan bersama dua temannya, Nenda dan Choline.

Gala mengusap wajahnya kasar. Rasa malu dan kesal bercampur menjadi satu. Malu karena anak Drax kini menertawainya diam-diam dan kesal karena Riri tiba-tiba muncul begitu saja.

"Ck! Tuh bocil lama-lama gue iket di pohon! Malu-maluin gue aja."

Ilham dan Akbar tertawa terpingkal-pingkal. "Anjir, sana-sana, Gal, urusin anak lo dulu."

"Hahahahaha malu-maluin anjrit, masa ketua geng ngutang di kantin!" Tawa Akbar yang langsung mendapat toyoran dari Gala.

"Gue lupa bayar bego!"

"Awas aja lo Sri!" Geram Gala dalam hati. Lalu berjalan menghampiri Riri.

*****

"Gala jangan marah-marah, nanti Gala berubah jadi kucing garong."

Riri mencebikkan bibir bawahnya. Sejak di sekolah sampai kini mereka ada di apartemen Gala, Gala benar-benar mendiamkan Riri. Gala malu dengan kejadian di WBS tadi. Benar-benar malu.

"Galaaa!!!" Riri menggoyang-goyangkan lengan Gala kesal. "Gala jangan diem doang!"

"Lo ngeselin!" Semprot Gala. "Pake acara dateng ke WBS. Teriak-teriak. Bikin gue malu aja."

Riri menekuk wajahnya. "Kan Riri cuma ngasih tau Gala. Riri gak ada uang buat bayar ibu kantin."

"Kenapa gak minjem ke Nenda atau Choline dulu? Kan nanti bisa gue ganti?"

Riri menatap Gala dengan kedua mata mengerjap. "Gala pernah bilang kalo ada apa-apa langsung hubungi Gala. Tadi Riri telfon tapi Gala gak angkat. Riri chat juga gak Gala bales."

Gala berdecak kasar sembari menyenderkan kepalanya di sofa. "Ya iyalah, gue masih adu bacot tadi."

"Gala tadi berantem?"

"Belom, adu bacot doang," jawabnya jujur.

"Kalo belom, berarti nanti-nanti bakal berantem dong?" Tanya Riri sedih. "Kan Riri udah bilang, Gala gak boleh berantem-berantem lagi. Nanti kalo Gala kalah berantem terus mati, Riri jadi janda dong?"

Gala melirik Riri kesal. "Paan sih, ngawur banget omongan lo!"

"Riri cuma gak mau jadi janda. Nanti doa-doa para sopir truk terkabul."

Gala menegakkan tubuhnya sembari menatap Riri bingung. "Doa sopir truk? Lo ngomong apa sih? Ngelantur kemana-mana."

"Ih! Itu di belakang truk kan biasanya ada tulisan 'ku tunggu jandamu'. Tiap Riri liat truk lewat pasti ada tulisannya kaya gitu."

Riri menghela napas panjang. "Itu kan doa sopir truk yang nunggu jandanya cewek-cewek, termasuk Riri. Iya kan?"

Gala memegang dahi Riri. "Oh pantes, bentar gue buatin lo susu dulu biar setres lo ilang," ucap Gala. Cowok itu bergegas menuju dapur untuk membuatkan Riri susu. Daripada terus menerus meladeni ucapan Riri, itu hanya akan membuatnya semakin emosi. Lebih parahnya, ia bisa ketularan menjadi setres seperti Riri.

"Riri mau gambar ah sambil nungguin Gala buat susu," ujar Riri mengeluarkan buku gambar dan alat tulis dari dalam tas nya.

Tidak membutuhkan waktu lama, gadis itu sudah menyelesaikan gambarnya.

"Bagus banget gambaran yang Riri buat, Riri bener-bener berbakat menggambar," angguk Riri memuji dirinya sendiri.

Riri mengetuk-ketukkan pulpennya di dagu. Beberapa detik kemudian gadis itu tersenyum lebar saat ide bagus muncul di benaknya. "Aha! Riri punya ide!"

Riri bangkit dari duduknya. Ia berjalan menuju kamar Gala dengan gambaran yang sudah ia buat tadi.

"Wah, ada bingkai foto kosong." Riri mengambil bingkai foto kosong yang kebetulan tergeletak di sofa kamar Gala. Dengan cepat, Riri memasukkan gambar yang ia buat ke dalam bingkai foto tersebut lalu memasangnya di dinding dekat meja belajar tempat ia dan Gala biasa belajar bersama.

"Wih keren!" Ujar Riri kagum.

Ceklek

Riri menoleh semangat saat mengetahui Gala masuk ke dalam kamar.

"Gala liat deh! Gambaran Riri bagus banget! Nanti kalo kita belajar pasti tambah semangat, soalnya berasa diliatin sama Spongebob!"

Gala berjalan mendekati Riri. Cowok itu langsung menepuk jidatnya saat melihat gambar seperti apa yang Riri bangga-banggakan.

"Gue gila lama-lama, Ri! Ya Tuhan!"

Gala mendengus. "Mana wajah gue di situ keliatan tertekan banget."

Riri tertawa geli. "Ih! Di gambar itu Gala ganteng banget tau! Kita udah kaya keluarga bahagia!"

"Bahagia-bahagia! Noh liat Spongebob juga tertekan, masa pake sarung?!"

"Itu bukan sarung ih! Itu kan celana Spongebob, cuma Riri kasih motif. Biar lebih estetik."

Gala menggeleng lelah. "Udah, udah, terserah lo, capek gue."

Riri nyengir menunjukkan deretan gigi putihnya di hadapan Gala. "Kalo Gala capek istirahat aja, biar Riri minum susu dulu hehehe..."

"Oh iya, menurut Gala, Riri berbakat menggambar kan? Kalo iya, nanti Riri gak jadi kuliah kedokteran, Riri mau ambil jurusan seni aja."

Gala menatap Riri lelah. Lalu menganggukkan kepala pelan. Membuat Riri memekik girang.

"Yeay Riri berbakat gambar!" Girang Riri melompat-lompat bahagia. Namun senyumnya itu pudar saat mendengar ucapan Gala selanjutnya.

"Lo berbakat, tapi bakat lo adalah bakat yang bener-bener harus dipendam."

*****

Gimana chapter ini??😤

Adegan apa yang kalian pengen ada di cerita ini? (Jangan aneh-aneh bestie ini cerita remaja yaaaa bukan cerita +++)

Lanjut gak nih?

Pesan buat Gala?

Pesan buat Riri?

Atau buat siapa aja, buat author juga boleh :

Mau up kapan? Spam disini!!! Semakin banyak yg komen dan vote semakin cpt juga up nya.

Spam komen pake emoji ❤ :

Jangan lupa follow instagram :

@tamarabiliskii
@drax_offc
@draxfanbase
@draxfanbase2

@galaarsenio
@serinakalila
@alan.aileen
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan
@rayhandewaa
@danisardhan
@nenda.makaila
@cholineangelica_

See yoouu 🤎🤎


Gala Riri

Riri

Gala kalo natap Riri


Kalo di depan orang-orang

Bonus ilham

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

6.6K 592 8
Arkana Dananvir Atmagra, laki-laki yang berusia 20 tahun. Kesibukannya kini kuliah serta bekerja di perusahaan orangtuanya. Suatu hari dia tidak seng...
5.9M 309K 58
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
748K 2.5K 13
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
12.6K 194 19
FIRST STORY Jangan lupa vote! Gimana perasaan kalian saat orang tua kalian menjodohkan dengan orang yang sama sekali kamu belum ketahui sebelumnya? ...