About Everything [END]

By fairytls

976K 120K 116K

[PRIVAT, FOLLOW UNTUK BACA LENGKAP] Laluka Lotusia gadis yang menjadi korban bullying di sekolahnya, dia tida... More

P R O L O G U E
1. Angkasa High School
2. Slytherin
3. Pearl Family
4. Fried Rice
5. Unexpected
6. Eating Together
7. Careless
8. School
9. Damn! Meet Again
10. Beginning of Trouble
11. Allergy?
12. Wagering
14. She's a Antagonist
15. Thank You, Bad Boy
16. Scholarship Revoked
17. Cooking For Bad boy
18. Bullying
19. Offering Help
20. Nothing is Free, Little Girl
21. Unclear Gang
22. Bullying Again
23. Deal With The Bad Guy
24. Mrs Mahendra
25. Turn On
26. Axel's Arrival
27. New Student
28. The Jealous
29. First Kiss
30. Love Triangle
31. Blue Sea
32. Problem Is Coming
33. Disappointed
34. Father Or Son
35. Company Party
36. Company Party II
37. Rumors
38. Angkasa's Past
39. Live In Hostel
40. Boyfriends?
41. Kill Yourself Or Be Killed
42. Between Life Or Death
43. They Confess To Luka
44. She's Alleana Maracle Pearl
45. Mortal Enemy
46. Open Eyes
47. Luka Parents
48. Choose Who?
49. Select All
50. Is It Love?
51. Exam
52. Elang's Secret
53. Foot Candy
54. Last Day Of Exam
55. Take Report
56. School Holidays
57. First Date With Axel
58. Second Date With Angkasa
59. Third Date With Orion
E P I L O G U E

13. Racing

16.8K 2K 455
By fairytls

Axel dan Inti Gryffindor sudah menunggu di arena balapan, mereka datang lebih awal lima menit sebelum Orion dan inti Slytherin datang. Berita balapan mereka tersebar oleh salah satu anggota Gryffindor sehingga banyak anak dari SMA CAKRAWALA maupun SMA ANGKASA berkumpul pada trimbun untuk menonton balapan antara kedua geng terkenal itu.

Suara riuh membuat ramai arena malam ini. Ada yang membawa pom-pom, membawa terompet, bahkan makanan. Ramai sekali.

Gryffindor... Gryffindor...

Slytherin... Slytherin...

Di sisi kiri anak Cakrawala berseru menyemangati Axel sementara di sisi kanan anak Angkasa juga melakukan hal yang sama.

Beberapa dari mereka memegang kamera untuk memotret. Axel dan Orion mengambil posisi start, memakai helm masing-masing lalu saling melihat satu sama lain sebelum menatap lurus ke depan. Perempuan dengan celana hitam licin di atas lutut serta baju mini yang memperlihatkan perut mulusnya berjalan ke tengah untuk memberikan aba-aba.

1

2

Wush

Tepat kain putih dijatuhkan perempuan itu Orion dan Axel menggas motornya membuat angin menerbangkan rambut perempuan yang memberikan aba-aba barusan. Suara tepuk tangan, terompet, serta teriakan mengiringi balapan pada malam hari ini.

Brum

Kecepatan tinggi itulah yang Axel lakukan, Orion berjarak satu meter di depannya. Axel ingin menyalip dari sisi kanan namun Orion segera menghalanginya, bergitu pun saat ia ke sisi kiri Orion dengan cekatan menghalanginya. Saat ini Orion memimpin. Sepuluh menit berlalu masih Orion yang memimpin. Ditemani bulan yang bersinar terang Orion yakin ia akan menang.

Brum

Akhirnya Axel berhasil mendahului Orion, ia tersenyum miring dibalik helm full face-nya. Salip menyalip kembali terjadi. "Gue pasti menang," gumam Axel percaya diri. Ketika Orion hampir berhasil menyalip, Axel dengan sengaja menghantam motornya ke arah Orion membuat Orion oleng dan memelankan sedikit lajunya. Punggung Axel hampir tak terlihat membuat Orion kembali menggas motornya dengan kecepatan penuh.

Suara riuh kembali terdengar ketika Axel dan Orion sudah terlihat di ujung jalan, mereka bersebelahan tidak ada yang memimpin, sengit sekali. Karena Orion sudah mengetahui cara licik yang dilakukan Axel, maka ketika Axel hendak menghantam motornya lagi, Orion seketika mengerem membuat Axel menghantam angin dan akhinya jatuh keluar arena, Axel berguling ke jalanan sementara motornya menggesek aspal membuat suara decitan khas serta keluar percikan api.

Orion tak memperdulikan keadaan Axel ia dengan cepat melaju karena garis finish sudah di depan mata.

Orion memenangkan balapan suara riuh dari trimbun sebelah kanan menyambut kemenangannya. Beberapa Flash kamera menangkap moment kemenangan Orion untuk dimasukan ke berita harian sekolah.

"Wow wow pak Bos, selamat." Arkan memeluk Orion sambil berseru senang serta menepuk-nepuk bahu Orion.

"Harus party sih ini," usul Fino.

"Yoii," sahut Fano.

"Selamat bro," ucap Elang.

"Thanks," balas Orion singkat sambil tersenyum.

Sementara Axel dibantu oleh dua orang anggota inti Gryffindor untuk berdiri, ia mengalami luka dikaki serta tangan. "Pelan-pelan sakit bego!" ketus Axel.

"Maaf Bos," ujar anggota Gryffindor yang sedang memegangi tubuh Axel.

"Makanya jangan belagu, mamam tuh aspal," ejek Fano membuat tawa Arkan dan Fino pecah.

"Urusan kita belum selesai!" ucap Axel sebelum dibawa pergi oleh anak buahnya.

***

Axel dibawa ke rumah sakit oleh Damian. "Gimana dok?" tanya Damian kepada dokter yang sedang memeriksa Axel.

"Cedera ringan, besok sore sudah boleh pulang," ucap dokter.

"Kalau begitu saya permisi, makanan dan obat akan segera datang." Dokter itu pergi dari ruangan Axel.

"Kenapa lo nggak mati aja Bos," celetuk Damian asal.

"Sialan lo!" ketus Axel menatap tajam Damian yang tengah duduk di sofa.

"Lagian lo pakai nantangin Orion, lo tau sendiri Orion jago balapan. Jelas lo kalah lah." Damian menjeda ucapannya sejenak. "Kalau lo mau cewe itu kita bisa dapetin dengan cara lain. Menculik misalnya."

"Culik palak lo peyang," balas Axel menatap tajam Damian.

"Terus kenapa lo keliatan mau sama tuh cewe?"

"Nggak tau, saat kita jegat dia di jalan waktu itu ... gue merasa gue tertarik sama dia," ucap Axel.

"Matanya cantik, mirip Mama," lanjut Axel, matanya menerawang langit-langit ruangannya.

"Ya udah gue mau balik, besok lo nggak usah sekolah gue izinin sama guru. Sorenya gue jemput." Axel bersiap-siap sambil mengenakan kembali jaket Gryffindor kebanggaannya.

"Bos kalau bisa jangan banyak-banyak nyusahin gue. Lo udah yatim nyusahin lagi," lanjut Damian.

"Kurang ajar lo!" Axel melempar pisang yang kebetulan ada di atas nakas ke arah Damian namun Damian dengan cekatan menangkap pisang tersebut.

"Makasih pisangnya, gue balik." Damian nyengir lebar lalu keluar dari ruangan Axel.

Sementara Axel dengan wajah kesalnya mengutuk Damian dalam hati. Adakah anak buah menistakan Bosnya sendiri seperti Damian? Memang kurang ajar anak buahnya yang satu itu. Tapi setelah dipikir lagi Damian benar, Axel banyak menyusahkannya. Axel tinggal dirumah Damian mereka sudah seperti saudara. Orang tua Damian juga sangat baik, kedua orang tua Damian jarang berada dirumah, mereka bisnis man and woman. Papa Damian pembisnis yang bisa dibilang sukses sedangkan Mamanya menjadi sekretaris Papanya. Mereka sering keluar kota bahkan negeri untuk urusan bisnis. Namun bukan berarti Axel tidak punya rumah, ia punya rumah besar dan mewah hanya saja ia tidak mau tinggal sendiri di rumah itu.

Tangan Axel terulur untuk mengambil Apel di atas nakas lalu menggigitnya, ia belum makan dari tadi siang. 10 menit berlalu sangat sepi diruangan ia tempati. Perawat masuk membawa makanan serta obat untuk Axel, ia menyapa Axel meletakan makanan dan obat ke atas nakas lalu keluar.

***

Sehabis pulang bekerja Luka merasa tiba-tiba perutnya sakit, bukan karena dia mau buang air besar. Sakitnya berbeda.

"Pak berhenti," ucap Luka kepada supir taksi.

Luka membayar lalu melangkah masuk ke rumah sakit. Ia berjalan dilorong rumah sakit yang masih ramai dengan aktivitas manusia yang sedang bekerja. Saat melewati satu pintu kamar pasien ia melihat seorang laki-laki dari kaca pintu ruangannya. Terlihat laki-laki itu kesusahan menggapai makanan di atas nakas.

Anggap saja Luka lancang masuk keruangan orang tanpa izin, ia melangkah cepat mendekati laki-laki itu. "Sini aku bantu," ucap Luka mencegah tangan laki-laki itu agar tidak menjatuhkan makanannya.

Axel terpaku melihat gadis yang ada di depannya saat ini. Luka melepaskan genggaman tangannya dan beralih melihat ke arah Axel. "Kamu." Kaget Luka dengan mata sedikit membola.

Luka memalingkan wajahnya karena takut. Masih terekam jelas dalam kepala Luka bagaimana bringasnya Axel saat berkelahi dengan Orion dan Axel juga yang mencegatnya di jalan.

"Kenapa?" tanya Axel.

Luka perlahan mundur, hendak menjauh dari Axel. "Maaf." Ia hendak berbalik keluar dari rungan Axel.

"Tunggu, gue laper. Lo nggak mau bantuin gue." Axel berucap membuat tangan Luka yang hampir berhasil meraih knop pintu sontak terhenti.

"Tangan gue cedera," lanjut Axel dengan suara memelas.

Luka berbalik, ia melihat wajah Axel yang cemberut dengan lebam dipipinya. Orang yang pernah berkelahi dengan Orion begitu buas bisa membuat ekspresi wajah seperti itu? Itu cukup menggemaskan dimata Luka.

Perlahan Luka mendekat kembali, ia duduk dikursi dan mengambil makanan Axel dari atas nakas. "Ini." Luka menyerahkan makanan itu ke depan Axel.

"Nggak bisa tangan gue cedera," ucap Axel menatap Luka. Ia sebenarnya masih bisa makan sendiri, cederanya hanya alasan agar Luka mau menyuapinya.

"Terus?"

"Suapin," lanjut Axel.

Karena kasihan akhirnya Luka setuju menyuapi Axel. Padahal kenal saja tidak bahkan namanya saja Luka tidak tahu. Axel menguyah dengan semangat, rasa makanan rumah sakit ini sedikit buruk namun karena Luka yang menyuapinya terasa lebih enak.

Selesai makan Luka membantu Axel meminum obatnya. "Nama gue Axel, lo?" tanya Axel.

"Luka," balas Luka singkat, matanya fokus menatap mangkuk makanan Axel yang ia pegang.

Kruk kruk

Luka memejamkan mata, kenapa setiap bersama laki-laki perutnya harus berbunyi? Murahan sekali perutnya. Axel terkekeh pelan mendengar perut Luka yang berbunyi.

Axel mengambil ponsel disisi kasurnya dan segera memesan makanan. "A-aku pulang dulu," ucap Luka meletakkan kembali mangkuk makanan Axel yang hampir habis ke atas nakas.

"Nanti dulu, tunggu lima menit." Axel mencegah Luka pulang.

Tak lama makanan diantar oleh satpam rumah sakit. "Ini, Dek. Tadi ada ojol yang nganterin ini di depan." Luka menerima plastik dari pak satpam.

"Lo harus makan," titah Axel menatap Luka yang hanya duduk diam.

Luka membuka plastis yang ia pegang isinya ada dua kotak makanan serta dua soda, ia mengambil satu dan sisanya ia simpan di atas nakas. Isi kotaknya ada ayam beserta saus lengkap dengan nasi.

"Gue pesan dua, buat lo semuanya. Dihabisin! Gue nggak suka sama orang yang nggak ngehargain makanan," ucap Axel.

"Satu aja, satunya buat kamu nanti," balas Luka.

"Gue udah kenyang," balas Axel.

Luka mengangkat bahu tak acuh, ia beralih ke arah sofa, duduk dan makan di sana, tak peduli jika Axel menatapnya intens. Axel tersenyum melihat Luka makan dengan lahap. Karena keasikkan makan Luka jadi lupa tujuannya ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi perutnya yang terasa nyeri, namun sakitnya tiba-tiba hilang ketika ia membantu Axel barusan.

Shipper Luka & Angkasa?→

Shipper Luka & Orion?→

Shipper Luka & Axel?→

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 114K 61
Bellila Andromeda gadis cantik berusia 9 tahun yang mengalami kekerasa fisik saat gadis itu berada di panti asuhan. Panti yang selama ini memberikan...
1.1M 55K 48
"Lo milik gue selamanya!" Langit Sankala, si brengsek yang sifatnya arogan, berandalan dan playboy, sedang jatuh cinta pada primadona sekolah, Embu...
7.1K 1K 38
𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Memiliki hobi menyanyi dan bercita...
11.2K 460 35
Dikhianati oleh orang yang kita cintai? Tak pernah ada di benak vania bahwa ia akan ada diposisi itu. Dikhianati oleh pria yang begitu dicintainya me...