RAKA - The Ruler Of Ramos βœ“

By sheylawrites

82.6K 7.5K 1.3K

[TeenFiction - Romance - Comedy - Badboy] [DILARANG KERAS MENIRU ADEGAN APAPUN YANG TERDAPAT PADA CERITA INI]... More

RAMOS
1. Raka Sayudha
2. Shiren Aysila
3. Raneea Starla
4. Boleh Baper Gak?
5. Perlu Bantuan?
6. Ribut
7. Sisi Lain
8. Want to join with us?
9. Balas Dendam
10. Berjuang atau Terbuang
11. Yang Kalah Harus Cium Yang Menang
12. Crazy BadBoy!
13. Family
14. Menguak fakta
15. Toilet Cewek
16. Mencari Bukti
17. Misi Pertama
18. Baikan Bukan Balikan
19. Miliki atau Biarkan Pergi
20. You'll Die!
21. Meet The Fugitive
22. Fight!
23. Misi Kedua
24. Boy's Area
25. The Real War
26. The Real War 2
27. Viral
28. Dissapointed
29. Malaikat Tanpa Sayap
30. Dangerous Boy
31. Pernyataan Tidak Membutuhkan Jawaban
32. Rencana Party Ramos
33. Gaun Pesta
34. Party Ramos
35. Sayudha's Mine
36. Revenge
37. Happy Birthday, Raka!
38. Antara Raka dan Bara
39. Panggung Sandiwara
40. Cerita Starla
42. Mayat Siapa Ini
43. Hancur
44. Ujian 18+
45. Ketahuan?
46. I Miss You
47. Menyesal
48. Sudah Terlambat
49. Just Say, Yes!
50. Just Say, Yes! (2)
51. One Step Closer
52. The End (Selesai)
Sekilas Info!

41. Clue Dari Starla

1K 96 28
By sheylawrites

Happy🏴‍☠️Reading

───

Shiren gusar di tempat saat hari sudah mulai gelap namun Raka tak kunjung datang. Jika Ia tidak bisa melepaskan diri dari sini, itu artinya Ia akan mati di tangan mantan pacarnya sendiri.

Gadis itu memutar otaknya kuat-kuat mencari cara agar bisa kabur dari sini dengan selamat.

"WOY?! ADA ORANG DILUAR?" Shiren berteriak, berharap ada seseorang yang membuka pintu dan menemuinya, entah Bara atau Ginanjar, "WOY!! ADA ORANG GAK?!"

Tepat saat jeritan kedua Bara menunjukkan batang hidungnya, "ada apa sayang? Lo berubah pikiran? Sekarang lo udah nyerah dan mau balik sama gue lagi? Hm?" Bara mendekati Shiren dengan rentetan pertanyaan.

Shiren mengendus meremehkan, "jangan ngarep lo! Bukain iketannya, gue mau ke toilet."

"Mau ke toilet atau mau kabur?" Titah Bara.

Shiren menyeringai, "ngapain gue kabur, Raka pasti bisa nemuin gue disini." Ujarnya angkuh, "cepet bukain iketannya!"

Tak masalah, Bara bisa menjaga gadis ini agar tidak kabur. Lelaki berkulit putih pucat itu lantas melepaskan ikatan Shiren dan membuntuti gadis itu hingga masuk ke dalam toilet. Bara pun tetap menunggu dari depan pintu.

"Waktu lo cuma lima menit," Ujar Bara saat Shiren menekan knop pintu toilet.

"Bacot lo!" Ujar gadis itu lalu membanting pintu kuat-kuat.

Dengan gesit, Shiren mengunci pintu dan menyenderkan diri disana untuk mengatur nafas. Sedetik kemudian Ia mulai mencari air.

Bayangkan saja, sudah hampir dua puluh empat jam dirinya ada di tempat ini, namun Bara tidak memberinya makanan maupun seteguk air. Rupanya lelaki itu sengaja membuat Shiren mati kekeringan.

Matanya menatap genangan di dalam bak yang telah keruh, Shiren kemudian menyalakan kran, dari sana dia dapatkan air yang bersih. Dengan bantuan kedua tangan yang di tangkupkan gadis itu mulai meminum air tersebut. Tawar memang, tapi sangat berguna untuk mengatasi pusing di kepala Shiren akibat dehidrasi, tapi tak mampu mengatasi perutnya yang mulai terasa perih karena tidak terisi makanan.

Setelah merasa hausnya hilang, gadis itu mulai mencari senjata tajam. Ia menemukan Silet kecil saat membuka lemari kecil yang tertempel di dinding. Dengan cepat Shiren menyembunyikan silet itu di genggaman nya lalu keluar dari kamar mandi agar Bara tidak curiga.

Tanpa basa-basi, Bara segera mengembalikan Shiren ke kursi lalu mengikatnya seperti semula. Lelaki itu tidak peduli dengan pergelangan Shiren yang lecet karena di tali terlalu kencang.

Setelah ikatan itu dipastikan cukup kuat, Bara berjongkok di depan Shiren, "sisa tiga jam lagi. Jika lo ga berubah pikiran, maka gue akan foya-foya seumur hidup dengan hasil penjualan semua organ lo."

Rahang Shiren merapat, sedetik kemudian gadis itu meludahi wajah Bara, "Anjing lo!"

Bara murka, lelaki itu mendaratkan satu tinjuan ke rahang Shiren, "Gadis ga tau di untung!" Ujarnya kemudian pergi.

Shiren meringis saat rahang nya berdenyut sakit. Dia yakin pasti ada bekas biru di sana.

Setelah hampir satu jam. Shiren mulai mencoba mengiris tali dengan silet yang ada di genggaman nya.

Sedikit demi sedikit tali itu mengendur, dan beberapa saat kemudian tali yang mengikat tangan Shiren di belakang kursi itu akhirnya terlepas.

Dengan gerak cepat, gadis itu mengiris tali yang mengikat kaki dan pinggang nya. Sesekali netranya menatap ke arah pintu, memastikan tidak ada yang masuk dari sana.

Setelah terlepas semua, gadis itu mulai mencari cara untuk kabur. Dengan hati-hati Shiren membuka pintu yang tidak terkunci itu. Ternyata tidak ada yang menjaga di depan sana.

Tanpa sengaja Shiren mendengar suara Bara dan Ginanjar dari arah kanan. Segera gadis itu berlalu ke arah berlawanan dan menuruni tangga yang ada disana.

Sial! Ada beberapa orang yang menjaga di depan pintu masuk. Shiren kembali berbalik mencari cara lain agar dirinya bisa keluar dari sini.

Saat hendak berlalu ke belakang, Ia melihat ada jajaran jendela yang tidak tinggi. Shiren membuka jendela itu dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara lalu keluar dari sana.

Berhasil! Shiren telah kabur dari rumah tempatnya di sekap.

Walaupun gelap, gadis itu berlari menjauh dari gedung semampu yang Ia bisa. Namun tak berselang lama, suara peluru saling bersahut-sahutan. Gadis itu yakin jika Bara sudah mengetahui bahwa dirinya tidak ada di tempat.

Shiren menoleh ke belakang, sial! Ternyata Bara menyusulnya. Dengan sekuat tenaga Shiren kembali berlari, tidak peduli dengan kakinya yang terluka karena tergores tanaman beduri. Yang ada dipikirannya hanyalah mencari tempat yang ramai agar dia bisa menyelamatkan diri.

"Jangan kabur, lo!" Teriak Bara yang setia mengikuti Shiren.

Nafas gadis itu terengah, sesekali gadis itu menatap kebelakang dan tanpa sengaja-

Brak!

Tubuh Shiren terpental ke belakang saat Ginanjar yang tiba-tiba datang dari arah depan memukul kepala gadis itu dengan batang pohon yang besar.

Gadis itu hilang kesadaran. Selain pukulan Ginanjar yang keras, darah yang mengucur banyak dari kaki Shiren karena sayatan Bara kemarin dan ditambah banyaknya duri yang merobek kulitnya dan akhirnya juga mengeluarkan cairan merah pekat itu, rasanya sangat cukup untuk membuat Shiren kehilangan darah. Apalagi mengingat selama disekap Ia tidak mendapat sesuap makanan.

"Dia bisa mati kalau lo pukul begitu!" Amuk Bara pada Ginanjar.

"Memang kita mau bunuh dia kan?" Ujar Ginanjar santai sembari membuang batang kayu itu, "sudah, lebih baik kita ambil organnya sekarang dan buang mayat nya di samping rumah biar jadi santapan serigala."

"Tapi Raka belum dateng?" Tanya Bara.

"Tenanglah. Raka pasti akan datang untuk mencari gadis ini. Dan sebelum Raka datang, Shiren harus mati."


* * *

Setelah mendapat clue dari starla. Di malam yang sama, inti Ramos segera mengendap-endap masuk kedalam rumah Bara guna menempelkan pelacak GPS di motor lelaki itu.

Setelah aksi mereka selesai, semua inti Ramos kembali ke basecamp kecuali Gerald yang tetap mengintai rumah Bara.

Di dalam basecamp, Tristan dan Raka tengah serius dengan laptop di hadapannya, mereka terus berjaga jika ada pergerakan dari Bara.

Seluruh inti Ramos menggunakan earphone bluetooth di telinganya untuk berkomunikasi.

"Ada pergerakan dari Bara?" Tanya Tristan pada Gerald yang berjaga di depan rumah lekaki itu.

Gerald menekan earphonenya, "ga ada, rumahnya juga sepi." Ujar Gerald.

"Udah mau pagi ini, njing. Gue ngantuk semalem ga tidur." Celetuk Jovan.

"Lo dimana, Van?" Ujar Bagas pada Jovan.

"Basecamp," Jawab Jovan, "Starla udah masuk rumah dengan selamat bang Bagas?"

"Udah," Jawab Bagas, "ni gue sekalian beli kopi buat kalian."

Dicky yang goleran di sofa basecamp dengan matanya setengah terbuka itu antusias mendengar ucapan Bagas, "TERIMAKASIH QAQAQ BAGAS!"

"Gue beli bubuk nya aja. Sampe basecamp kalian seduh sendiri." Ucap Bagas.

"Yaelah. Kenapa ga beli jadi sekalian aja sih? Males banget repot-repot rebus air," Dicky ngedumel.

"Kalau males rebus air, lo makan aja bubuk kopinya, di sendokin gitu ampe melek," Ujar Jovan pada Dicky, padahal duduk mereka berhadapan namun menggunakan earphone sebagai alat komunikasi mereka.

Biar keliatan keren dikit, lah.

"Guys!" Tristan ikut nimbrung, "kalian di kasih earphone buat jalanin misa kita, bukan buat curhat."

"Tau, tuh," Gerald nyeletuk, "pada gapaham apa, kalau ni earphone masuk ke kuping suaranya kenceng banget."

"Maap atuh bang," Ujar Dicky sengaja dibuat manja.

"Woy, gue nemuin mobilnya. B 00 AA. Berhenti di depan rumah Bara." Penuturan Gerald mengundang atensi Raka.

Lelaki itu menekan earphone nya, "nyalain GPS lo. Dan ikutin mobil itu. Jangan sampe kecolongan." Setelah mengatakan itu pada Gerald, Raka segera mengambil jaket Ramos nya, masker hitam serta helm miliknya.

Seluruh anak Ramos mengikuti Raka. Mereka pergi dari Basecamp dengan motor Raka yang berjalan paling depan.

Di sisi lain, Gerald mulai menaiki motornya dan bersiap mengikuti mobil tersebut. Ternyata mobil itu berhenti tepat di depan rumah Bara guna menyusul lelaki itu untuk pergi. Jadi Bara tidak perlu menggunakan motornya.

Tidak peduli dengan matahari yang mulai menyinari bumi. Inti Ramos tetap menjalankan misi nya walau harus bolos sekolah berjamaah.

Raka terus berjalan mengikuti GPS Gerald yang terlacak dari ponselnya. Bukan hanya Raka, namun semua inti Ramos juga bisa melihat pergerakan Gerald, karena setiap anak Ramos memiliki GPS yang saling terhubung dari ponsel dan bisa saling melacak satu sama lain.

Raka menekan ujung helmnya sebagai penghubung earphone, "matiin lampu lo, Rald. Biar mereka gatau kalau lo ngikutin."

Di ujung sama Gerald tersentak, segera lelaki itu mematikan lampu motornya.

Selang tiga puluh menit, mobil BMW dengan plat B 00 AA itu berhenti di sebuah rumah kumuh yang berdiri di antara semak belukar.

Terlihat dari sini, Bara turun dengan seorang lelaki yang masih Gerald ingat wajahnya. Ya, lelaki itu adalah anak buah Aarav yang menodongkan pistol pada Raka saat masuk kedalam gedung Aarav waktu itu.

Gerald memarkirkan motornya sepuluh meter dari rumah kumuh itu, lalu berjalan mendekat dengan hati-hati, "gue udah nemuin persembunyian mereka. Dan gue yakin Shiren juga ada disana."

Spontan Raka kembali melihat pergerakan Gerald yang berhenti dari GPS nya, "mereka nyekap Shiren di gedung tua?" Kata Raka.

"Enggak. Rumah kecil dua tingkat. Cat nya putih, cuma ini rumah satu-satunya di daerah sini." Gerald yang bersembunyi di balik semak itu berujar dengan pelan.

"Jangan masuk," Perintah Raka, "tetep intai terus sebelum kita semua dateng."

"Oke," Gerald sedikit menjauh, namun tanpa sengaja lelaki itu menginjak sesuatu yang membuat dirinya hampir terjungkal ke belakang.

Matanya membulat penuh saat yang di injak nya bukan batu, namun mayat wanita yang telah terpotong-potong.

"G-guys," Gerald sedikit gemetar.

"Hm?" Ucap Raka,
"Kenapa?" Kata Tristan,
"Ada apa?" Tutur Jovan bersamaan.

"G-gue nemuin mayat cewek yang udah di mutilasi."

* * *
Sad End or Happy End?

Tbc🏴‍☠

Continue Reading

You'll Also Like

310K 40K 49
-Katanya sayang, tapi suka ngajak tawuran- Raka dan Keyla adalah sepasang kekasih yang hobinya gelut di mana saja. Sekali akur hanya di meja yang sam...
91.7K 3.8K 45
isi ceritanya tentang pernikahan muda yang sweet dan harmonis , sebuah keluarga kecil yang di penuhi kebahagiaan dan kehangatan.
1.8M 161K 52
[TAMAT] [BELUM SEPENUH NYA DI REVISI DAN MASIH BERANTAKAN] Geferia Kesha Salavoka, gadis cantik berusia 25 tahun yang berhasil meraih kesuksesannya m...
133K 6.6K 59
Larisa, gadis cantik yang menerjuni dunia permodelan diusianya yang terbilang muda, kesibukan pemotretan nya sehingga ia lupa dengan waktu, membuat d...