SENJALUKA

By mahlitha

98.1K 10.2K 745

Perempuan yang mampu berjalan dikaki yang hampir lumpuh. Perempuan yang mampu berlari dijalan yang mulai terl... More

PROLOG
1. Mba Kunti
2. Anak Baru
3. Pertemuan dikala hujan
4. Terlambat bersama
5. Bubur untuk papa
CAST SENJALUKA
6. Cafe Tertawa
7. Buku dari Naresh
8. Salah Jalan.
9. Hadir kembali
ketawa dulu nunggu besok update
10. Ketemu lagi?
Cast SENJALUKA 2
11. Hukuman
12. Tom and Jerry
13. Pasar Malam
14. Bunga Mawar
15. Kotak Makan
16. Sisi lain Regan
17. Jatuh cinta?
19. Petak umpet
18. Meresahkan
21. Cemburu
22. Jadian sama Kayla?
23. Halu
24. Semesta Bercanda?
25. Salah Paham
26. Peringatan Pertama
27. Senja juga mau didengar
28. Satu Alasan
29. Nama Baru
30. Keharusan Bukan Kemauan
31. Ingin mengulang waktu
32. Datang namun pergi
33. Receh
34. Tuyul
35. Sembuh, Nak.
36. Sederhana namun luar biasa
37. Rintihan Senja
38. Khawatir
39. Desiran Bahagia
40. Berkecamuk
41. Asing?
42. Bisma?
43. Aodra
44. Merasa kehilangan
45. Pengakuan Regan
46. Malam bersama Senja
47. Kecewa nya Naresh
48. Julid

20. Pantai

1.5K 186 4
By mahlitha

Siang ini Naresh berinisiatif untuk mengajak Senja pergi menonton pertandingan basket yang sedang dilakukan Arjuna dengan Abian. Tadinya ia ingin pergi bersama temannya yang lain, tapi diurungkan. Segera ia membuka room chat nya dengan Senja, lalu mengajaknya untuk pergi menonton basket bersama.

Naresh terkekeh melihat pesan terakhir yang dikirim Senja. Lagipula siapa yang berani mendekat? kalo berani paling lehernya patah. Naresh memasukkan handphone nya ke saku jaket, lalu setelah itu mengendarai motornya keluar rumah untuk menjemput Senja. Motor Naresh berhenti di lampu merah tepat disampingnya adalah motor Regan. Naresh sudah tau lebih awal jika itu motor Regan, namun ia diam saja, malas ribut.

"Pengecut." Ucap Regan memulai permasalahan.

"Kalo gue pengecut, lo apa? Pecundang?" Ujar Naresh dengan santai.

"Bacot." Sentak Regan.

Naresh tak membalas ucapan Regan yang terakhir. Ia melihat ke arah lampu yang masih menunjukkan warna merah, lama sekali pikirnya. Setelah lampu berubah jadi hijau, Naresh pun segera melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, lalu membelokkan motornya ke arah kiri untuk masuk ke dalam kompleks perumahan Senja.

Mematikan motornya, lalu turun untuk mengetuk pintu rumah Senja.

Tok.. tok.. tok..

"Iya sebentar," ucap Senja dari dalam karena ia masih memakai sepatu.

Naresh berhenti mengetuk pintu setelah mendengar jawaban Senja. Ia berjalan ke arah kursi yang ada diteras untuk duduk sebentar sambil menunggu Senja keluar.

"Resh," panggil Senja.

Naresh menoleh, ia memperhatikan Senja yang sangat cantik hari ini. Lama melamun memperhatikan Senja, hingga lamunannya buyar karena tangan Senja yang melambai lambai didepan wajahnya.

Naresh menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sial, kenapa jadi salting gini?

"Ayo," ucap Naresh sambil menyalakan motornya.

Senja naik ke motor Naresh, lalu duduk sambil berpegangan di kedua sisi jaket yang sedang dikenakan Naresh.

"Ayo jalan," ajak Senja.

Naresh mulai menjalankan motornya keluar dari pekarangan rumah Senja untuk menuju ketempat pertandingan basket yang dilakukan oleh Arjuna dan Abian.

"Yang tanding basket bukan lo ya?" Tanya Senja dengan sedikit kencang agar Naresh dengar.

Naresh menatap kaca motornya melihat Senja. "Bukan. Arjuna yang main."

Motor yang dikendarai Naresh telah sampai. Ia memakirkan motornya terlebih dahulu, lalu mengajak Senja untuk masuk kedalam dan duduk di tribun.

"Kok cantik?" Tanya Naresh menoleh ke arah Senja.

"Gatau," ucap Senja sambil terkekeh.

Naresh melihat sekeliling tribun, banyak laki-laki yang memusatkan pandangannya ke arah Senja. Ia jadi kesal sendiri.

"Jangan kemana-mana, tetep disamping gue," ucap Naresh dengan sedikit cemberut.

"Ya kan emang disini," ucap Senja dengan memutar bola matanya.

"Tuh cowok cowok pada ngeliatin lo karena lo cantik banget sekarang. Matanya kaya gak pernah liat cewek cantik aja," ucap Naresh sambil menatap tajam ke arah mereka yang masih memandang Senja.

"Mereka cuma bisa ngeliat. Sedangkan lo bisa deket sama gue," ucap Senja sambil menaik turunkan alisnya meledek Naresh.

Telinga Naresh memerah. Ia benar-benar salting kali ini. Kalo dipikir-pikir ada benarnya juga sih. Yang lain hanya bisa melihat, sedangkan dirinya bisa dekat. Tapi tetap saja, ia merasa kesal ketika oranglain menatap Senja sampai segitunya.

"Iya deh," ucap Naresh sambil mengacak acak rambut Senja.

"Resh jangan di acak acak rambutnya. Gue udah susah payah tau natanya," ucap Senja dengan cemberut melihat rambut yang sudah ia tata rapih menjadi berantakan.

Naresh menaruh tangannya diatas kepala Senja, lalu merapihkan rambutnya agar kembali seperti semula. Mata mereka saling menatap, membuat jantung satu sama lain menjadi berdetak sangat kencang.

"Udah rapih," ucap Naresh sambil menunjukkan senyum yang hanya ia tunjukkan pada Senja.

"Makasih," ucap Senja berusaha menutupi rasa gugup nya.

"Disini bukan tempat pacaran. Kalo lo berdua mau pacaran mending keluar," ucap Regan sambil duduk dikursi sebelah kiri samping Senja.

"Ngapain lo disini?" Ucap Senja dengan sedikit terkejut karena Regan tiba tiba datang dan duduk dikursi sebelahnya.

"Temen gue lagi tanding basket, makanya gue dateng," ucap Regan sambil tersenyum manis ke arah Senja.

"Sini pindah duduknya, biar gue yang ditengah," ucap Naresh sambil berdiri dari kursi tempatnya duduk.

Regan menahan tangan Senja yang ingin bangun. "Disini aja, jangan pindah."

Naresh ikut memegang tangan Senja. "Pindah kesini aja."

"Daripada kalian ribut nantinya, mending gue duduk ditengah," ucap Senja dengan kesal melihat mereka berdua.

Naresh tak memaksa Senja lagi, ia pun duduk ditempatnya seperti semula. Tapi tangannya tetap tak lepas dari Senja.

"Lepasin tangan lo," ucap Naresh menatap nyalang ke arah Regan.

"Tangan lo sendiri gimana?" Tanya Regan melirik tangan Naresh yang masih menggenggam tangan Senja.

Senja kembali menghela napasnya. Rasanya ingin menghilang saja jika disamping kanan dan kirinya ada Naresh dan juga Regan.

"Jangan ribut. Gue mau nonton," ucap Senja sambil melepaskan tangannya dari Naresh dan Regan.

"Jangan deket deket Regan," ucap Naresh sambil berbisik.

Senja menoleh lalu terkekeh. "Engga."

Regan sedari tadi mencuri curi pandang ke arah mereka berdua. Melihat Senja yang terlihat nyaman bersama Naresh membuat hatinya sakit. Ia berusaha untuk menyangkal semua perasaan itu, namun hasilnya malah gagal. Nyaman nya Senja bersama Naresh, begitupun nyaman nya Naresh bersama Senja. Tapi bolehkah ia egois? ia ingin nyaman nya Senja bersama dengannya, bukan Naresh. Ia juga sadar jika dirinya tak ada apa apanya dibanding Naresh. Urakan, bandel, hobi berantem, mana bisa membuat Senja nyaman.

Pertandingan basket telah dimulai, membuat ketiga nya menjadi memfokuskan pandangan ke arah lapangan. Senja bertepuk tangan ketika melihat Arjuna berhasil mencetak poin pada babak pertama. Permainan terus berlanjut hingga babak terakhir dimulai. Ini yang Senja tunggu tunggu, karena dibabak ini benar benar menegangkan.

Arjuna kembali mencetak poin. Naresh dan Senja yang melihat itu langsung berpelukan secara tak sadar.

"Eh maaf gak sengaja," ucap Senja dengan sedikit malu.

"Gapapa," jawab Naresh dengan terkekeh sambil menutupi rasa salting nya.

Regan yang melihat itu langsung membuang mukanya ke arah lain. Lagi lagi ia ingin merasakan diposisi itu.

Pertandingan telah selesai dan dimenangkan oleh Arjuna. Ketiga nya pun turun dari tribun untuk menghampiri temannya masing masing.

"Selamat," ucap Naresh sambil menepuk nepuk bahu Arjuna.

"Thanks," ucap Arjuna sambil tersenyum dan menepuk nepuk bahu Naresh.

"Keren, selamat ya," ucap Senja dengan tersenyum kecil.

"Wah ibu bos dateng juga. Thanks ya," ucap Juna sambil terkekeh.

"Lo sih ribet banget pake ngurusin mumun segala, jadi gak bisa nonton Juna tanding kan," ucap Raga dengan kencang sehingga Arjuna, Naresh, dan Senja dapat mendengar.

"Gue yakin nih pasti rusuh," ucap Arjuna mewanti wanti.

"Lo menang gak Jun? Pasti menang kan?" Tanya Kenzie dengan riang menatap Arjuna.

"Menang Ken," ucap Juna dengan tersenyum.

"Jun sorry ya gak bisa nonton. Si Kenzie nih ngurusin mumun yang lagi lahiran," ucap Raga dengan kesal.

"Sebagai kakek yang baik harus kaya gitu," ucap Kenzie dengan melirik sinis ke arah Raga.

"Sadar mumun itu kucing," ucap Raga tak habis pikir dengan temannya ini.

"Selamat," ucap Alka menepuk bahu Juna.

"Thanks."

"Gue cabut duluan deh, mau pergi lagi," pamit Naresh pada teman temannya.

"Beda emang deh yang bucin," sindir Kenzie sambil tertawa.

"Bucin sama orang yang tepat rasanya bahagia banget ya Resh," ledek Raga sambil terkekeh.

Naresh hanya bisa terkekeh mendengar ledekan temannya. Ia menarik pelan tangan Senja untuk keluar dari lapangan.

"Mau ke pantai?" Ajak Naresh.

"Boleh?" Tanya Senja.

Naresh terkekeh mendengar pertanyaan Senja. Apa alasan ia tak membolehkan? Bahkan jika Senja ingin pergi kemanapun, ia siap menemani.

"Boleh dong."

Senja tersenyum riang mendengar jawaban Naresh.

"Tapi anter gue pulang dulu ya? Ada barang yang mau diambil buat di pantai nanti," ucap Senja.

"Boleh. Pantai nya juga lumayan jauh, paling kita sampai disana sore. Kalo pake motor nanti lo pegel, biar gue ganti mobil aja. Jangan kemana-mana tunggu gue jemput," perintah Naresh.

"Yaudah yuk pulang," ajak Senja.

Naresh menaiki motornya, lalu menyuruh Senja untuk naik. Setelah itu baru ia menjalankan motornya kerumah Senja terlebih dahulu. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai dirumah Senja.

Senja turun dari motor Naresh. "Makasih ya."

"Sama sama cantik. Tunggu gue ya, nanti dijemput," ucap Naresh sambil membenarkan rambut Senja yang sedikit berantakan.

Senja tersenyum. "Iya. Hati hati lo."

Naresh mengangguk. Ia kembali menjalankan motornya keluar dari pekarangan rumah Senja untuk kembali kerumahnya karena ingin mengambil mobil.

Setelah Naresh pergi, Senja pun masuk kedalam rumah. Ia membuka pintu kamar lalu berdiri didepan cermin. Senyum terus terukir di bibirnya. Jantungnya selalu berdetak dengan cepat ketika bersama Naresh. Ia merasa nyaman jika Naresh ada disampingnya. Ia jadi berpikir, apa mungkin jatuh cinta? Ah apapun itu, intinya ia senang, senang karena dapat mengenal Naresh.

Senja mengganti bajunya untuk pergi ke pantai. Setelah itu ia berjalan keluar dan duduk diteras sambil menunggu Naresh menjemputnya.

Naresh telah sampai dirumah Senja. Ia turun dari mobil lalu membukakan pintu untuk Senja masuk.

"Gue bisa buka sendiri tau," ucap Senja sambil terkekeh kecil.

"Gapapa," ucap Naresh sambil menutup pintu, lalu masuk kedalam mobil.

"Siap jalan?" Tanya Naresh sambil memandang Senja.

"Let's go," ucap Senja sambil tertawa.

Naresh menyetir mobil sambil sesekali melihat Senja yang selalu tersenyum. Harapan nya hanya satu, semoga senyum itu selalu bertahan. Ia bahagia melihat senyum Senja, ia juga selalu berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap menoreh kebahagiaan tanpa pernah memberikan luka.

"Seneng banget nih yang mau ke pantai," ucap Naresh meledek Senja.

"Seneng. Dipantai rasanya tenang," ucap Senja dengan tersenyum.

"Sama kaya gue. Beda nya lo lebih tenang dipantai, sedangkan gue lebih tenang kalo deket sama lo Nja," ujar Naresh sambil mengusap rambut Senja.

"kamu dan gemuruh langit senja, membawa hati pada titik tertinggi untuk meminta," lanjutnya sambil tersenyum menatap Senja.

"Senang bisa kenal sama lo. Laki laki misterius pecinta sastra," ucap Senja sambil menatap Naresh.

Naresh terkekeh. Segitu misterius nya kah?

"Nanti dipantai lo mau ngapain?" Tanya Naresh mengubah topik agar tak canggung.

"Mau main air, main pasir, mau liat senja juga," ucap Senja dengan riang menyebutkan keinginannya.

"Paling sejam lagi kita sampai sana. Kalo lo ngantuk tidur aja, nanti gue bangunin kalo udh sampai," ucap Naresh sambil menyetir.

"Iya deh gue juga ngantuk," ucap Senja sambil memejamkan matanya. Tak selang berapa lama ia pun tertidur pulas.

"Lo harus terus senyum kaya gini Nja. Oranglain mungkin mau lo nyerah, tapi gue mau lo bangkit. Jangan pernah takut, gue disini selalu ngerangkul lo," ucap Naresh dengan pelan sambil menatap Senja yang sedang tidur.

Naresh kembali memfokuskan pandangannya kedepan sambil menyetir. Ia membelokkan stir ke arah kiri lalu masuk kedalam pantai. Mencari parkir terlebih dahulu, setelah itu baru membangunkan Senja.

"Senja udah sampai," ucap Naresh menepuk pelan pipi Senja.

Senja membuka matanya, lalu melihat sekeliling, ah ternyata sudah sampai. Ia pun turun dari mobil Naresh sambil menghirup udara pantai di sore hari.

"Ayo Resh kesana," ajak Senja.

"Sebentar gue mau ambil gitar dulu," ucap Naresh sambil mengambil gitarnya dikursi belakang.

"Nah udah, ayo."

Naresh menggandeng tangan Senja untuk duduk ditepi pantai. Pantai ini tak ramai pengunjung, cocok untuk menenangkan pikiran.

Mereka berdua duduk diatas pasir, sambil melihat ombak pantai yang tak terlalu besar.

"Gue mau nyanyi," tukas Naresh memulai topik pembicaraan.

"Coba," ucap Senja.

Naresh mulai memetik sinar gitarnya, lalu bernyanyi dengan hati yang tulus sambil menatap Senja.

Mencintaimu, sungguh-sungguh aku mencintaimu...

Takkan ada yang bisa menggantikanmu
Di hatiku satu untukmu...

Menyayangimu, sungguh-sungguh aku menyayangimu...

Takkan pernah ku berpaling dari kamu
Itulah janjiku untukmu...

Senja benar benar dibuat terpesona oleh suara Naresh. Suara yang merdu didengar oleh telinga.

"Suara lo bagus banget," puji Senja dengan jujur.

"Gue mau nyanyi juga, boleh pinjem gitar?"

Naresh mengangguk. Ia memberikan gitarnya pada Senja.

Senja menerima gitar yang diberikan Naresh dengan riang. Ia mulai memetik senar gitar tersebut sambil menyanyikan lagu "Miliki Aku".

Miliki aku semampumu...

Sebanyak waktu yang kau punya...

Aku kan biarkan diri jatuh...

Dipelukmu...

Naresh bertepuk tangan setelah Senja menyelesaikan nyanyiannya. Ia selalu bangga dengan apa yang dilakukan Senja.

"Mau kemana kok berdiri?" Tanya Naresh sambil mendongak menatap Senja.

"Mau lari."

Senja mulai berlari menjauh dari Naresh sambil tertawa. "Naresh ayo kejar."

Naresh terkekeh sambil menggelengkan kepala. Oh, rupanya Senja ingin bermain kejar-kejaran.

Ia mulai berlari mengejar Senja yang sudah jauh. Bermain kejar-kejaran ditepi pantai sambil tertawa bahagia seakan tak ada beban apapun. Benar benar seperti dua insan yang sedang jatuh cinta.

"Dapet," kata Naresh sambil memeluk Senja dari belakang.

Senja membalikkan tubuhnya sambil cemberut. "Curang ih lari nya cepet banget."

Naresh tertawa sambil mencubit hidung Senja.

"Gapapa yang penting bisa ketangkep."

"Mau beli kelapa?" Tanya Naresh.

"Mau. Nanti makan nya ditepi pantai aja, supaya bisa liat senja," ucap Senja.

"Let's go tuan putri," ucap Naresh sambil menggandeng tangan Senja menuju penjual kelapa.

Senja tertawa mendengar panggilan Naresh barusan. Ia pun berjalan sambil bergandengan tangan dengan Naresh untuk membeli kelapa.

"Bang, kelapa dua ya."

Setelah mendapatkan kelapanya, mereka pun berjalan untuk duduk ditepi pantai sambil melihat langit berwarna jingga.

"Seneng gak hari ini?" Tanya Naresh sambil meminum air kelapanya.

"Seneng banget," ucap Senja dengan antusias.

"Lo harus senyum kaya gini terus Nja. Kalo bisa penyebab lo senyum karena gue," ucap Naresh dengan sedikit terkekeh.

Naresh mengingat satu hal. Ia mengeluarkan sebuah bandana berwarna biru muda dari kantong celananya, lalu diberikan pada Senja.

"Bandana?" Tanya Senja sambil melihat bandana yang saat ini sudah ada ditangannya.

"Gue suka ngeliat rambut lo terurai. Cantik."

"Sini gue pakein," ucap Naresh sambil meminta bandana yang ada ditangan Senja.

Senja memberi bandana nya pada Naresh.

Naresh mengambil bandana tersebut, lalu memakaikannya dikepala Senja. Setelah bandana berwarna biru muda itu terpasang dikepala Senja, ia pun tersenyum.

"Cantik," kata Naresh sambil memperhatikan Senja yang memakai bandana.

"Makasih bandana nya," ucap Senja sambil tersenyum ke arah Naresh.

"Sama sama."

"Foto yuk, langit nya lagi bagus," ucap Senja mengajak Naresh.

Naresh menganguk. Lalu ia menoleh ke belakang dan memanggil seorang perempuan yang kebetulan lewat.

"Mba, boleh minta tolong fotoin?"

"Oh boleh."

Senja memberikan handphone nya ke perempuan tadi. Lalu perempuan tadi pun memotret mereka berdua dengan langit senja yang menjadi latarnya.

"Terimakasih," ucap Senja dengan tersenyum kecil ke arah perempuan itu.

Ia melihat hasil foto tersebut lalu tersenyum senang. Bagus sekali hasilnya.

"Nih Resh hasilnya."

Naresh tersenyum. Foto ini pasti akan ia jadikan untuk wallpaper di handphone nya.

"Udah mau malem. Mau pulang?" Tanya Naresh sambil menatap Senja yang asik melihat pemandangan didepan.

"Ayo pulang," ucap Senja sambil berdiri dan menepuk nepuk celananya yang sedikit terkena pasir.

Naresh berdiri lalu menggandeng tangan Senja menuju mobilnya. Setelah itu mereka berdua pun meninggalkan area pantai karena hari sudah mulai gelap. Sekitar dua jam perjalanan akhirnya mobil yang dikendarai Naresh telah sampai dirumah Senja.

"Resh makasih ya hari ini," ucap Senja dengan tulus menatap manik mata Naresh.

"Sama-sama. Gue seneng kalo lo seneng," jawab Naresh sambil tersenyum manis hingga matanya menyipit.

"Habis ini langsung tidur ya, mata lo udah ngantuk banget tuh. Kalo butuh apa apa kabarin gue aja," lanjutnya.

Senja mengangguk. Ia pun turun dari mobil Naresh lalu melambaikan tangannya sebelum masuk kedalam rumah.

Ketika melihat Senja sudah masuk kedalam rumah, Naresh pun melajukan mobilnya untuk pulang dan beristirahat karena lelah seharian ini. Begitupun dengan Senja yang langsung tertidur setelah berganti baju dan membersihkan badannya.

Continue Reading

You'll Also Like

5.3M 226K 54
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
2.3M 155K 49
FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! "𝓚𝓪𝓶𝓾 𝓪𝓭𝓪𝓵𝓪𝓱 𝓽𝓲𝓽𝓲𝓴 𝓪𝓴𝓾 𝓫𝓮𝓻𝓱𝓮𝓷𝓽𝓲, 𝓭𝓲𝓶𝓪𝓷𝓪 𝓼𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪𝓴𝓾 𝓫𝓮𝓻𝓹𝓸𝓻𝓸𝓼 𝓭𝓮𝓷𝓰𝓪�...
4.8M 365K 51
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
4.8M 258K 58
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...