TRAP | Jung Jaehyun

By lunarbooksid

1.8K 184 4

Jeff, seorang pengusaha properti yang memiliki profesi sampingan sebagai otak pembunuh mempekerjakan Taeyong... More

New Assistant
Ada yang Mengawasimu
Siapa
Kabar Bagus yang Buruk
New Toy
Follow the Game
Secret
Obey the Rules or You Will Die
Gift
The First Day of Work
Bantu Aku Sembuh
Wait and See
The Show
Make A Deal
Behind the Story
Sign the Contract
Siaga
Movement
Tricky
Terror
Terima Kasih Untuk Hari Ini
Twins
From the Past
The Unknown Number
New Hint
About Her
Secret Agent
About Him
Test
Loyalty
Action
Action (2)

Catch Me If You Can

41 3 0
By lunarbooksid

Johnny melajukan mobilnya menuju ke tempat di mana si pencuri data itu berada. Berkendara dari tengah kota menuju pinggir kota tentu membutuhkan waktu yang cukup lama. Johnny sangat fokus mengendalikan kemudinya. Sedangkan Braile, meskipun kedua netranya fokus melihat ramainya jalanan, namun otaknya bertolak belakang. Braile sibuk memikirkan bagaimana dia akan menghadapi Jeff nanti. Bahkan, Johnny yang sesekali mengajaknya berbicara hanya direspon kembali dengan sebuah tanya. "Kau tadi bicara apa?"

"Aku tanya, apa mau mampir ke minimarket sebentar untuk membeli minum?" ulang Johnny sekali lagi.

Braile pun membuka mulutnya tanpa bersuara. "Boleh kalau mau mampir sebentar," ujarnya.

Setelah berjalan kurang lebih dua ratus meter, mereka dapat melihat sebuah minimarket yang terletak di kiri jalan. "Aku saja yang turun," ucap Braile ketika Johnny menepikan mobilnya.

"Oke," jawab Johnny singkat sembari menyunggingkan sebuah senyum.

Tak lama kemudian, Braile kembali dengan membawa tiga buah botol air mineral dingin. Puan yang mengenakan kemeja putih serta rok hitam di bawah lutut dengan rambut panjang yang diikat ke atas itu segera menyodorkan minuman yang dibawanya kepada Johnny dan Mark.

"Wow, Braile. Kau memang sangat menjaga lingkungan, ya," seloroh Johnny ketika melihat Braile tidak menenteng kantong plastik dan lebih memilih membawa botol air mineral tersebut menggunakan kedua tangannya.

Braile yang mendengar itu merespon dengan sebuah senyuman. "Sampah plastik harus dikurangi semaksimal mungkin," balasnya seraya kembali duduk dan meneguk minumannya.

"Ya, kau benar. Bahkan sekarang di ibu kota terdapat sebuah gunung." Mark yang berada di kursi belakang akhirnya bersuara. Sementara itu, Johnny dan Braile justru menautkan kedua alisnya. Menatap Mark dengan tatapan penuh tanya.

Mark yang tadinya sedang meneguk minuman pun tersedak karena dipandang heran seperti itu. "I mean, gunung sampah," lanjutnya sembari menyeka air yang menetes ke dagunya.

Mendengar itu, Johnny pun tertawa. Mencoba menghargai lelucon yang dilontarkan oleh Mark.

"I know it's not fun, John. Just stop it and I better shut up."

Kalimat itu justru membuat Johnny kembali tertawa. Tawanya kali ini bukan tawa yang dibuat-buat. Johnny tertawa begitu renyah. Seolah mengejek selera humor Mark. Braile yang ada di kursi depan pun hanya bisa menggeleng melihat kelakuan Johnny dan Mark.

"Just relax, Mark. Tidak usah sungkan karena ada aku." Braile sadar jika kehadirannya membuat Mark merasa sedikit canggung. Selama dua puluh menit perjalanan tadi, Mark hanya diam. Dia baru bersuara ketika Johnny yang mengajaknya bicara.

Setelah sekitar satu jam perjalanan, akhirnya mereka sampai pada titik tujuan. Mobil Johnny memasuki sebuah gang yang hanya muat untuk satu mobil. Itu pun Johnny harus berhati-hati agar tidak menyenggol beberapa motor yang terparkir di sisi jalan.

"Benar di sini?" tanya Johnny yang direspon dengan sebuah anggukan oleh Mark.

Menghela napas panjang, Mark pun bersuara. "Sudah kuduga. Dia tidak mungkin mengirimkan Email itu dari rumahnya."

Meskipun demikian, mereka tetap harus mengeceknya. Johnny segera melepas sabuk pengamannya. "Ayo kita selidiki," ajaknya kemudian beranjak dari duduknya.

Seperti yang sudah dikatakan oleh Mark, pencuri data itu sangatlah cerdik. Ia mengirimkan Email anonim kepada BIN dari sebuah warung internet. Sehingga, meskipun BIN berhasil mendapatkan alamat IP, mereka tidak langsung menemukan keberadaan pencuri data itu.

Kedatangan Johnny, Braile, dan Mark direspon dengan tatapan aneh oleh beberapa pengunjung warung internet tersebut. Pasalnya, mereka berpakaian formal.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya sang penjaga warung internet. Johnny pun memulai dengan memperkenalkan diri. Menunjukan ID Card-nya, kemudian menjelasakan maksud kedatangannya ke sana, bahwa dia sedang mencari seseorang. Akan tetapi, pria itu pun tidak mempunyai banyak informasi mengenai ciri fisik orang yang sedang dicari.

"Mungkin rekaman CCTV bisa membantu. Apakah Anda tidak keberatan jika saya minta untuk menunjukkan rekaman tersebut?"

Penjaga warung internet itu pun mengangguk. "Rekaman pada tanggal berapa yang harus saya tunjukan?" tanyanya.

Johnny memberi isyarat kepada Mark untuk menjelaskan detail waktu kejadian kepada sang penjaga warung. Mark melangkahkan kakinya mendekat ke arah komputer sang penjaga warung internet. "Tanggal 7 Februari pukul 22.15," jelas Mark.

Sang penjaga warung internet segera mencari rekaman CCTV pada tanggal tersebut dan menunjukkan kepada mereka bertiga. Akan tetapi, pada pukul 21.00, semua arah CCTV diubah menuju ke atas sehingga tidak bisa merekam apa pun kecuali dinding warung internet tersebut. Begitu dengan CCTV yang terdapat di depan warung internet. Pada pukul 21.00, arahnya diubah sehingga hanya merekam tiang listrik yang berada di seberang jalan.

Tangan Johnny mengepal kuat tatkala melihat rekaman CCTV yang tidak membantu penyelidikan yang dilakukannya itu.

"Shit!" umpatnya.

"Apakah pencuri data itu berkomplot?" tanya Mark.

Braile melipat kedua tangannya di depan dada. "Sepertinya tidak. Ada jeda waktu antara pengubahan arah CCTV dengan Email yang dikirim. Jika pencuri data itu berkomplot, pasti pengubahan arah CCTV terjadi tak jauh di menit-menit sebelum Email dikirim," jelasnya. Mark pun merasa penjelasan Braile tampak masuk akal.

"Sepertinya jeda waktu itu juga perlu kita perhatikan," tambah Braile. Puan itu menatap sang penjaga warung internet. "Apakah ada CCTV atau semacam kamera perekam di depan masing-masing komputer?" tanyanya memastikan. Sang penjaga warung internet pun mengangguk. "Ya, ada kamera perekam. Kami memasangnya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan." Akan tetapi, sama saja. Seluruh kamera perekam itu dimatikan pada pukul 21.00. Johnny yang sedari tadi berusaha menahan emosi pun akhirnya memukulkan tangannya pada meja sang penjaga warung internet.

"Siapa yang menjaga warung internet ini pada malam kejadian?" Braile kembali bertanya. Sang penjaga warung internet segera membukakan dokumen berisi jadwal penjaga lengkap dengan namanya. "Yang berjaga malam itu adalah Park Jisung, pekerja paruh waktu kami yang masih kelas dua SMA," jelas sang penjaga warung internet tersebut. "Ah, pantas saja dia tidak menyadari," lanjutnya kemudian dengan berkacak pinggang.

"Apakah Anda pemilik warung internet ini?" Braile kembali bertanya.

Pria yang berusia awal dua puluh tahunan itu pun menggeleng. "Bukan, saya juga pekerja paruh waktu di sini. Pemiliknya adalah Qian Kun. Lulusan Teknik Komputer yang sekarang sedang melanjutkan studi S2 di universitas yang sama ketika ia menempuh studi S1—Universitas Indonesia," jelasnya. Braile dan Mark yang mendengar penjelasan itu pun mengangguk paham. Sedangkan Johnny masih berusaha untuk mengontrol emosinya yang masih berada di puncak.

"Anda menjelaskan bahwa Anda juga merupakan seorang pekerja paruh waktu di sini. Lalu, apa kegiatan Anda sehari-hari?"

"Saya seorang mahasiswa tingkat akhir jurusan Ilmu Komunikasi yang tinggal menunggu waktu untuk wisuda di universitas yang sama dengan Kun. Dia adalah kakak tingkat saya."

"Bagaimana Anda mengenal Kun? Bukankah kalian dari jurusan yang berbeda?"

"Kami saling kenal karena berada dalam satu organisasi kampus yang sama. Kun masih aktif di BEM universitas meskipun dia sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir saat itu." Braile mengangguk lagi setelah mendengarkan penjelasan dari Jaemin.

"Lalu, siapa nama Anda?"

"Na Jaemin."

Meskipun mereka tidak mendapatkan apa-apa mengenai keberadaan pencuri data. Akan tetapi, Braile berhasil mengorek informasi yang mungkin berguna untuk membantu penyidikan. Sekarang, kuncinya berada pada Park Jisung, yang menjadi penjaga warung internet di malam kejadian. Mark sudah meminta jadwal jaga warung internet tersebut. Mereka bertiga sudah berencana untuk kembali berkunjung ketika Jisung menjadi penjaga warung internet lagi.

Sedangkan di seberang sana. Seseorang sedang berada dalam sambungan telepon.

"Apakah karyawan saya yang bernama Braile Nathalie berada di sana untuk mengurus keperluan rekeningnya?"

"Ya, Pak Jeff. Saat ini Nona Braile Nathalie sedang dilayani oleh Customer Service untuk mengurus keperluan rekeningnya."

"Baik, terima kasih."

Oh, ternyata dia tidak berbohong, pikir Jeff dalam hati.

"Pak Jeff," panggil seseorang yang membuat Jeff membalikkan badannya.

"Ah, ya, Dokter Kim. Saya sudah membawa sampel DNA-nya."

Continue Reading

You'll Also Like

49K 3.5K 50
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
53.3K 10.9K 13
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
824K 87.2K 58
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
48.4K 6.4K 39
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...