About Everything [END]

By fairytls

934K 119K 116K

[PRIVAT, FOLLOW UNTUK BACA LENGKAP] Laluka Lotusia gadis yang menjadi korban bullying di sekolahnya, dia tida... More

P R O L O G U E
1. Angkasa High School
2. Slytherin
3. Pearl Family
4. Fried Rice
5. Unexpected
7. Careless
8. School
9. Damn! Meet Again
10. Beginning of Trouble
11. Allergy?
12. Wagering
13. Racing
14. She's a Antagonist
15. Thank You, Bad Boy
16. Scholarship Revoked
17. Cooking For Bad boy
18. Bullying
19. Offering Help
20. Nothing is Free, Little Girl
21. Unclear Gang
22. Bullying Again
23. Deal With The Bad Guy
24. Mrs Mahendra
25. Turn On
26. Axel's Arrival
27. New Student
28. The Jealous
29. First Kiss
30. Love Triangle
31. Blue Sea
32. Problem Is Coming
33. Disappointed
34. Father Or Son
35. Company Party
36. Company Party II
37. Rumors
38. Angkasa's Past
39. Live In Hostel
40. Boyfriends?
41. Kill Yourself Or Be Killed
42. Between Life Or Death
43. They Confess To Luka
44. She's Alleana Maracle Pearl
45. Mortal Enemy
46. Open Eyes
47. Luka Parents
48. Choose Who?
49. Select All
50. Is It Love?
51. Exam
52. Elang's Secret
53. Foot Candy
54. Last Day Of Exam
55. Take Report
56. School Holidays
57. First Date With Axel
58. Second Date With Angkasa
59. Third Date With Orion
E P I L O G U E

6. Eating Together

19.1K 2.2K 142
By fairytls

Krukk krukk

"Lo lapar?" tanya Orion.

Luka menunduk menatap tautan tangannya yang berada di atas paha, ia bungkam, malu untuk menanggapi perkataan Orion. Kenapa perutnya harus berbunyi di hadapan Orion, memalukan! Rasanya dia ingin menghilang detik ini juga.

Perlahan Luka turun dari atas brangkar, kemudian melewati tubuh Orion melangkah menuju pintu.

Orion berbalik badan. "Mau ke mana?" tanyanya menatapi punggung gadis itu.

"Pulang," jawab Luka.

Orion mengayunkan tungkai lantas berdiri membelakangi pintu keluar membuat gadis itu menghentikan langkah dan mendongak tinggi dengan tatapan polosnya. Orion menyambar tangan Luka sedangkan tangannya yang bebas memutar kenop pintu, setelah pintu dibuka Orion menarik pelan tangan Luka keluar dari ruangan tersebut.

"Kamu kenapa narik aku?" tanya Luka bingung.

"Lo bilang mau pulang." Orion membalas datar.

"Mau ke mana kalian berdua?" cetus Fino. Laki-laki itu baru saja kembali dari kantin rumah sakit setelah mengisi perutnya.

"Kunci motor lo," pinta Orion kepada Fano. Tanpa banyak tanya Fano memberikan kunci motornya.

"Gue mau nganterin Luka pulang, kalian bisa balik ke sekolah," lontar Orion.

Sampai di parkiran Orion segera naik ke atas motor. "Ayo naik," titah Orion melihat Luka yang hanya diam.

Luka kesulitan naik ke atas motor dikarenakan tinggi tubuhnya yang minimalis. "Pegang pundak gue kalau susah naiknya," ucap Orion melihat Luka dari kaca spion.

"Makanya dari kecil harus rajin minum susu biar lo tumbuh tinggi," ejek Orion tersenyum sangat tipis dibalik helm full face-nya.

Luka tak menghiraukan perkataan Orion, ia tidak mau terlihat sok akrab padahal mereka baru bertemu dua kali. "Sudah," ucap Luka. Orion segera menghidupkan mesin motor dan melaju meninggalkan kawasan rumah sakit.

Angin berhembus meniup anak rambut Luka, matahari tidak terlalu terik sinarnya menerpa lembut wajah gadis itu. Ia tidak pernah naik motor sport sebelumnya, ternyata begini rasanya, seru. Tidak pengap seperti naik kendaraan umum. Pohon di pinggir jalan berbaris rapi membuat mata sejuk menatapnya. Banyak kendaraan lain di sisi kiri maupun kanan sedikit padat namun tetap bisa bergerak dan melaju dengan stabil.

"Rumah lo di mana?" tanya Orion.

"Hah?"

"Rumah lo di mana?" ulang Orion lebih keras.

"Terus aja nanti aku kasih tahu," jawab Luka.

Cukup lama berkendara akhirnya Orion berhenti di sebuah rumah kecil. Luka segera turun. "Makasih," ucap Luka.

"Hm."

"Lo tinggal di sini?" tanya Orion.

Luka menoleh ke arah tempat tinggalnya sekilas dan kembali menatap Orion lantas menyenggut satu kali. "Iya, aku tinggal di sini," jawab Luka.

Satu menit lamanya Orion bergeming dari tempatnya membuat gadis itu bingung. Apa Luka harus menawari Orion untuk singgah ke rumahnya? Pikir Luka demikian.

"Kamu nggak pulang?" tanya Luka agak canggung, takut jika Orion mengira dirinya tengah mengusir laki-laki itu.

"Lo ngusir?"

"Bu-bukan begitu," balas Luka tak enak hati.

"Lo nggak lapar?" tanya Orion. "Gue boleh mampir sebentar? Gue laper."

"Eh, ta-tapi." Sebelum Luka melayangkan protes, Orion terlebih dahulu melangkah menuju kursi yang berada di teras rumah Luka.

"Pinjam handphone lo," pinta Orion. Luka mengeluarkan ponsel dari saku dan menyodorkannya kepada Orion.

Tangan Orion bergerak lincah di atas ponsel android milik Luka, setelah selesai ia mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya. Luka melihat ada aplikasi baru yang terinstal pada ponselnya, beruntung Luka memiliki kuota. Luka mendudukkan diri di samping Orion namun ada meja kayu bundar yang menjadi penghalang di antara mereka. Sepuluh menit tak ada yang membuka suara maka datanglah seorang pria paruh baya membawa kantong berisi dua kotak makanan.

Orion segera menerima kotak makanan itu. "Makasih, Pak," ucap Orion.

"Sama-sama, Dek," balas pria pengantar makanan itu sebelum pergi dari depan rumah Luka bersama motornya.

Orion mengeluarkan dua kotak makanan serta dua gelas jus jeruk dari dalam kantong, ia menaruhnya ke atas meja.

"Makan." Orion mendorong satu kotak makanan ke arah Luka.

Orion membuka kotak makanannya, berisi nasi goreng special lengkap dengan ayam, sosis, dan juga telur. Orion mulai makan sambil melihat keadaan sekitar. Karena jika melihat Luka itu tidak perlu, buat apa? Luka menatap Orion yang makan dengan santai.

Luka meraih jatah makan miliknya. "Nasi goreng," gumam Luka.

"Kenapa, nggak suka?" tanya Orion.

"Suka," balas Luka cepat.

Luka mulai makan. Mereka makan tanpa ada percakapan sampai selesai makan pun mereka berdua masih tetap diam. "Gue pulang," pamit Orion.

"Lo nggak perlu ganti rugi soal motor gue kemarin. Thanks udah nolong gue," lanjut Orion.

Luka terkejut mendengar perkataan yang Orion lontarkan, benarkah ia tidak perlu ganti rugi?

"Beneran?" tanya Luka memastikan.

"Hm."

Setelah Orion pergi Luka segera membereskan kotak bekas mereka makan sambil tersenyum tipis dan segera membuangnya ke tempat sampah yang berada di samping rumahnya. Sebenarnya rumah yang Luka tinggali bukanlah rumah miliknya, Luka hanya membayar sewa.

Luka memasukkan kunci ke lubang pintu dan segera membuka pintu rumahnya. Rumah Luka tidak luas, hanya ada ruang tamu minimalis, dapur kecil, serta satu kamar tidur di mana bagian dalamnya sudah terdapat kamar mandi dan juga toilet. Cukup nyaman untuk ditempati satu orang saja.

Luka segera mandi karena ia akan pergi bekerja di salah satu restoran elite, suatu keberuntungan ia bisa diterima kerja di sana. Tentu saja ia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, Luka telah bekerja part time dari awal masuk sekolah menengah atas.

***

Malam ini Luka mengenakan seragam putih dengan dasi diikat pita pada lehernya dan rok selutut berwarna hitam. Ia dengan cekatan mengangkat piring kotor serta membersihkan meja setelah pengunjung pergi.

Restoran selalu ramai, mulai dari pengunjung kelas menengah hingga kelas atas. Para Chef sibuk membuat hidangan, pelayan sibuk ke sana ke mari mencatat pesanan, penyambut tamu juga selalu tersenyum di dekat pintu masuk. Itulah pemandangan yang Luka lihat malam ini, ia hanya bertugas mengangkat piring kotor, mencucinya, serta membersihkan meja.

Jam menunjukkan pukul setengah delapan malam. Pengunjung dari kelas atas mulai berdatangan untuk makan malam, mereka mengenakan setelan jas serta gaun yang cantik, terlihat sangat berkelas! Tentu saja, mereka orang kaya dari kalangan atas.

Alunan musik klasik piano dan biola yang sedang dimainkan menambah kesan mewah dari restoran ini.

Tiba-tiba rekan kerja Luka membawa setumpuk piring kotor, mereka berdua dengan cekatan segera mencucinya. Sama seperti malam sebelumnya, restoran ini didatangi banyak pengunjung. Setelah mencuci piring Luka menyusunnya satu-persatu di tempatnya.

"Mom," rengek Alexa manakala memasuki sebuah restoran mewah.

"Shutss, kita mau dinner sama rekan bisnis Daddy kamu. Jangan banyak mengeluh," tegur sang Mommy.

Alexa cemberut mendengar teguran sang Mommy, dia sangat tidak suka situasi ini. Ayolah siapa pun tolong selamatkan Alexa?

Sampai di meja mereka, Daddy dan Mommy serta Alexa segera duduk di meja khusus yang sudah mereka pesan sebelumnya. Pelayan datang siap mencatat pesanan namun Daddy Alexa memberi isyarat agar menunggu terlebih dahulu. Lima menit berlalu akhirnya orang yang mereka tunggu datang.

"Selamat malam." Daddy Alexa segera berjabat tangan dengan orang yang baru saja menyapanya.

"Selamat malam Pak Angkasa. Selamat bergabung, silakan duduk." Daddy Alexa mempersilakan rekan bisnisnya duduk.

"Apa kalian sudah menunggu lama?" tanya pria yang bernama Angkasa tersebut.

"Tidak, kami juga baru saja tiba di sini," jawab Daddy Alexa.

"Ini anak saya," ucap Angkasa memperkenalkan anaknya.

"Orion." Orion memperkenalkan dirinya kepada orang tua Alexa.

Alexa berkutat dengan ponselnya tidak begitu memperhatikan Angkasa dan Anaknya. Sampai sang Daddy berdeham cukup keras.

"Alexa," panggil sang Mommy.

Alexa melihat Mommynya sekilas lalu beralih menatap rekan kerja sang Daddy. Matanya melotot ketika tahu bahwa anak dari rekan kerja Daddynya adalah Orion, pujaan hatinya.

"Ion," pekik Alexa senang.

"Kalian sudah saling kenal?" tanya Daddy Alexa melihat sang putri dan Orion secara bergantian.

"Udah, Dad," sahut Alexa cepat.

"Baguslah kalau begitu. Kalau kalian bosan dengan pembahasan bisnis yang akan kami bahas, kalian berdua bisa pergi ke taman," usul sang Daddy.

Continue Reading

You'll Also Like

630K 104 2
Cerita ini sebelumnya berjudul DARA. Di remake melalui buku A Brief Inquiry to Self-Discovery © 2023, 9th July, A Brief Inquiry to Self-Discovery by...
355 239 25
"Manusia itu bukan Matematika yang didalamnya lebih dari satu rumus, yang bisa dengan gampang dijelaskan dengan logika." Gwenda Aquella Sachi. "Bah...
28K 412 130
Welcome to "Dunia Oren" 💛 Tempatnya orang bisa membayangkan/menghalukan menjadi "Pemeran Utama" di sebuah cerita yang lagi dibaca 😁 Ini adalah reko...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.4M 300K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...