BUCINABLE [END]

Bởi tamarabiliskii

16.1M 1.6M 588K

Galak, posesif, dominan tapi bucin? SEQUEL MY CHILDISH GIRL (Bisa dibaca terpisah) Urutan baca kisah Gala Ri... Xem Thêm

PROLOG
1. Kolor Spongebob
2. Seragam Lama
3. Hadiah Untuk Gala
4. Lagu Favorit
5. Gara-Gara Kopi
6. Bertemu Bunda
7. Kesayangan Riri
8. Gala VS Dewa
9. Mirip Ilham
10. Pelampiasan
11. Kabar Buruk
12. Kelemahan
14. Tawaran Menarik
15. Syarat Dari Riri
16. Tersinggung
17. Foto Keluarga
Daily Chat 1- Kangen
18. Peraturan Baru
19. Tanpa Riri
20. Gagal
21. Amora VS Riri
22. Singa dan Kura-Kura
23. Diculik?
24. Kisah di Masa Lalu
Daily Chat 2 - Ngambek
25. Jalan-Jalan
Daily Chat 3 - Cemburu?
26. Ingkar Janji?
Daily Chat 4 - Kecewa
27. Are You Okay, Gal?
28. Bawa Kabur?
29. Campur Aduk
Daily Chat 5 - Caper?
Daily Chat 6 - Lanjutan Sebelumnya
30. Prom Night
Daily Chat 7 - Drama Instastory
31. Menghilang
32. Yummy
33. Sunmori
Daily Chat 8 - Marah
Daily Chat 9 - Tweet Gala
34. Rencana Amora?
35. Pengorbanan?
Daily Chat 10 - Bayi Gede
36. I Love You!
37. Mama?
38. Permen Kis
39. Mode Bayi!
Daily Chat 11- I Love U
40. Fakta-Fakta
41. Fucking Mine
Daily Chat 12 - Mabuk
42. Bocil Kesayangan
43. Hug Me
Daily Chat 13 - Prank
44. PMS
45. He's Angry
46. Break?
Daily Chat 14 - Break? (Penjelasan Penyakit Gala)
47. Camp
48. Terlalu Toxic
49. Bucin
50. Bukan Tuan Putri
51. Selesai?
52. Ending (Baru)
PO MASSAL BUCINABLE
Special Chapter
BUCINABLE SEASON 2?!
GALA & RIRI [Bucinable Universe]
BUCINABLE 2 UPDATE!!!

13. Panti Asuhan

286K 27.6K 13.9K
Bởi tamarabiliskii

Hai fren, aku balik lageeee setelah gak update satu jam☺☺☺😘😘😘😘

Udah siap baca belom? Di chapter ini bakal ada shsnamammaakmsgdg, ya gitu pokonya!

Aku bakal update lagi kalo vote dan komen udah lebih dari chapter sebelumnya yaw💖💖💖

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

Riri bersyukur, hari ini keadaan Gala terlihat lebih baik daripada satu minggu yang lalu. Tepatnya saat Gala harus menerima kenyataan pahit dengan mengikhlaskan kepergian papa dan juga mama tirinya.

Sehari setelah pemakaman Abraham dan Anita dilaksanakan, keadaan Gala sempat memburuk. Gala down hingga mengalami demam tinggi dan sekujur tubuhnya menggigil kedinginan. Untungnya hal itu tidak berlangsung lama, hanya tiga hari saja.

Tidak hanya itu, sehari setelah Gala sembuh dari sakitnya, sikap Gala juga berubah total. Gala menjadi lebih banyak diam dan sengaja menutup diri dari lingkungan sekitar. Gala tidak mau bertemu dengan siapapun.

Jadi, selama satu minggu ini Gala benar-benar tidak bertemu dengan siapapun, kecuali Riri yang setiap pulang sekolah selalu menyempatkan untuk datang ke apartemen Gala. Rencananya, Senin depan Gala baru masuk sekolah seperti biasa. Itupun karena bujukan dan rayuan dari Riri.

"Nih susu."

Gala meletakkan satu gelas susu rasa stroberi di meja. Lalu ikut duduk di samping Riri yang tengah asyik menonton kartun. Entah kartun apa, Gala tidak tahu namanya.

"Susu siapa?" Tanya Riri tanpa menolehkan kepala. Gadis itu fokus dengan tontonan di layar televisi. Karena tadi pagi saat di rumah, Riri belum selesai menonton, tapi Gala sudah menyuruhnya datang ke apartemen. Mau tidak mau Riri harus ikut bersama sopir yang sudah Gala tugaskan untuk mengantar jemput Riri selama satu minggu ini. Lagi-lagi hari libur Riri harus terganggu karena keegoisan Gala yang selalu menginginkan Riri ada di dekatnya.

"Ck! Pake nanya susu siapa, ya susu lo lah!" Decak Gala sebal. Satu tangannya menarik kepala Riri agar bersandar di dada bidangnya.

"Susu Riri?" Riri menatap segelas susu dan Gala bergantian dengan tatapan bingung. "Tapi punya Riri masih...utuh."

Tahu akan maksud Riri, Gala buru-buru mengoreksi ucapannya. "Maksudnya susu yang gue bikin buat lo. Aduh! Otak lo sekecil apa sih?! Bego banget. Untung gue cinta. Kalo gak, udah gue ceburin lo ke selokan sampe muka lo gepeng," kesal Gala menoyor kepala Riri pelan.

Bibir Riri mencebik kesal. "Maksud Riri susu siapa itu, susu kambing apa susu sapi ih?! Kan di kulkas Gala ada susu sapi sama susu kambing dan dua-duanya rasa stroberi. Tapi tadi Gala malah jawab susu Riri. Gimana sih, susu Riri kan--"

"Gue geprek muka lo kalo masih lanjutin omongan lo itu, Ri!" Peringat Gala menahan geram. "Lo juga nanyanya salah. Harusnya nanya susu apa?! Bukan susu siapa?!"

Riri terkikik geli melihat ekspresi kesal Gala sekarang. Meski kesal, lihatlah sejak tadi tangan Gala tidak berhenti mengusap-usap kepala Riri yang sempat ia toyor.

"Gala jangan marah-marah~, takut nanti jadi gila~," nyanyi Riri pelan menirukan video TikTok yang Ilham kirim beberapa hari yang lalu.

Mata Gala membulat sempurna. Ia sudah tahu lagu itu karena dari kemarin Riri selalu menyanyikannya saat Gala sedang marah. Gala bersumpah, setelah bertemu dengan Ilham nanti, ia akan memberi pelajaran pada cowok tengil itu. Agar tidak memberi asupan yang aneh-aneh lagi pada otak polos Riri.

"Diem ah! Suara lo itu buat gue pengen berak!" Cibir Gala tak berperasaan.

"Iya-iya, Riri diem ih. Marah terus."

"Minum keburu dingin."

Mengangguk, Riri segera meminum susu yang Gala buatkan dan membiarkan Gala memegangi gelasnya hingga susu itu habis tak tersisa.

"Sana mandi, habis itu ikut gue ke panti asuhan," ucap Gala sembari membersihkan sisa-sisa susu di bibir Riri yang sedikit belepotan.

"Panti asuhan?" Tanya Riri kaget. "Gala mau buang Riri ke panti asuhan?!" Tebaknya ngawur.

Seketika wajah Riri langsung berubah jadi sedih. Apakah Gala benar-benar akan membuangnya begitu saja? Seperti di sinetron-sinetron azab yang seringkali ia tonton bersama Joko.

"Iya, gue mau ganti cewek yang lebih bahenol," angguk Gala seperti tanpa dosa. Membuat mata Riri berkaca-kaca sedih. "Bosen sama lo yang mungil kek upil."

"Ih! Gak boleh!" Riri memukuli bahkan menggigit lengan Gala saking kesalnya. "Riri janji bakal jadi bahenol! Pokonya jangan buang Riri huaaaa!!!"

"Huaaaa jangannnn!!!"

"Gue cuma bercanda, Ri. Astaga!"

Gala berhasil menangkap dua tangan Riri dan sekarang menggenggamnya erat. "Gue sama anak-anak mau ngadain acara di panti asuhan nanti sore. Lo mau ikut apa gak?" Jelas Gala membuat Riri langsung diam. Tidak lama kemudian, Riri mengangguk dengan lelehan air mata yang tidak bisa ia usap.

"Tapi jangan buang Riri ke panti asuhan."

"Enggak. Udah sana mandi. Lo bau got."

Plak

"Sakit anjrit! Durhaka lo sama calon suami!" Protes Gala mengusap-usap kepalanya yang dipukul oleh Riri. Sebenarnya tidak terlalu sakit. Hanya saja, ya tahu sendiri lah, Gala si tukang modus. Pasti ada maunya.

"Abisnya Gala nyebelin. Riri gak bau. Tadi pagi waktu mau ke sini, Riri udah mandi kok. Nih gak bau!"

Dengan sedikit rasa kesal Riri menyodorkan ketiaknya ke muka Gala. Membuat cowok dengan wajah garang itu diam-diam tersenyum geli. Riri kalau sedang marah, memang menggemaskan.

"Itu kan pagi. Sekarang udah siang. Jadi lo bau lagi," alibi Gala menahan tawa.

"Eh! Sakit nih pala gue. Lo abis geplak main pergi aja. Cium dulu, cepet!"

"Gak!" Riri menghempaskan tangan Gala yang mencekal pergelangan tangannya.

"Cium, Ri! Argghhh gue bisa gagar otak nanti!" Teriak Gala mengacak rambutnya sendiri. "Ayo cepet cium!"

"Gak mau!"

"Arrggghhh cium dulu, Ri!"

"Ayo ci--"

Cup

"Jangan marah-marah nanti gantengnya ilang," kekeh Riri setelah mendaratkan satu kecupan di puncak kepala Gala. "Udah ya, Riri mau mandi dulu."

Gala memainkan lidahnya di dalam mulut untuk menahan senyum. Sementara itu satu tangannya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Entah kenapa wajahnya tiba-tiba terasa panas. Rasa itu menjalar dari pipi hingga telinga.

"Shit! Gue baper!"

Drttttt....drttt...drttt...

Gala berdecak. Matanya teralihkan pada ponsel yang ia letakkan di atas meja. Ternyata panggilan masuk dari si jenglot Ilham.

"Paan?"

"Paan, paan. Basa-basi dulu kek. Lo emang--"

"Lo udah basi. Cepet apaan?!"

"Gue cuma mau ingetin lo, jangan lupa nanti kumpul dulu di markas jam tiga. Satu jam lagi."

"Gue gak pikun."

"Ya kali aja, gue sebagai anak buah yang baik kan cuma ngingetin. Oh iya, lo jadi bawa Riri?"

"Jadi. Kenapa? Masalah?"

"Buset, gue cuma nanya. Kalo lo bawa Riri ntar biar si Alan bawa ceweknya. Biar Riri gak kesepian."

"Kesepian mata lo! Riri udah sama gue. Gak bakal kesepian. Lo tuh yang kesepian. Dasar jomblo karatan!"

"Ya maksudnya biar ada temen ceweknya. Lo lama-lama ngeselin pengen gue ban--"

Tut. Sengaja Gala mematikan sambungan telfon Ilham secara sepihak. Telinganya sudah panas mendengar ocehan Ilham yang sangat tidak berfaedah. Lebih baik sekarang dirinya juga bersiap-siap.

"Lama amat, tuh bocil mandi apa nguras wc sih?!" Dumel Gala setelah selesai siap-siap dan kini mendudukkan dirinya di tepi tempat tidur.

Untuk siap-siap Gala hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit. Sementara Riri yang sudah lebih dulu mandi, hingga kini belum terlihat juga batang hidungnya.

"Lama amat lo!" Semprot Gala begitu Riri keluar dari kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. "Lo mandi apa nguras wc, hah?!"

"Gala jangan marah-marah ih! Tadi Riri eek dulu!"

"Ck! Punya cewek hobi berak!" Ledek Gala. "Udah lo semprot belom?!"

"Apa?"

"Ya berak lo. Ntar lupa lagi kaya kemarin. Terus si kuning pada nimbul-nimbul bikin mata gue sepet!"

"Iiiiihhh jorok!"

"Lo yang jorok! Berak gak disiram!"

"Gala jangan marah-marah!" Teriak Riri cukup kencang.

Karena kesal Gala balas berteriak. "Ya lo lama! Ntar telat. Besok-besok gue aja yang mandiin!"

"Gak mau! Riri bukan orang mat--aaaaaa!!!"

Gala menarik tangan Riri hingga gadis itu terjatuh tepat di sampingnya. "Bacot banget. Sini gue sisirin."

"Apanya?" Mata Riri mengerjap polos. Memang dasarnya otak Riri ini terlalu polos dan...bego.

"Rambut lo lah. Emang apa lagi yang bisa disisir? Bulu ketek lo panjang? Hah?"

Meski kesal, Riri tetap memberikan sisirnya pada Gala. "Nih, pelan-pelan kalo nyisir. Ntar rambut Riri nyangkut lagi di sisir kaya kemarin."

"Itu karena lo. Disisirin bukannya diem malah heboh kaya reog!"

Riri hanya diam, tidak lagi menanggapi ucapan Gala yang meledeknya habis-habisan dan membiarkan Gala menyisir rambut sepunggungnya dengan begitu telaten.

Jujur, Gala lebih suka rambut Riri yang sekarang. Karena menurutnya rambut pendek Riri seperti dulu hanya akan memperlihatkan leher mulus Riri yang bisa mengundang perhatian buaya-buaya bermata keranjang di luaran sana.

"Gue kepang dua, ya?"

Jelas saja Riri langsung menolak tawaran Gala. Memangnya dia ini anak TK apa? Gala memang suka mengada-ada.

"Gak mau! Nanti Riri kaya bocil!"

Terkekeh, Gala menghirup aroma wangi stroberi di rambut Riri dengan rakus. "Tapi lo kan bocil gue, lupa hm?"

*****

"Kakak ini yang namanya kak Gala, ya?"

Gala mengangguk kikuk. "Hm, gue Gal--" Belum sempat melanjutkan ucapannya gadis di depan Gala itu langsung menerjangnya dengan pelukan erat.

"Makasih kak! Makasih karena kak Gala udah nolongin aku! Makasih kak Gala udah bawa ke kantor polisi orang yang jahat sama aku! Pokonya makasih banyak!"

Gala menatap teman-temannya bingung. Seolah meminta penjelasan. Namun semua anak Drax juga terlihat kebingungan dan tidak tahu jawaban atas pertanyaan Gala. Sementara Riri, gadis itu merasa jealous melihat Gala dipeluk cewek lain seperti sekarang.

"Lepas ih! Kok kamu peluk-peluk Gala!" Riri memaksa gadis itu melepaskan pelukannya hingga benar-benar terlepas.

"Mor, yang sopan."

Semua orang lantas menoleh pada sumber suara. Dio, cowok itu baru saja keluar dari dalam panti.

"Aduh, sorry Gal. Ini Amora adek panti gue. Dia yang pernah gue ceritain ke lo. Dia korban pel---"

Gala mengangguk cepat setelah ingat ternyata gadis yang bernama Amora ini adalah korban pelecehan yang pelakunya sudah Gala dan anak Drax lainnya tangkap dan bawa ke kantor polisi beberapa waktu yang lalu.

"Gue udah inget, Yo."

"Sorry banget, ya." Dio menarik Amora mendekat ke arahnya. Cowok itu merasa tidak enak pada Gala karena tingkah Amora yang kurang sopan. Amora sudah 16 tahun. Harusnya gadis itu bisa menjaga sikap lebih baik. Tidak kekanakan seperti tadi.

"Minta maaf sama mereka, Mor. Lo tadi gak sopan karena main peluk aja."

"Kak Gala, aku minta maaf."

"Hm," angguk Gala. "Gak masalah."

"Sama---" Dio menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena lupa siapa nama gadis yang ada di samping Gala.

"Riri," sahut Gala terkekeh pelan. Tangannya langsung merangkul pundak Riri. "Udah gak papa, Yo. Ini acaranya langsung mulai apa gimana?"

Gala sengaja mengalihkan topik pembicaraan mereka karena tidak mau masalah tadi semakin runyam. Ia juga peka kalau Riri pasti cemburu dengan tingkah Amora tadi.

"Kalian masuk aja dulu, adek-adek panti gue yang lainnya udah nunggu di dalem. Tinggal nunggu pengurus panti sama Ibu panti gue yang masih siap-siap."

"Ya udah kalian masuk dulu gue mau nyebat bentar," suruh Gala pada semua anak Drax dan mereka langsung menuruti perintah dari Gala tanpa bantahan.

Gala mengalihkan tatapannya pada Riri. Meraup bibir manyun Riri dengan tangannya. "Manyun mulu, mau gue cium, hm?"

"Gak!" Jawab Riri ketus. Riri masih berdiri di hadapan Gala dengan tangan bersidekap dada. Sementara Gala, cowok itu sudah duduk di kursi yang ada di teras panti asuhan ini dan mulai menyalakan rokok yang ia ambil dari saku jaket.

"Sini duduk."

"Kursinya cuma ada satu! Masa Riri mau lesehan?!"

Gala berdecak. "Apa gunanya paha gue. Sini cepet!" Gala menepuk satu pahanya. Mengisyaratkan agar Riri segera duduk di sana.

"Gak mau, Riri malu ih."

"Halah, sok-sokan malu. Kalo lagi berdua, ketek gue aja lo endus-endus."

Riri menatap kepulan asap rokok di wajah Gala sambil menghentakkan kakinya kesal. "Riri gak suka bau rokok!"

Gala terkekeh pelan. "Ya, lo kan sukanya bau ketek gue."

"Enggak!"

"Sini, ntar gue kasih permen lolipop."

Mendengar tawaran menarik dari Gala, kedua mata Riri langsung berbinar. "Permen lolipop?" Tanya Riri sumringah.

Kapan lagi Gala memperbolehkan makan permen. Biasanya Riri harus makan permen sembunyi-sembunyi terlebih dahulu atau harus merengek agar Gala memperbolehkannya memakan permen. Itupun hanya diperbolehkan seminggu sekali.

"Duduk sini." Gala menarik Riri sampai gadis itu terduduk di satu pahanya dengan posisi menyamping.

"Mana permennya?!"

Gala membuang dan mematikan sisa rokoknya dengan sepatu. Tangannya kemudian merogoh saku jaket untuk mengambil apa yang Riri minta. "Nih, dasar mata permenan," ejek Gala sambil meraup wajah Riri dengan tangannya karena terlalu gemas.

Gala sampai heran sendiri, kenapa dalam keadaan apapun, Riri itu selalu terlihat menggemaskan.

"Cuma satu?"

"Cimi siti?" Tiru Gala. "Ngelunjak lo. Dikasih hati minta jantung, paru-paru, usus, tenggorokan. Semua aja lo minta."

Bibir bawah Riri mencebik saat permen yang coba ia buka tak kunjung berhasil. "Susah. Gala bukain dong."

"Ck! Lo buka permen gini aja gak bisa," decak Gala namun tetap mengambil alih permen itu dan membukakannya.

"Kalo buka permen gue bisa gak?"

Riri menerima permen yang Gala bukakan dan memasukkannya ke dalam mulut. "Gala punya permen?"

"Punya lah. Ya kali gak punya. Permen gue lebih panjang, gede dan enak."

"Emang iya?"

"Hm." Kepala Gala mengangguk seolah ucapannya sangat serius. "Selain gue, cuma lo yang boleh buka dan liat permen gue."

Senyum Riri merekah mendengar ucapan Gala. Pasti permen milik Gala, permen yang langkah. Begitu pikir otak polos Riri. "Mana-mana? Riri mau lihat," ucap Riri semangat empat lima. Gadis itu terlihat begitu antusias dengan permen yang Gala bicarakan.

"Ntar aja."

"Ih sekarang!"

"Ntar aj--"

Riri menendang kaki Gala. "Riri mau liat sekarang!"

Gala menghela napas. "Oke, bentar."

Riri memerhatikan Gala dengan saksama saat cowok itu merogoh celananya lalu mengeluarkan satu permen lolipop yang memang lebih panjang dan besar dari permen yang Riri makan sekarang.

"Nih, puas lo?!"

"Ih pasti enak!" Cengir Riri langsung mengambil alih permen yang sejak tadi Gala bicarakan.

"Ya iyalah, kan dari tadi gue juga udah bilang kalo permen gue lebih panjang, gede dan enak."

"Bilang apa lo sama gue?"

Riri menatap Gala dengan senyum merekah bahagia. "Makasih Gala!"

Inilah yang paling Gala sukai dari Riri. Membuat Riri bahagia itu memang sangat mudah. Hanya dengan hal-hal sederhana. Dengan memberinya permen seperti ini misalnya. Tidak perlu dengan barang mewah atau lainnya seperti kebanyakan cewek di luaran sana.

Bukannya pelit atau perhitungan, Gala bisa saja memberi Riri semua kemewahan itu bahkan lebih banyak. Namun sayangnya, Gala sudah tahu, Riri justru tidak menyukai hal-hal seperti itu.

"Minta."

Senyum Riri perlahan memudar. Baru saja senang karena Gala memberinya dua permen lolipop hari ini, sekarang malah diminta lagi. "Minta in--"

"Ini aja." Gala mengambil permen lolipop yang ada di mulut Riri lalu memasukkan ke dalam mulutnya sendiri.

"Ih itukan bekas Riri!"

Gala mengacak rambut Riri pelan dan mencuri satu kecupan di pelipis Riri. "Gak papa cil, sisa lo lebih nikmat."

"Tap--"

"Maaf kak, acaranya udah mau dimulai. Tadi aku disuruh kak Dio buat manggil kak Gala sama kak...Riri."

Gala mengangguk, tangannya mencegah Riri yang hendak berdiri dari pangkuannya. "Hm, oke."

"Ayo ih!"

Dengan perasaan dongkol, Riri berdiri lalu menarik tangan Gala untuk ia ajak pergi. Entah kenapa, Riri tidak suka melihat keberadaan Amora. Meski sebenarnya, gadis itu tidak melakukan apa-apa.

"Mor."

Amora yang tadinya asyik memerhatikan kepergian Gala dan Riri langsung menoleh ke seseorang yang memanggilnya.

"Bang Rafa, kenapa?"

*****

Setelah acara selesai, Gala membiarkan Riri tetap bermain dengan anak-anak panti. Ya seperti biasa, acara di panti tadi hanya sekedar, makan bersama, bermain game, membagikan buku, membagikan mainan, membagikan uang dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bertujuan untuk membuat semua anak panti merasa terhibur dan bahagia. Kegiatan ini sudah rutin anak Drax lakukan selama kurang lebih satu tahun.

"Lihat deh Gal, Riri bahagia banget ya sama mereka. Gak kaya pas sama lo. Kelihatan tertekan," ceplos Ilham memberikan korek api yang ingin Gala pinjam.

Gala berdecak kasar sambil menghisap rokok yang sudah ia nyalakan. "Lo kemaren ngirim video aneh-aneh lagi kan ke Riri? Itu yang terakhir, Ham. Sampe lo ngirim lagi, gue hajar beneran muka lo."

Bukannya takut, Ilham justru tertawa pelan. "Ya elah, bos. Itu cuma video yang lagi ngetrend di TikTok, apa salahnya sih gue bagi ke Riri. Lagian gak aneh menurut gue."

"Gak aneh! Gak aneh! Tiap gue marah Riri bakal nyanyi lagu itu bego!"

Akbar yang sejak tadi ikut menyimak pembicaraan Gala dan Ilham langsung menyemburkan tawa. "Hahaha anjrot, Riri ada-ada aja. Gak kebayang komuk lo pas Riri nyanyi, Gal. Lagu yang Dinda jangan marah-marah itu kan?"

"Tau ah!" Jawab Gala malas.

"Lihat noh si Alan mojok mulu dari tadi," tunjuk Ilham pada Alan dan Meisya—pacar Alan—yang tengah asyik mengobrol tak jauh dari mereka. "Jadi pengen gue."

"Emang kemaren lo gak coba ajak Nenda, Ham?" Tanya Akbar.

"Mana mau Nenda, pasti lebih milih sama Dewa lah. Secara gantengan abang ipar gue daripada Ilham."

Bukan, itu bukan Ilham yang menjawab, melainkan Gala yang sengaja ingin membuat Ilham panas. Ya, bisa dibilang Gala ingin balas dendam.

"Ck, lo gitu banget, Gal. Harusnya dukung gue lah."

"Gak males."

"Tenang, gue dukung lo Ham," timpal Akbar membuat senyum Ilham merekah. Namun satu detik setelahnya wajah Ilham langsung kembali muram. "Tapi boong hahahaha."

"Dek dek sini abang punya hadiah," panggil Ilham pada anak perempuan berusia enam tahun yang baru saja melintas di depan mereka. Tapi bukannya berhenti anak itu justru tampak ketakutan.

"Ck, muka lo nyeremin, Ham." Gala mengeluarkan satu permen lolipop sisa yang tadi ia berikan pada Riri. Lalu berjalan menghampiri anak perempuan itu.

"Mau gak?" Tawar Gala sembari membungkukkan badan. Membuat anak perempuan itu langsung berhenti.

"Buat aku?" Tanyanya bingung.

Kepala Gala mengangguk dengan senyuman tipis di bibirnya. "Iya, buat kamu. Namanya siapa?"

Anak perempuan itu mengambil permen yang Gala berikan. "Nama aku Kiara. Abang namanya siapa?"

"Gala." Senyum Gala mengembang semakin lebar. Tidak sulit bagi Gala mengobrol dengan bocah seperti ini. Toh, selama ini Riri juga selalu ia anggap seperti bocah. Jadi, Gala merasa sudah terlatih.

"Makasih abang Gala. Kiara suka banget sama permen. Tapi Kiara janji kok, gak makan permen tiap hari. Karena kata ibu panti, itu gak baik. Bisa buat gigi Kiara ompong."

Gala terkekeh. Anak perempuan ini benar-benar mengingatkannya pada sosok Riri sepuluh tahun yang lalu di awal pertemuan mereka. Ya, waktu itu Gala berusia delapan tahun dan Riri masih tujuh tahun. Pertemuan singkat yang berhasil mengubah seluruh hidup Gala sampai saat ini.

"Ya udah, Kiara masuk ke dalem lagi. Main sama yang lain," suruh Gala mengacak rambut Kiara gemas.

Kiara langsung mengangguk. "Bye bye abang ganteng!"

"Ya Tuhan! Lo ngapain di sini?!"

Gala merasa jantungnya hampir copot saat hampir menabrak Riri yang tiba-tiba muncul di depannya dengan tangan bersidekap dada dan bibir mengerucut seperti bebek. Kalau boleh Gala tebak, Riri pasti sedang...ngambek.

"Gala kenapa ngasih dia permen?! Itukan permen buat Riri!"

Gala tersenyum jahil. "Lo cemburu, hm?"

"Gak!"

"Bocil gue ngambek, hm?" Tanya Gala sambil merangkul pundak Riri. Awalnya Riri sempat memberontak tapi karena merasa percuma karena tenaga Gala sudah pasti lebih kuat, akhirnya Riri diam saja. Membiarkan tangan Gala tetap melingkar di pundaknya.

Gala terkekeh gemas lalu mencuri satu kecupan di pipi kiri Riri.

Cup

"Are you jealous, baby girl? Hm?"

*****

Ashsjakakaksjsjsj lama-lama ku bakar nih bumi☺💔

Tenang-tenang, aku gak bakal kasih konflik pelakor kok. Karena aku lebih suka konflik pebinor awowkwkwkak. Gak deng bercandaaaaaa.

Gimana nih, chapter ini kek berantakan bgt gitooo gasieee😫😫😫

Lanjut gak nih?

Pesan buat Gala?

Pesan buat Riri?

Atau buat siapa aja, buat author juga boleh :

Mau up kapan? Spam disini!!! Semakin banyak yg komen dan vote semakin cpt juga up nya.

Spam komen pake emoji ❤ :

Jangan lupa follow instagram :

@tamarabiliskii
@drax_offc
@draxfanbase
@draxfanbase2

@galaarsenio
@serinakalila
@alan.aileen
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan
@rayhandewaa
@danisardhan
@nenda.makaila
@cholineangelica_

See yoouu 🤎🤎

Gala Arsenio Abraham

Serina Kalila

asjskskjsskskskasjsk, ayo pindah ke mars!!!

Ilham

Alan

Alan & Meisya

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

2.3M 22.4K 27
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
998 158 48
Nama nya Arka Dirgantara, laki-laki yang memiliki tatapan seperti elang dan jarang berbicara. Ia juga seorang ketua geng motor yang cukup terkenal. A...
5.8K 735 32
Nadhifa Aurelia. Anak tunggal dari pengusaha sukses di Indonesia. Dhifa terkenal karena kecantikan dan juga kesombongannya. Dhifa benci kehilangan...
6.6K 592 8
Arkana Dananvir Atmagra, laki-laki yang berusia 20 tahun. Kesibukannya kini kuliah serta bekerja di perusahaan orangtuanya. Suatu hari dia tidak seng...