DELUVIE [Tidak Update untuk S...

Da livianindikha

17K 1.5K 323

Emilia, cewek tomboy berkacamata ini, memang badung. Rambutnya dikucir sembarangan, tampangnya manis, dan ora... Altro

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39

Bab 14

325 33 5
Da livianindikha

14. SIAL!

"SEJAK kapan sih, lo jadi begok? Taruhan cuma lihatin hasil raportnya dia yang naik kelas apa enggak. Dia itu temannya Bella dan Mita. Mereka pasti bantuin dia lah buat belajar. Lagian Pak Pras mana sudi, ngebiarin ada anak kelas IPA yang nggak naik kelas di tahun ini. Secara, lo udah bikin harum nama SMA ini atas otak, otot, dan tampang lo ini. Kalau kayak gini caranya, anak-anak udah pasti nganggep lo, jadian sama dia. Dan itu pasti bakal viral lagi."

Sekumpulan kalimat Noel yang pahit-manis itu masih menumpuk di telinga Bara hingga latihan basket selesai. Bara benar-benar lupa, kalau Emilia berteman dengan Bella, cewek yang semua orang tahu, kalau Bella pintar dan jago dalam memberikan penjelasan pelajaran kepada temannya yang tidak mengerti. Padahal sebelum mereka taruhan, Bara memohon kepada Bella dan Mita untuk meninggalkannya berdua dengan Emilia di kantin sekolah waktu itu.

Dan tentang Pak Pras yang tidak sudi membiarkan ada anak kelas IPA yang tidak naik kelas karena perwakilannya yang telah mengharumkan nama baik SMA Garuda, tak terlintas sedikitpun dipikiran Bara. Dia hanya fokus dengan sikap jelek Emilia di sekolah.

Sekarang, cowok berwajah kaku itu sedang berdiri di sisi tempat duduk penonton. Tas olahraga sudah menggantung di pundaknya, tapi matanya diam-diam masih memperhatikan Emilia yang tengah bersiap-siap yang tak jauh dari posisinya.

"Ah, sial!" gerutu Bara pada akhirnya, memalingkan pandangan. "Reputasi gue bisa rusak full-kalau kayak gini!"

Sementara Emilia, sekarang menatap Bara yang kembali memandangnya dengan intens setelah Emilia membereskan isi tas olahraganya.

Sekarang apalagi yang lo mau? gumam Bara dalam hati, sambil menantang tatapan Emilia. Seolah mereka berdua sedang bicara lewat pandangan. Emilia mengangkat kedua alisnya dengan bibir agak menyimpul, tangannya bergerak menyentuh perutnya dengan santai, dan dengan tak tahu malu.

Gue lapar!

Bara menghela nafas pendek dengan mulut ternganga.

"No, ikut gue!" perintah Bara tiba-tiba, tanpa menoleh pada Noel yang sedang memasang tali sepatu sambil jongkok di belakangnya.

"Ke mana?"

"Makan," jawab Bara datar, membuat Emilia tersenyum lebar mendengarnya.

"Di mana?" tanya Noel, mulai berdiri lurus, menatap bagian belakang rambut Bara, karena sedari tadi, posisi temannya itu tidak berubah.

"Di tempat yang dia pengen."

Noel menukikkan salah satu alismatanya dan mengalihkan tatapannya ke tempat Emilia berdiri. Cewek itu menyapanya dengan bibir yang menyimpul.

"Wah, cewek yang beruntung dari sekian banyak cewek di sekolah ini. Bahkan dari si Venny." Ujar Noel dengan wajah terkagum, lalu merangkul pundak Bara. "Ayok, mari kita tanya juga apa seleranya..."

0o-dw-o0

Emilia membawa mereka ke kafe yang biasa ditokronginya bersama Bella dan Mita usai shalat dzuhur karena ajakan Bara. Di sana Emilia memesan Nasi Goreng Spesial. Makanan favoritnya jika dia bosan dengan nasi putih, ditemani dengan segelas es teh manis.

"Lo yakin, minum segelas es teh manis?" tanya Noel agak aneh mendengar yang dipesan Emilia.

Emilia menoleh ke belakang menatap Noel, "Iya, kenapa memangnya?" tanyanya mengerutkan dahi.

"Nggak kenapa-kenapa sih, kita kan habis olahraga. Kenapa nggak minum yang hangat aja," saran Noel.

"Oh," Emilia kembali menatap ke arah menu. "Gue sukanya yang seger-seger, terutama es teh manis, nggak peduli habis olahraga atau bukan. Lagian juga udah biasa."

Bara menarik pundak Noel untuk mendekatkan mulutnya ke telinga cowok itu. "Eh, lo kok tiba-tiba peduliin dia sih? Cuekin aja kenapa, terserah dia mau mesan apaan. Sakit perut-sakit perut deh."

"Iya-iya soriii. Lo kayak nggak tahu gue aja-perhatian ke semua orang."

"Najis lo!"

Bara dan Noel sendiri, memilih makanan yang sama, Beef Burger dengan Susu Coklat hangat pada menu yang tertera. Kemudian mereka bertiga duduk di meja tengah kafe itu menjelang makanan mereka datang. Namun belum sampai dalam hitungan setengah menit saat Emilia menaruh pantatnya ke bangku yang ia duduki, tiba-tiba melihat Bella dan Mita sedang memesan di depan kasir. Nafasnya berhenti sejenak.

Emilia langsung berdiri seketika sampai kursinya berbunyi-bergerak sedikit ke belakang, membuat kedua cowok itu terkesiap sambil memandangnya kaget dengan dahi berkerut.

"Lo kenapa?" tanya Bara melihat Emilia tiba-tiba berdiri dengan tatapan takut, dan dengan mulut ternganga.

Sejak kapan mereka ke sini di akhir pekan? desis Emilia dalam hati, pandangannya masih tak beralih tanpa mempedulikan Bara. Detik berikutnya Emilia menghela nafas panjang. Dia menurunkan wajahnya ke telinga Bara.

"Gue berubah pikiran, nggak usah traktir gue di sini, lain kali aja." katanya tiba-tiba, kembali memandang Bella dan Mita.

Mereka sudah menempati meja paling pajok. Beruntung, mereka sama sekali tidak menyadari kehadirannya di sana.

"Loh, nggak bisa gitu dong, gue kan udah bayar." Jawab Bara menolak, dia terus memperhatikan raut wajah Emilia yang kelihatan cemas, seperti orang yang tidak ingin ketahuan karena berada di kafe ini bersamanya.

"Pokoknya lain kali aja," balas Emilia, kembali menatap Bara, kemudian meninggalkan Bara dan Noel begitu saja.

Noel sendiri merasa Emilia sedang mempermainkan sohipnya itu. Mereka sudah capek-cepek mengikuti kemauan Emilia untuk datang ke kafe ini, tapi ditinggal pergi begitu saja. Tidak terima dengan sikap Emilia barusan, Bara dan Noel mengikuti Emilia dengan pandangan mereka. Mereka melihat Emilia menghampiri Bella dan Mita di meja pojok kafe itu.

"Ada Bella dan Mita rupanya," seru Noel tanpa curiga. "Tinggal bilang, susah amat."

Tapi Bara merasa aneh, kejadian di kantin sekolah beberapa hari yang lalu, ketika Emilia memintanya untuk membelikan dia selain susu coklat, sikapnya persis sama dengan hari ini-menghindari mereka ketika melihat Bella dan Mita. Ada apa gerangan?

Kalau jawabannya karena malu, seharusnya Bara lah yang harus malu jika teman-teman sekolah melihatnya bersama Emilia di kafe ini, pikir Bara.

Semenit kemudian pesanan mereka datang. Dua Beef Burger, satu Nasi Goreng Spesial, dua Susu Coklat hangat, dan satu gelas Es Teh manis. Bara dan Noel memandang hidangan itu.

"Siapa yang makan ini?" tanya Novel menunjuk pesanan Emilia sambil berpaling memandang Bara.

Bara menarik nafas, lalu berkata, "Lo bawa minumannya, gue bawa makanannya." Ucap Bara kemudian, bergerak berdiri dan membawa nampan makanan itu.

Noel hanya menatapnya terperangah. Cowok itu melangkah ke meja Emilia yang baru. Barulah Noel mengerti, Bara ingin bergabung dengan mereka.

"Rupanya ada kalian di sini," sapa Bara pura-pura polos, dengan nampan di tangannya. "Hai!" lanjutnya menyapa tanpa mempedulikan Emilia yang tampak merinding melihat kedatangannya.

Bella dan Mita menatap Bara dengan surprise, kemudian membalas sapaan cowok itu.

"Oya, ini pesanan lo.." sambung Bara, menaruh pesanan Emilia ke atas meja, diikuti Noel-meletakkan es teh manis milik Emilia. "..kan lo sendiri yang minta gue traktir, masa nggak dimakan."

Bella dan Mita menatap kaget serentak sambil melongo dengan apa yang mereka dengar dan lihat di hadapan mereka.

Emilia meringis, seraya merasa bersalah dan marah secara bersamaan. Rasanya Emilia ingin sekali menonjok perut Bara detik ini juga.

Dia apa-apaan sih, udah gue bilangan juga. Gerutu Emilia dalam hati, Sampai-sampai Emilia tidak berani menatap Bella yang ada di depannya bersama Mita.

Bahkan Emilia mulai merasakan tatapan Bella yang tak bersahabat ke arahnya. Tapi bagaimana pun juga, mau tidak mau Emilia terpaksa memandang Bella. Benar saja-Bella melotot menatapnya tajam.

"Gue dan Noel boleh gabungkan?" tanya Bara meminta izin sambil menatap Bella dan Mita.

Tak peduli seberapa tajam tatapan Bella memandang Emilia saat ini hingga membuat gadis itu diam tak berkutik. Bara tetap bersikeras ingin bergabung dengan mereka.

"Boleh kan?" tanya Bara sekali lagi untuk memastikan jawaban mereka.

Bella menaikkan kedua alismatanya setelah Mita menoleh ke arahnya.

"Boleh kok," sahut Bella, dan ia tersenyum.

"Thanks!" sahut Bara berterima kasih seraya tersenyum tipis dan memandang Emilia sejenak.

Dan bangsatnya, Bara malah duduk di samping Emilia. Sedangkan Noel, dia mengambil kursi lain di meja kosong dan duduk di diantara Bara dan Mita, di ujung meja. Sungguh, betapa mengerikan yang Emilia rasakan.

Continua a leggere

Ti piacerà anche

4.3M 238K 65
Di tengah kehancuran keluarganya dan sang ibu yang sedang sakit keras, Rafa bertemu seorang pengusaha kaya yang memberinya sebuah misi. Gadis itu har...