ASTER

Oleh mirnamosaik

4.4K 295 194

GENRE: KOMEDI/ROMANCE/MISTERI Yuk mampir baca cerita aku, Selamat membaca! Febricia Megara Rosalie yang serin... Lebih Banyak

Perkenalan
Prolog
DI ATAS UDARA
SMA TIRTA CAHAYA
TANTANGAN
JAKET OVERSIZE
KONFIGURASI ELEKTRON
MUNGKINKAH DIA?
ONIGIRI.
JATUH CINTA? TIDAK MUNGKIN.
DI ANTARA ANGKA 1 DAN 3.
PERAN UTAMA
EKSPETASI LANGIT
BALAS BUDI (RYAN)
SELALU ADA
DIBALIK MUSIBAH ADA HAL INDAH.
BALLERINA
LANGIT DAN SEISINYA MENJADI SAKSI .
HUJAN MENJADI PENGINGAT.
SUPERHERO
PENGUMUMAN.
FILOSOFI HUJAN.
PRINSIP
PERASAAN
MASIH TERTUTUP
EGO MERUNTUH
MERAH MERONA
SANDWICH DAN TOMAT

DESERTIR

68 3 2
Oleh mirnamosaik

Defi memasuki kelas yang tengah sepi dikarenakan jam olahraga masih berlangsung. Ia ingin mengambil ponsel yang berada di dalam tas. Akan tetapi, setelah membongkar seluruh isi tasia tidak dapat menemukan ponsel tersebut.

"Loh, kok enggak ada, perasaan gue taruh di sini."

Defi memeriksa kembali seluruh isi tasnya. Ia mulai panik, terlihat dari wajahnya yang sedikit berkeringat dan menyadari bahwa ponsel telah hilang. Defi sudah berpikiran bahwa ponsel nya dicuri seseorang, tapi ia tidak tau siapa pelakunya karena di dalam kelas tidak ada orang selain dirinya.

Defi bergegas pergi keluar dari kelas untuk melapor kepada guru untuk menyampaikan kejadian ini.

Setelah 15 menit kemudian, suara guru terdengar dari mikrofon sekolah. "Untuk seluruh siswa siswi SMA Tirta cahaya diharapkan untuk berkumpul segera di lapangan." Pengumuman tersebut membuat seluruh murid memenuhi lapangan dengan tata barisan yang rapi.

"Tumben disuruh ngumpul, emang ada jam upacara ya hari ini?" tutur Sely, kepada Kyra yang berada di sebelahnya.

"Nggak ada sih. Mungkin ada info," sahut Kyra, tanpa melihat ke Sely karena fokus menatap para guru yang berbaris di depan.

"Bakalan ada apa ya?" tanya Bara, kepada Ryan dan Nevan yang berada di sebelah kanannya.

"Bagi-bagi sembako kali," jawab Ryan, dengan wajah serius.

"Emang iya?! wah! lumayan buat stok di rumah, mudahan dapat mie instan random se kardus," pinta Nevan, dengan polos nya.

"Ye... makan mie muluk lo! pantasan otak mampet," ledek Bara, sembari tertawa.

"Makannya Pan, kalau makan mie instan campur sesuatu biar ada gizi nya," celetuk Ryan, memberi saran.

"Dicampur apaan biar ada gizi nya?" tanya Nevan, kepada kedua sahabatnya.

"Pakai sarden, tapi yang mereknya huruf abjad," terang Ryan, yang dibalas dengan beberapa anggukan oleh Nevan.

Ketika seluruh murid sedang riuh membahas apa tujuan mereka di kumpulkan. Tiba-tiba serentak terdiam membuat keheningan. Seorang guru melangkah menuju mikrofon yang telah disediakan, tepat berada di depan para murid.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat siang kepada siswa siswi yang saya cintai. Sebelumnya, terima kasih telah berkenan untuk berkumpul di lapangan, dan maaf jika mengganggu waktu kalian sebentar. Kalian pasti bertanya-tanya apa tujuan dikumpulkannya seluruh murid di lapangan ini. Baik, tanpa banyak bicara saya ingin memberitahukan informasi yang sangat penting, salah satu siswi kita bernama Dafhina telah kehilangan ponsel miliknya yang berada di tas, tepat di dalam kelas XA IPA. Dengan penuh kedamaian Saya ingin murid yang telah mengambil ponsel tersebut segera mengaku dan mengembalikannya."

Seluruh murid yang berada di lapangan hanya menoleh satu sama lain mencari pelaku yang dimaksud.

"Baiklah saya telah memberi kesempatan, akan tetapi tidak ada yang mengaku. Dengan terpaksa saya akan menyetel rekaman CCTV yang berada di kelas XA IPA," pinta guru tersebut.

Salah satu anggota OSIS membawa sebuah laptop lalu berdiri tepat di sebelah guru tersebut, ia mulai membuka rekaman CCTV di waktu ponsel Defi hilang. OSIS tersebut mengarahkan layar laptop ke arah seluruh murid agar mereka bisa melihat dengan jelas siapa pelakunya. Rekaman mulai diputar, dengan serentak seluruh orang terkejut dan menajamkan matanya ke arah Friska.

"Nggak nyangka banget dia pelakunya."

"Padahal setiap hari bareng-bareng muluk."

"Parah sih, keterlaluan banget."

"Dia berteman sama Defi cuman pingin hartanya doang ternyata."

Para Murid mulai membicarakan Friska yang menjadi tersangka. Bukti sudah terpampang jelas di layar laptop, bahwa dirinya sedang mengambil ponsel milik Defi yang berada di dalam tas ketika kelas sedang sepi. Karena pada waktu itu jam olahraga sedang dimulai.

Friska menanggung malu atas perbuatannya. Ia akan bersiap menjadi bahan bully-an satu sekolah. Raut wajah panik yang terbentuk itu terlihat jelas disertai detak jantung yang berdegup kencang.

"Friska, silakan maju ke depan," pinta guru, menatap Friska begitu dingin.

Friska melangkah perlahan menuju depan disela-sela para Murid yang terus menatap dirinya bak narapidana. Ia berdiri tepat di samping Defi.

Mulut Defi sedikit terbuka, melihat seksama ke arah Friska yang sudah menjadi teman dekatnya. Namun, yang dilakukan Friska begitu membuat ia kecewa.

"GILA YA LO! BISA- BISANYA LO NGELAKUININI KE GUE!!" Defi menatap Friska dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. "KENAPA!? GUE SALAH APA SAMA LO!?" lanjut Defi, dengan nada suara yang tinggi sampai terdengar sedikit serak.

Defi mencengkeram kedua bahu Friska dengan kuat, kemudian menggetarkan tubuh Friska dengan keras agar Friska menjawab pertanyaannya.

Friska yang semula menundukkan kepala karena rasa malu, tiba-tiba menatap mata Defi dengan raut wajah emosi yang tertahan. Ia menyingkirkan tangan Defi dari bahunya dengan kasar.

"Lu mau tau alasannya? ITU KARENA SIKAP LO YANG SEMAUNYA!" Friska menunjuk dada Defi dengan tajam. "Lu nggak sadar apa Def? SEHARUSNYA LO TUH MIKIR!!! APA YANG LO MAU HARUS DITURUTIN! NGGAK PEDULI SAMA APA YANG LO LAKUIN ITU BAKAL MERUGIKAN ORANG LAIN! itu alasannya kenapa lo enggak punya teman Def atau bahkan nggak ada yang mau berteman sama lo, termasuk gue!"

"Apa sangkut-pautnya sampai lo tega curi HP gue?" tanya Defi, menekan suaranya.

Friska tersenyum jahat. "Anggap aja itu bayaran buat gue karena udah jadi teman lo."

"DASAR MUNAFIK! PENGHIATAN!" Defi menggenggam tangannya dengan keras sehingga terlihat bergetar.

"Itu pantas lo dapati, buat penindas kayak lo!"

Para Murid yang melihat kejadian dramatis tepat di depan mata hanya mematung. Mereka setuju dengan pengakuan Friska terhadap sikap Defi. Akan tetapi, cara yang dilakukan Friska sangatlah salah.

Tanpa memperdulikan orang-orang yang melihatnya. Friska melangkah pergi meninggalkan Defi yang sudah mengeluarkan setetes air mata.

Defi kehilangan sahabat yang telah sangat ia percaya, semua telah hancur sekarang. Kini tidak ada lagi yang ingin menemani hari-harinya, orang yang ia harap mempunyai pemikiran sama dengannya hanyalah sebuah tipuan.

"Defi. Papa kecewa sama kamu. Nama baik Papa dan sekolah ini bisa hancur cuma karena ulah kamu yang suka membuat masalah di sekolah ini," seru guru tersebut.

"Hah? Papa?" Sely terkejut mendengar ucapan guru tersebut kepada Defi.

"Iya, itu bokap nya Defi. Kepala sekolah kita," ungkap Kyra.

"Kenapa lo nggak bilang dari dulu, kalau kepala sekolah kita itu bokap nya Defi."

Kyra menghela nafas lelah. "Kan waktu lo berantem sama Defi, gue udah bilang jangan punya masalah sama Defi, entar bakal jadi panjang. Kayak gitu tuh." Kyra menunjuk ke arah depan menggunakan mulutnya.

"Ya, lo nggak bilang kalau Defi anaknya kepala sekolah."

"Untung aja Defi nggak lapor sama bokap nya. Kalau sampai itu terjadi, bisa habis lo Sel. Defi kalau adu domba bisa ngarang cerita banget. Ujung-ujungnya dia yang bakal menang, karena bokap nya percaya banget sama dia."

Guru tersebut adalah kepala sekolah SMA Tirta Cahaya yang bernama Aswindra Tamir yang kerap dipanggil kepala sekolah Tamir. Ia adalah Ayah dari salah satu murid yang bernama Dafhina, itulah yang menjadi alasan mengapa Defi kerap bertingkah seolah dirinya adalah penguasa sekolah. Akan tetapi perilaku negatif yang ia lakukan kepada murid lain belum sama sekali diketahui oleh ayahnya, sampai semuanya terungkap sekarang. Defi kerap mengancam kepada murid yang ingin mengadukan dirinya kepada ayahnya, begitu cara ia agar tidak ketahuan.

"Def, ikut Papa," pinta Tamir.

Defi hanya tertunduk mengikuti perintah Tamir. Defi dan Tamir masuk ke dalam ruangan kepala sekolah, yaitu ruangan pribadi milik Tamir.

"Kamu sudah membuat malu Papa sebagai kepala sekolah, di depan murid lain dan para guru. Sikap kamu itu membuat keresahan kepada murid lain," tegas Tamir.

"Ini kan sekolah Papa, aku anak Papa, ya bebas dong mau ngapain aja," imbuh Defi, membuat wajah kesal.

"Bukan berarti kamu anak Papa, kamu bisa bersikap seenaknya di sini." Tamir menatap Defi dengan keseriusan.

"Salah in aja terus," sergah Defi, tidak terima dirinya disalahkan.

"Kamu harus ubah sikap buruk kamu. Ini baru Papa yang jadi kepala sekolah, bagaimana nanti kalau jabatan Papa diserahkan ke kamu, bisa hancur sekolah ini."

Defi hanya menyimak pembicaraan Tamir dengan wajah bodo amat. Ia tidak memperdulikan nasehat-nasehat baik yang diucapkan orang tuanya tersebut.

***

"Perbedaan di antara sesuatu yang tersembunyi dengan yang terlihat."

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

921K 5.3K 13
Berisi cerita pendek dengan tokoh yang berbeda-beda! ⚠️Mature content with a sex, deep kiss, and vulgar words⚠️ ⚠️Setiap cerita bisa membuatmu sange...
483K 2.6K 17
Cerita ini bagian dari @fantasibersama
193K 16.9K 42
𝘽𝙐𝙈𝙄 𝙋𝙍𝘼𝙆𝘼𝙎𝘼 atau bisa di sebut Bumi, merupakan seorang pemuda yang masih duduk di bangku Smp. Walaupun umur belum menginjak 16 tahun tet...
148K 2.5K 11
suka suka saya.