PENDAMPING PILIHAN (SELESAI)

Від VenyAgustina0

20.4K 1.9K 213

Naura tidak tau jika kedekatannya dengan Azam mampu menumbuhkan benih cinta dihati pria itu. Selama mengenal... Більше

1. Yang tak diinginkan
2. Bimbang
3. Makan Malam
4. Makan Malam 2
5. Harus bagaimana?
6.
7.
8. Double Date
9. Double Date 2
11. Merasa bodoh
12. Kalah
13. Azam
14. Pilihan
15. Kabar
16. Jangan Pergi
17. Yang Tak Terduga
18. Pendamping Pilihan
19. Ketahuan
20. Pengakuan
21. I love you
22.
23. Berdebar
24. Perpisahan
25. Khawatir
26.
27. Pulang
28. Kangen
29. Penentuan
30. Penentuan 2 (akhirnya)
e-book (Pendamping Pilihan)

10. Menyebalkan!

548 58 17
Від VenyAgustina0

Wah... Mimpi apa aku bisa update begini cepatnya😂

Happy reading

_____________________________

Naura meringis, sesekali matanya terpejam saat terdapat adegan mengerikan dalam flim itu. Kepala Naura tertunduk dengan tangan mengusap pelipisnya.

"Ini film horor ... atau pembunuhan, sih," gerutunya pelan. Menyesal telah memilih flim itu.

"Heh," suara decakan tawa itu keluar dari bibir Azam saat mendengar gerutuan Naura. Tubuh Naura yang lebih condong pada Azam membuat pria itu dapat mendengar segala omelannya.

Naura menatap Azam, tajam. Bergerak, duduk miring dengan tubuh mendekat pada Fathan.

"Auh!"

Naura menoleh ke kanan saat mendengar teriakan yang tidak terlalu keras itu. Bibir Naura menyeringai geram melihat Salsa sudah bergelayut manja dengan kepala rebah dipundak Azam.

Azam bergerak risih. Tangan kirinya menurunkan tangan Salsa yang tengah memeluk lengan kanannya erat seraya berkata.

"Udah tenang ... adegan yang tadi sudah nggak ada." Azam tersenyum tidak nyaman. Menghela nafas pelan begitu Salsa memberi jarak.

"Maaf."

Azam mengangguk. Kembali menatap layar lebar itu meski sudah merasa terganggu.

Merasa diperhatikan, Azam menoleh. Naura menatap Azam, tajam. Mengedikkan dagu, Azam merasa bingung dengan sikap Naura.

Naura mendesah seraya memutar bola mata. Menatap ke depan sesaat lalu bangkit dari duduknya meninggalkan ruang bioskop itu.

Azam berkerut alis, semakin bingung saja dibuatnya. Berniat bangkit mengikuti Naura, namun melihat Fathan beranjak lebih dulu membuat Azam membatalkan niatnya.

"Naura!"

Langkah Naura terhenti. Berbalik melihat Fathan berlari kecil mengejarnya. Kembali Naura melangkah, perasaan kecewa sebab mengapa bukan Azam yang datang mengejarnya.

"Kenapa keluar?" tanya Fathan begitu sampai di samping Naura. "Flimnya belum selesai."

"Flimnya membosankan, Mas." Naura beralasan.

Fathan terkekeh. "Kalau kamu lebih suka yang bergenre romansa, kenapa nggak pilih itu tadi?" tanyanya.

"Takut baper, Mas," kata Naura setelah terdiam beberapa saat.

Fathan manggut-manggut. Tangannya meraih tangan Naura, menggenggam tangan itu erat seolah tau jika sang pemilik akan melepaskan.

Naura mengikuti saja kemana Fathan membawanya. Melepaskan diri juga tidak ada gunanya. Tentu tenaga yang Naura gunakan tidak sekuat tenaga Fathan. Tanpa memberitahukan pun Naura tau jika Fathan tidak berniat melepaskan tangannya.

Fathan melepaskan tangan Naura begitu sampai di tempat yang ia inginkan. Alis Naura berkerut, entah guna apa Fathan membawanya ke tempat itu.

"Kita ngapain disini, Mas?" tanya Naura, bingung.

"Di dalam pengap, kan?" tanya Fathan balik "jadi kita di sini guna mencari udara segar."

Naura mendesah. "Kenapa nggak sekalian pulang saja, Mas?" tanya Naura terkesan menyindir "tinggal beberapa langkah, kita sudah sampai mobil."

Fathan terkekeh geli mendengar nada sindiran Naura. Salahnya sendiri, bukannya membawa Naura entah kemana. Fathan malah membawa Naura keluar dari gedung besar itu.

Naura memutar bola mata malas. Berjalan meninggalkan Fathan, masuk ke dalam mobil.

Naura mendesah, setelah beberapa menit menunggu sosok Azam belum juga terlihat. Apa pria itu tidak berniat untuk mengejarnya? Atau karena gadis bernama Salsa itu membuat Azam lupa akan kehadiran Naura?

Menyebalkan! Sangat-sangat menyebalkan!

Seharusnya Azam yang datang mengejar Naura. Bukan Fathan.

"Salsa itu, bagaimana pendapatmu tentangnya?" tanya Fathan.

Naura menatap Fathan, datar. Kehadiran pria itu sejak dianggap tidak ada oleh Naura. Bahkan saat pria itu mengajaknya bicara, Naura hanya menggumam saja atau menjawab singkat hal-hal yang menurutnya harus ia jawab. Bukan apa-apa, Naura juga takut jika Fathan berpikir Naura mengabaikannya. Meski sebenarnya itu adalah benar.

"Kenapa tanya aku?" tanya Naura, tampak tidak senang. "Baru juga kenal beberapa menit, mana aku tau bagaimana dia."

Fathan tertawa pelan. "Bukan seperti itu maksud, Mas, Na," katanya mulai memperjelas. "Cukup jelaskan bagaimana dia serta penampilannya saja."

Sepasang alis Naura terangkat, menatap Fathan yang tampak mencurigakan. "Mas, suka sama gadis itu?" tanyanya kemudian.

Fathan terdiam sesaat lalu terbahak kemudian. Pertanyaan Naura sungguh diluar dugaan menurutnya.

"Ya enggaklah, Na," katanya seraya geleng-geleng kepala. "Mas, sudah punya seseorang yang, Mas, suka." Fathan terdiam sesaat seolah tengah memikirkan sesuatu. Naura diam, menatap penasaran Fathan yang tak juga kunjung memberitahukan maksud dari perkataannya.

"Jadi apa?" tanya Naura, mendesak.

"Gadis itu menyukai Azam," jelas Fathan berwajah serius.

Naura tercengang. Terdiam, sebab bibirnya tidak mampu terbuka. Tenggorokannya rasa tercekat membuatnya tidak mampu bicara. Pernyataan Fathan seakan mengoyak hati Naura. Meski sudah menyadari sejak kehadiran Salsa. Namun kenyataan orang lain menyadari sikap itu menyadarkan Naura, melukai perasaannya. Niat untuk menganggap apa yang ia lihat bukanlah apa-apa. Namun pernyataan Fathan membuat semuanya menjadi kenapa-kenapa. Naura merasa terganggu dengan semuanya. Mungkinkah Azam sudah benar-benar menempati dihatinya? Naura bukan tidak tau dengan perasaannya. Hanya saja ia terus mengelak sebab dari awal perasaan itu tidak pernah ada.

"Jadi, bagaimana menurutmu?" tanya Fathan, mengulang kembali pertanyaannya.

"Kenapa bertanya padaku?" tanya Naura, lagi. Kali ini lebih tidak ingin menanggapi. "Tanyakan itu langsung pada, Mas Azam." Naura tidak tertarik untuk menjawab. "Pria lebih tau dimana letak kecantikan wanita yang disukainya."

Fathan memilih diam. Sikap Naura yang memperlihatkan ketidaksenangan membuat Fathan tidak ingin melanjutkan percakapan. Naura terang-terangan menunjukkan rasa terganggunya akibat pertanyaan Fathan membuat suasana menjadi tidak nyaman.

Fathan mengetuk-ngetuk setir akibat rasa canggung. Ia tidak tau bagaimana harus bersikap. Tidak tau bagaimana mencairkan suasana yang layaknya sebuah es.

"Azam dimana, sih?" sungut Fathan, pelan. Namun masih dapat didengar Naura. "Biar aku hubungi dia dulu." Fathan lalu merogoh ponsel dari saku celananya. Mencari nomor dalam kontak ponselnya. Menghubungi nomor Azam begitu ia menemukannya.

"Ah, itu dia."

Fathan lantas mengakhiri panggilan bahkan sebelum ponselnya mengeluarkan suara. Naura menatap ke depan. Memutar bola mata kesal saat mendapati Salsa masih saja berada di samping Azam.

Fathan menyeringai memandang Azam yang kini sudah berada di hadapannya.

"Giliran ada cewek, lupa temen, lo," sungut Fathan pada Danu.

Azam hanya menyunggingkan senyum saja. "Flimnya seru, sayang kalau ditinggal," alasannya.

Fathan menyeringai tak percaya seraya mengibaskan tangan. "Alasan, lo, Zam ... Zam," ucapnya "bilang aja, lo, lagi mencari kesempatan biar si Salsa nempel teruskan."

Azam berkerut alis.

"Itu buktinya," tunjuk Fathan ke arah lengan Azam dan Salsa "dari ujung sampai sini gandengan terus nggak dilepas-lepas."

Mata Azam membulat, tersentak dibuatnya. Menatap ke samping mendapati tangan Salsa masih bergelayut di lengannya. Bagaimana bisa Azam tidak merasakannya?

Azam mencari keberadaan Naura. Melihat gadis itu berada dalam mobil tengah memandang dengan wajah tenang kearahnya. Tidak ada kesimpulan yang bisa Azam buat dari tatapan itu. Entah karena wajah tenang Naura yang tidak dapat ia baca, atau rasa khawatir membuatnya tidak mampu berpikir.

Cepat saja Azam menghentakkan lengannya hingga tangan Salsa terlepas dan membuat gadis itu terkejut. Bukan Salsa saja, bahkan Fathan pun dibuat terkejut dengan kening berkerut melihat perubahan sikap Azam. Wajah Azam tampak pucat saat ini.

"Maaf, Sa ... aku refleks, " kata Azam. "Kaki kamu sudah nggak gemetaran lagi, kan? Aku rasa kamu sudah bisa jalan sendiri." Azam menatap sekilas ke arah Naura lalu berjalan menuju mobilnya. Tanpa pamit, atau menyapa terlebih dahulu Azam melajukan mobilnya keluar dari area mall. Tidak lagi mengingat jika ia pergi ke tempat itu bersama Fathan dan Naura. Azam tetap meninggalkan kedua orang itu, ditambah Salsa yang kini juga ikut bersama mereka.

__________





Продовжити читання

Вам також сподобається

5.6K 1K 23
Menikah dengan Bilal yang tidak lain adalah sahabatnya sendiri, tidak pernah sedikit pun terbayangkan oleh Medina. Satu minggu setelah kepergian Isma...
Sejuta Langkah [TELAH TERBIT] Від AliKabir

Підліткова література

280K 8.6K 28
JANGAN BACA KALAU GAK MAU BAPER Mengawali kisah kehidupan di dunia, Ahsan, seorang pemuda yang mempunyai cita-cita menjadi imam harus rela meninggalk...
Banafsha [ PROSES TERBIT ] Від IndriaStory

Філософія та духовні розповіді

3.1K 483 21
PROSES TERBIT || PART SUDAH TIDAK LENGKAP Berawal dari sebungkus nasi, berakhir dipinang dan diajak berikrar suci. Kurang lebih seperti itulah kisah...
3.4M 26.6K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...