PENDAMPING PILIHAN (SELESAI)

By VenyAgustina0

20.4K 1.9K 213

Naura tidak tau jika kedekatannya dengan Azam mampu menumbuhkan benih cinta dihati pria itu. Selama mengenal... More

1. Yang tak diinginkan
2. Bimbang
3. Makan Malam
4. Makan Malam 2
5. Harus bagaimana?
6.
7.
8. Double Date
10. Menyebalkan!
11. Merasa bodoh
12. Kalah
13. Azam
14. Pilihan
15. Kabar
16. Jangan Pergi
17. Yang Tak Terduga
18. Pendamping Pilihan
19. Ketahuan
20. Pengakuan
21. I love you
22.
23. Berdebar
24. Perpisahan
25. Khawatir
26.
27. Pulang
28. Kangen
29. Penentuan
30. Penentuan 2 (akhirnya)
e-book (Pendamping Pilihan)

9. Double Date 2

526 60 11
By VenyAgustina0

"Lihatin apa, sih, Na?" tanya Fathan mengalihkan perhatian gadis disampingnya.

Naura yang sejak tadi sibuk melihat ke belakang langsung berbalik cepat memperbaiki posisinya. Terkejut akibat teguran Fathan membuat jantungnya berdebar.

"Enggak bakalan nyasar dia itu," lanjut Fathan. Terdapat nada sindiran di dalamnya.

Naura memalingkan wajah keluar jendela. Malu akibat perbuatannya yang tersadar akibat teguran dari Fathan. Naura juga menyadari nada sindiran itu. Pria mana yang tidak akan tersinggung jika wanita yang berada di sampingnya lebih memperhatikan pria lain yang jauh darinya. Pasti Fathan merasa demikian. Salah Naura juga tidak bisa menjaga sikap.

Naura berkerut kening sesaat. Mengapa saat bersama Fathan pun perhatian Naura teralihkan pada Azam? Seharusnya perhatian itu Naura berikan pada Fathan. Pria di samping Naura yang sudah sejak lama ia tunggu kepulangannya.

"Kenapa melihat, Mas, seperti itu?"

Naura terkesiap. Menggeleng-gelengkan kepala menyadarkan pikirannya. Sejak kapan pula ia memandangi wajah Fathan? Padahal seingatnya, ia menatap keluar jendela mobil saja tadi.

Naura menghela nafas. Astaga, bisa gila rasanya. Apa sebenarnya yang sedang Naura pikirkan hingga pergerakan tubuhnya saja tidak ia sadari.

"Kenapa, sih, Na?" tanya Fathan, tampak lebih penasaran saja.

"Eh, e-enggak apa-apa, kok, Mas," balas Naura. Jangankan Fathan, Naura sendiri saja tidak tau ia kenapa.

Fathan menghela nafas. Memilih diam -- tidak menanggapi, atau lebih tepatnya tidak berniat memberi tanggapan.

"Mas, bagaimana kalau kita nonton dulu?" tanya Naura lebih pada menyarankan -- setelah terdiam beberapa saat. Bukan karena ingin, namun Naura ingin memperbaiki suasana hatinya terlebih dahulu. Setidaknya tidak akan ada orang yang memperhatikannya dalam ruangan gelap itu.

"Ya sudah terserah kamu saja."

Fathan mengikuti permintaan Naura. Membawa mobil memasuki area mall setelah beberapa kilometer mengendarai mobil itu. Memarkirkan mobilnya yang cukup dekat dengan pintu masuk mall itu.

Mobil Fathan sudah terparkir, menyusul mobil Azam di sampingnya. Azam keluar dari mobil menghampiri Fathan dan Naura yang tengah menunggu di samping mobil.

"Ayo." Ajak Naura, berjalan dengan langkah lebar meninggalkan dua pria itu dibelakangnya.

"Kenapa?" tanya Azam pada Fathan.

Azam tampak bingung. Baru saja ia bergabung dengan Fathan dan Naura, gadis itu langsung beranjak pergi. Seolah tengah menghindarinya.

"Nggak tau." Fathan mengedikkan bahu.

Azam menghela nafas pelan lalu melangkahkan kaki mengikuti kemana Naura pergi.

"Ayo!" ucapnya pada Fathan yang langsung diikuti oleh pria itu.

Naura tampak memilih genre yang ingin ia tonton. Azam dan Fathan berdiri di sampingnya. Naura tidak menghiraukan kehadiran dua pria itu. Awalnya Naura ingin menonton flim bergenre romansa. Namun adanya Azam membuat Naura mengubah genre flim yang ingin ia lihat.

"Mau nonton yang mana, nih?" tanya Fathan pada Naura. Tampaknya gadis itu masih bingung saja.

"Itu," tunjuk Naura.

"Horor?" tanya Fathan -- memastikan. Naura mengangguk.

"Kamu yakin?" tanya Azam.

Naura mengangguk. "Yakin," ucapnya melebarkan senyum dibibirnya membuktikan kalau ia memang sudah siap.

Azam manggut-manggut seraya menghela nafas. "Oke," ucapnya lalu memesan tiket. "Tiga, ya, Mbak."

"Tambah satu lagi, Mbak."

Azam menoleh ke samping. Berkerut kening mendapati gadis di sampingnya tengah menyunggingkan senyum padanya.

"Hai," sapa gadis itu melambaikan tangan pada Azam. Kening Azam masih berkerut saja, antara mengingat gadis dihadapannya namun lupa siapa. "Aku Salsa." Gadis bernama Salsa itu memberitahukan namanya. Sadar betul jika Azam tidak mengingat dirinya.

"Ah, Salsa," ucap Azam seraya manggut-manggut. "Ya, aku ingat sekarang."

Salsa tersenyum, canggung. "Aku gabung sama kalian, ya?" pintanya memohon pada Azam. "Sebenarnya aku bakalan nonton sama temen, tapi sudah menunggu lama tapi dia belum datang juga."

Azam tidak langsung menyetujui permintaan Salsa. Berniat bertanya pada Fathan dan Naura terlebih dahulu. Namun melihat wajah datar Naura dengan sorot mata yang menunjukkan ketidaksukaan membuat Azam memilih untuk menentukan sendiri.

Azam mengangguk seraya menyunggingkan senyum. "Boleh," katanya pada Salsa. "Tambah satu tiket lagi, Mbak."

"Makasih," ucap Salsa tersenyum lebar.

Naura mendesah mendengar persetujuan Azam. Pria itu bahkan memesankan dan membayar tiket gadis tak dikenal itu. Ah, ya, hanya Naura dan Fathan yang tidak mengenali gadis itu. Atau, Fathan juga sebenarnya mengenalinya?

Naura mendengus kesal lalu merampas satu tiket dari tangan Azam. Dengan sedikit menghentakkan kaki Naura berjalan meninggalkan Azam, Fathan, dan gadis bernama Salsa itu memasuki ruang bioskop.

"Sepertinya dia nggak suka dengan keberadaanku," kata Salsa menyadari ketidaksenangan Naura.

"Nggak perlu dipikirkan ... dia memang seperti itu," jelas Fathan. Salsa mengangguk saja. Ketiganya pun lantas berjalan mengikuti Naura yang sudah berjalan terlebih dahulu.

Berjalan memasuki ruang bioskop, Fathan dan Salsa tampak berbincang-bincang -- setelah berkenalan. Lain halnya dengan Azam, tak sepatah kata pun keluar dari mulut pria itu. Ia hanya tengah sibuk memikirkan sesuatu yang membuat bibirnya terus saja menyunggingkan senyum sejak kepergian Naura tadi.

Mungkinkah Naura cemburu?

Entah benar atau tidak. Tapi sepertinya perasaan Azam mulai terjawab sudah. Entah gadis itu menyadarinya atau tidak, tapi Naura mulai menunjukkan perasaannya sekarang.

"Woi, Zam!" tegur Fathan. Azam tersentak dibuatnya. "Ditanyain Salsa itu ... bukannya dijawab malah melamun ... senyum-senyum sendiri lagi." Fathan menggerutu pelan -- kesal.

Azam menoleh. "Kamu tanya apa tadi, Sa?" tanyanya pada Salsa.

"Eh, itu." Salsa gelagapan. "Habis ini kamu mau kemana?"

Azam tampak bingung, menatap Fathan kemudian. "Habis nonton kita kemana?" tanyanya pada Fathan.

Fathan mengedikkan bahu. "Nggak tau."

Salsa terkekeh. "Kalian jalan-jalan tapi nggak tau tujuannya kemana?"

"Bukan," kata Azam. "Kita cuma mengikuti kemana Naura pergi."

Salsa terdiam. Entah apa yang spesial dari gadis bernama Naura itu hingga dua lelaki didekatnya ini mengikuti keinginannya.

"Oh, begitu." Salsa manggut-manggut. "Naura itu siapa, sih?" tanyanya kemudian, menatap Azam dan Fathan bergantian.

"Naura itu..."

"Ayo, masuk! Flimnya sudah mau dimulai." Azam memotong perkataan Fathan yang berniat menjelaskan. Berjalan memasuki ruang bioskop terlebih dahulu meninggalkan Fathan dan Salsa di belakangnya.

Tak menatap Naura. Azam duduk di sebelah kanan gadis itu. Sedangkan Fathan duduk di sebelah kiri Naura, dan Salsa duduk di sebelah kanan Azam.

Naura menyeringai kesal. Azam sengaja mengabaikannya, atau kehadiran gadis di sampingnya mengalihkan perhatian pria itu?

Menyebalkan!

Disaat ada gadis lain di dekatnya, ia lupa siapa yang sejak dulu ia kejar.

"Jangan melihatku seperti itu," bisik Azam tanpa menatap Naura. Kepala Naura semakin jelas bergerak memandang Azam. "Atau kamu mau melihatku kehilangan iman disini?" tanya Azam melanjutkan kalimatnya -- menatap Naura kali ini.

Naura terdiam, tidak mampu mengalihkan pandangan. Tatapan Azam seolah mengunci Naura -- segala pergerakannya, seakan memaksa gadis itu membalas tatapannya.

Azam menyeringai jahil. "Flimnya sudah dimulai," katanya.

Naura yang sejak tadi diam tampak bingung harus melakukan apa. Perlahan kepalanya bergerak menatap layar lebar di depannya.

Azam tersenyum menatap kediaman Naura. Tubuhnya lantas bersandar ke punggung kursi lalu arah pandangnya mengikuti arah pandang gadis itu.

___________





Continue Reading

You'll Also Like

6K 840 30
SEQUEL RINTIK SENDU || SELESAI PART MASIH LENGKAP Disatukan bukan karena sama-sama menginginkan, melainkan karena keadaan yang membuat keduanya haru...
5.6K 1K 23
Menikah dengan Bilal yang tidak lain adalah sahabatnya sendiri, tidak pernah sedikit pun terbayangkan oleh Medina. Satu minggu setelah kepergian Isma...
3.1K 483 21
PROSES TERBIT || PART SUDAH TIDAK LENGKAP Berawal dari sebungkus nasi, berakhir dipinang dan diajak berikrar suci. Kurang lebih seperti itulah kisah...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3M 213K 37
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...