Kelvin dan kedua sahabatnya masih menunggu Asya dkk keluar dari dalam ruangan kepala sekolah. Saat Kelvin tahu bahwa Asya mengikuti tawuran dirinya menjadi sangat cemas.
Andra dan Ketrin juga menunggu mereka. Andra sangat puas setelah melaporkan tindakan kelima gadis itu, karena pasti Asya dan yang lainnya akan di keluarkan dari sekolah ini. Andra tidak sabar menunggu kabar itu.
Tak lupa, Fino juga ikut menunggu mereka karena ada perasaan khawatir pada dirinya sendiri. Namun Fino berdiri jauh dari tempat keberadaan Kelvin. Karena ketiga pria itu terus menatap Fino dengan tatapan sinis dan tidak suka.
Pintu ruangan kepala sekolah terbuka, menyisakan lima gadis yang tengah menatap keberadaan mereka bingung. Ada apa diluar ramai sekali? Bahkan Kelvin dan Andra juga berada di sana.
"Sya, lu gapapa?"
"Ada yang sakit gak? Atau ada yang luka?"
"Tangan lu ada yang sakit?"
"Bilang sama gue kalau ada yang sakit,"
Kelvin langsung mengajukan beribu-ribu pertanyaannya. Asya masih menatapnya bingung, " Lu kenapa sih Vin?"
"Gue khawatir sama lu!"
"H-hah?" Semua orang menatap Kelvin tak kalah bingungnya. Kelvin yang menjadi pusat perhatian menjadi gugup sendiri.
Sedangkan Fino langsung menerobos mereka berusaha menghampiri Anya. Gadis itu sangat terkejut, tapi sebisa mungkin ia harus menenangkan mimik wajahnya.
"Anya, kamu gapapa kan?"
"Kamu kenapa sih segala ikut-ikutan tawuran?!" ucap Fino penuh kekhawatiran.
"Maaf, siapa ya? Gak usah sok kenal deh lu" kata Anya diikuti tatapan sinisnya. Fino langsung mematung kala itu juga. Ia menatap Anya tidak percaya.
"Buang-buang waktu gue aja" Anya langsung pergi begitu saja. Fino masih menatapnya tidak percaya. Apa iya, ini balasan atas semua kebrengsekannya?
"Key, lu gak dikeluarin dari sekolah kan?" Tanya Aland spontan.
"Gak, gue cuma dihukum"
Andra yang mendengar itu sedikit heran. Mengapa mereka tidak dikeluarkan saja dari sekolah ini? Jelas-jelas mereka melakukan kegiatan yang sangat bertentangan dengan peraturan sekolah. Sial, Andra menjadi kesal karena kelima gadis itu tidak dikeluarkan dari sekolah. Ia kembali menatap kebersamaan Asya dan Kelvin dengan mata yang dipenuhi rasa cemburu.
"Makasih ya, udah khawatir sama gue, kalau gitu gue pergi dulu ya? Gue harus nyelesein hukumannya hari ini. Sekali lagi makasih Vin" Asya pergi dari hadapan Kelvin. Para gadis itu memilih pergi menuju lapangan utama untuk berkumpul dengan Adit dkk dan untuk menyelesaikan hukumannya.
Andra masih berdiri di posisinya. Perlahan ia mulai berjalan menuju Kelvin, "Kamu yakin masih mau deket-deket sama Asya? Dia anak gak bener Vin. Sekarang lihat, buktinya dia malah ikut tawuran sama temen-temennya yang gak jelas itu,"
"Kalau Oma tau kamu bergaul sama cewek yang gak bener pasti dia sangat kecewa dengan cucu kesayangannya ini" Andra terus mengompori pria itu.
Kelvin terdiam sejenak, tapi kemudian tatapannya menjadi tajam mengarah ke wajah Andra, "Gak usah ikut campur tentang hidup gue!"
Kelvin dan kedua sahabatnya langsung pergi dari tempat itu menuju kelasnya. Andra masih menatap kepergiannya dengan tertawa kecil, "Hahaha, gak lama lagi lu pasti bakal benci sama Asya Vin"
"Gue bakal tunggu itu sampai lu jadi milik gue!"
*******
Semua murid yang tadi sempat mengikuti tawuran akhirnya bekerja sama untuk membersihkan seluruh ruangan SMA Cakra Birawa. Bagian depan sekolahannya sudah bersih, kali ini mereka masih sibuk membersihkan lapangan basket. Kini seluruh anggota Bradiz tengah memungut dedaunan yang terus saja berjatuhan dan berserakan.
Cairan asin terus melintas melewati wajah mereka. Hari ini sangat panas, rasanya Asya sangat ingin mengguyur tubuhnya sekarang juga. Karena sudah merasa terlalu lelah Asya memerintahkan semuanya untuk beristirahat terlebih dahulu, "WOI!"
"KALIAN BOLEH ISTIRAHAT, NANTI KITA LANJUT LAGI," ucapnya dengan nada suara keras agar semua orang bisa mendengarnya. Mereka akhirnya menghentikan kegiatan itu dan mulai melangkah menuju kantin.
"Sya, ke kantin gak lu?" Tanya Ivana yang mulai menghampirinya.
"Iya, gue ke kan-"
"ASYA!" ucapannya terpotong karena kedatangan Kelvin.
Asya memberi kode sebuah tatapan kepada sahabatnya agar mereka bisa lebih dulu ke kantin. Karena paham, keempat gadis itu sepakat untuk meninggal Asya di lapangan basket bersama Kelvin.
Kelvin sudah sampai dihadapan gadis itu. Asya langsung menaikkan sebelah alisnya menerka-nerka, "Suapin lagi?"
"Tau aja"
"Lu kan bisa makan sendiri, Vin"
"Tapi bagi gue makan dari tangan lu lebih enak, Sya"
Mereka memilih duduk di salah satu bangku yang terdapat di lapangan basket. Banyak murid yang sedang menatap kebersamaan mereka. Ada yang menatapnya dengan tatapan kagum, senang, kecawa dan ada juga yang menatapnya tidak suka.
Asya kembali merebut bekal pemberiannya dari tangan Kelvin. Perlahan gadis itu mulai menyuapi pria dihadapannya seperti biasa. Kelvin kembali menerima suapan itu dengan lahap.
"Dasar bayi"
"Gue bukan bayi! Jangan pernah sebut gue bayi, awas aja"
"Bayi bayi bayi bayi bayi bayi" ucap gadis itu berulang kali.
"Gue bukan bayi! Gue gigit nih"
"Dimana-mana ya Vin, cowok yang kebiasaannya suka ikut balapan liar itu gak manja. Apalagi makannya masih di suapin," tutur Asya. Ia terus menunjuk wajah Kelvin dengan sendok yang sedang ia bawa.
"Buktinya ada"
"Siapa?"
"Gue"
"Btw, lu tau darimana kalau gue suka ikut balapan liar?"
"Karena gue lawan balap-" Asya membulatkan matanya tidak sadar. Sedangkan Kelvin masih menunggu kelanjutan ucapan gadis itu.
Asya mengalihkan pandangannya, otaknya langsung berusaha berfikir mencari alasan yang sangat masuk akal.
"M-maksud gue...maksudnya gue itu, gue pernah tanya sama lawan balapan liar lu. Gue kemarin gak sengaja ketemu sama Vina di supermarket, dia bilang kalau lawan balapannya itu lu"
"Tapi gue kan gak pernah nunjukin muka Vina dihadapan lu, gue yang lawannya aja gak tau muka dia kayak gimana"
Skakmat
Asya lu bego banget, kenapa jadi jawab ini sih!
Ya Tuhan, Apa lagi yang harus Asya katakan dihadapan pria ini? Ia sudah kehabisan kata-kata.
"Atau jangan-jangan lu..."
"Apasih! Udah sono minta suapin sama cewek lu aja, gue capek kalau harus nyuapin orang kayak lu"
"Cewek gue kan lu"
blushh...
Pipi Asya merona. Asya menghentikan kegiatannya dan menatap manik mata Kelvin dengan lekat. Jantungnya kembali berdetak lebih cepat. Apakah kali ini telinganya tidak salah mendengar? Kalaupun benar bisa kah Asya berguling-guling ditengah lapangan basket saat ini juga? Sial, dirinya kembali salah tingkah karena ucapan Kelvin.
"Muka lu kenapa?"
"Gue cuma becanda hahaha"
Asya kembali mengerjapkan matanya. Ia menatap Kelvin dengan tatapan kecewa. Apakah itu memang kebiasaan Kelvin? Setelah membuatnya terbang terlalu tinggi tapi langsung ia jatuhkan kembali. Asya menjadi malu, perasaannya seperti dimainkan oleh Kelvin.
"Gak lucu!"
Asya langsung memberikan tempat nasi itu kepada Kelvin sedikit kasar. Ia kesal karena pria itu. Asya memilih untuk meninggalkan Kelvin dan mulai menghampiri teman-temannya tanpa memperdulikan Kelvin yang terus menerus memanggil namanya.
"Sya"
"Gue becanda"
"Dih, ngambek tuh anak"
"Asya gue cuma becanda, jangan ngambek dong..."