Ayana โˆš

By queenqurrotaayun

5.8K 409 6

{ End } Baca sampe ending. Jangan di loncat bacanya. Karena yang greget asa di tengah-tengah. Jangan lupa vot... More

Telephone dari seberang Provinsi
Cirebon, Ayana On the Way!
Bertemu
Salah Paham
Penjelasan
Pendekatan
Makam Sunan Gunung Jati
Outbound Siwalk
Keraton Kanoman
Wanawisata Ciwaringin
Bukit Gronggong
Calon Menantu
Meneduh
Kost Sementara
Couple Batik
Berkunjung ke Rumah Mama'
Buah Tangan
Kota Santri, Ayana Kembali!
Boy dan Putra
Keputusan
Khitbah
Harun
Wedding Ayana Putra
Epilog

Ending

416 18 0
By queenqurrotaayun

Lebih sepuluh menit dari waktu yang di tempuh untuk acara akad pernikahan Ayana Harun sampai di Wonosalam. Tempat di mana kekasih hatinya tinggal selama dua puluh tiga tahun. Mesin mobil belum berhenti, Harun langsung membuka pintu mobil dan berlari sekuat tenaganya agar dia cepat sampai di rumah Ayana. Panggilan dari Bagas seolah-olah hanya angin lalu yang tak di anggap sama sekali olehnya.

D’ay aku mohon tunggu akuJangan nikah Dek.Aku mohon jangan menikah dengan dia.Kasih aku kesempatan lagi untuk menjadi imammu.

Aku mohon jangan tinggalin akuAku mohon dekHanya tinggal beberapa langkah lagi Harun sampai di depan pintu rumah Ayana yang sudah di hiasi bagai istana megah.

Suara kerasnya microphone tak di dengarannya sama sekali. Hingga pada akhirnya suara satu kata yang serempak membuat kaki Harun melemas seketika. Dadanya sesak. Napasnya tersekat. Tulang-tulang yang selama ini menyangga tubuhnya serasa lepas dari dalam persendiannya.

“Sah.”

Suara para saksi serta beberapa orang yang berada di dalam kediaman rumah Ayana terdengar jelas dari microphone yang terpasang. Sungai kecil merambat membasahi pipi milik Harun.

Semua telah terlambat, tidak ada lagi Ayananya. D’ay-nya sudah pergi. Hidupnya kini sendiri lagi. Penantiannya telah sia-sia. Pujaan hatinya telah di halalkan oleh lelaki lain. Tatapan Harun menjadi kosong. Tubuhnya meluruh bersandar tanah yang sudah di pavling.

Bagas yang berdiri tidak jauh dari Harun langsung segera berlari menghampirinya. Bagas mendirikan tubuh Harun dengan susah payah akibat tubuh Harun yang melemah. Tanpa terasa pipi Bagas juga basah. Bukan karena melihat dan mendengar Ayana sudah menikah, melainkan melihat wajah terpuruk adiknya yang sangat kacau.

Entah bagaimana perasaan Harun saat ini, yang Harun ketahui hatinya hampa. Kosong tak lagi ada kehangatan di dalamnya. Dadanya sesak secara tiba-tiba. Pusing mendadak membuatnya memejamkan kedua kelopak netranya secara perlahan.

“Kita pulang?” tanya Bagas yang membuat Harun membuka kedua netranya perlahan.

“Aku telat ya Ang? Hahaha,” Harun tertawa dalam tangisnya.

“Run.” Harun tersenyum miris dan menggeleng membuat hati Bagas menjadi sesak. Bagas tahu ini semua memang kesalahan Harun, namun Bagas juga tidak tega melihat adiknya seperti ini.

Harun melepaskan telapak tangan Bagas secara perlahan. Kedua kakinya yang semakin berat mulai melangkah memasuki ruangan yang begitu indah.

“Dek.” Semua menoleh ke arah suara serak yang di hasilkan oleh Harun.

Tubuh Ayana menegang seketika. Air matanya jatuh secara tiba-tiba. Dadanya begitu sesak mendengar suara tersebut. Suara yang telah berada di dalam hatinya selama bertahun-tahun. Kenapa Harun harus datang sekarang, bukan sebelum acara ini terlaksana?

Ayana membalikkan tubuhnya secara perlahan. Kakinya melemas seketika. Pandangannya memburam di penuhi air mata yang telah berhasil membasahi wajah cantiknya. Semua orang memandang wajah Harun serta Ayana secara bergantian.

“Karun,” lirih Ayana. Hidung Ayana mulai terasa panas. Air matanya yang sempat tergenang beberapa detik lalu luruh begitu saja tanpa di minta.

Rifa memandang wajah anaknya begitu sakit. Bukankah ini yang di harapkan dirinya dahulu, anaknya tidak menikah dengan Harun. Namun mengapa justru sakin melihat anaknya menangis karena tak mampu menikah dengan Harun?

Harun melangkahkan kakinya mendekati Ayana. Kedua netranya sudah mulai memanas kembali kala melihat Ayana memakai kebaya putih yang begitu pantas melekat di tubuhnya.

Hatinya hancur berkeping-keping saat memahami ini semua salahnya. Andai dia tidak terlambat datang ke rumah Ayana, hal ini tidak akan terjadi.  Ayana akan menikah dengannya hari ini, bukan dengan orang lain.

Tubuh Harun melemah tepat di hadapan Ayana yang tengah berdiri dengan beruraian air mata. Kedua tangannya yang lemah berada tepat di sisi kanan serta kirinya. Ini semua nyata, D’ay-nya telah pergi akibat kecerobohannya sendiri.

“Aku minta maaf,” ujar Harun secara lirih.

“Aku tau aku salah, aku minta maaf. Jangan tinggalin aku Dek, jangan menikah dengan lelaki lain.” Harun mendongakkan kepalanya memandang wajah Ayana yang sudah basah karena air mata.

Tubuh Harun bergetar dengan hebat. Bibir Ayana tertutup rapat tanpa menjawab permohonan dari Harun. “Kasih aku kesempatan lagi.”

“Aku siap jika harus tinggal di sini, tapi aku mohon jangan tinggalin aku,” lirih Harun sekali lagi.

Suaranya tercekat. Merasa tak ada jawaban, Harun kembali menundukkan kepalanya. Tangannya yang lemah dia kepalkan sekuat tenaganya untuk menahan rasa sakit yang menjalar di hatinya. Tubuhnya yang bergetar tambah cepat menandakan bahwa dia kini tengah menangis karena kekasih hatinya menikah dengan lelaki lain.

Beberapa menit lamanya Harun bertahan dengan posisi setengah berdiri di hadapan Ayana. Bagas hanya mampu meringis melihat adik satu-satunya lemah hanya karena seorang wanita yang pernah dekat dengannya selama enam tahun yang lalu. Bagas tidak buta jika Harun mencintai Ayana, karena foto Ayana masih tertempel rapi di dalam dompetnya yang berwarna coklat.

Dengan langkah pelan, Bagas mulai mendekati Harun dan memegang lengannya agar segera berdiri dari posisinya yang sekarang. Wajah Harun masih menunduk lemah menyalahkan kebodohannya selama ini.

Ayana memandang lekat punggung Harun yang membungkuk. Dadanya begitu sesak memikirkan apa yang harus dia lakukan. Air matanya jatuh semakin deras membuat suara isakan-isakan kecil menggema di ruangan tersebut.

Harun mendongakkan kepalanya, menghadap wajah Rifa yang kini juga tengah memandangnya dengan tatapan yang iba. “Bu, Harun minta maaf untuk kesalahan Harun. Harun mohon, kasih Harun restu untuk meminang Ayana. Harun mohon Bu.” Harun semakin terisak menggenggam tangan Rifa.

Tak mendapat jawaban, akhirnya Harun melangkahkan kakinya bersama dengan Bagas menuju pintu rumah yang masih terpampang indah di depan kelopak netranya. Rifa yang berdiri di samping Ayana menyentuh bahu Ayana secara pelan. Rifa menganggukkan kepalanya memberi tanda bahwa dia memberikan restu kepada Harun.

“Kak,” panggil Ayana yang membuat Harun dan Bagas yang tengah berdiri di tengah pintu langsung berhenti.

“Jangan pergi.” Ucapan Ayana membuat tubuh Harun berputar seratus delapan puluh derajad. Ada raut bahagia yang terpancar dari wajah tampannya. Harun seolah lupa akan satu kata yang tadi sempat membuatnya lupa diri hingga menangis berlutut di depan rumah serta di hadapan Ayana.

Perlahan Harun menghampiri tubuh Ayana yang berdiri cantik di hadapannya. “Maksudnya?” tanya Harun.

“Apa kamu serius dengan ucapanmu yang tadi?” Ayana menjawab pertanyaan Harun dengan pertanyaan.

“Aku serius Dek, kamu mau jadi istri aku?” ujar Harun sunngguh-sungguh walau sebenarnya tengah merasa kebingungan tentang pernikahan ini. Air matanya di hapus dengan kasar. Di gantikan oleh sebuah senyum tipis yang mengembang di kedua sudut bibirnya.

Ayana tersenyum kecil untuk menjawab pinangan yang kedua dari Harun.“Bu, saya meminta izin untuk meminang Ayana untuk menjadi istri saya,” ujar Harun kepada Rifa setelah beberapa menit terjadi keheningan.

Jantung Harun berdegub cepat, menandakan bahwa dirinya saat ini tengah di landa sebuah rasa cemas. Rifa mengangguk pelan. Senyum simpul tercetak jelas di wajah Harun saat mendengar restu dari orang yang dulunya sempat tak memberikannya restu agar bersama dengan Ayana.

Usai meminta izin kepada Rifa, Harun melangkahkan kakinya ke arah Nono yang juga tengah memandangnya dengan tatapan hangatnya.

“Pak, saya mohon izin untuk menikahi putri Bapak,” pinta Harun, sedangkan Nono mengangguk dan menepuk pundak Harun secara pelan.

“Hari ini!” lanjut Harun dengan semangat yang membuat hampir semua orang yang berada di dalam sana melongo, sedangkan beberapa orang lainnya terkikik geli akibat ucapan Harun yang secara tiba-tiba.

Dengan senyum yang merekah, Nono memberikan izin kepada Harun. Jika tadi banyak orang yang melongo akibat mendengar penuturan Harun, kini justru Harun yang melongo akibat mendapat restu dari Nono. Bukankah Ayana sudah menikah, lalu kenapa kedua orang tua Ayana memberikan izin kepada Harun?

-----o0o-----

Jodoh itu pasti bertemu. Sejauh apapun kamu melangkah. Sejauh apapun kamu menghindar. Jika namamu dan namanya sudah tersanding di lauhul mahfudz, maka tak akan ada seorang pun yang mampu menggantikan

-----o0o-----

Continue Reading

You'll Also Like

1M 32K 43
-please be wise in reading- โˆ† FOLLOW SEBELUM MEMBACA โˆ† Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
667K 19.5K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
2.1M 98K 70
Herida dalam bahasa Spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
107K 12.2K 17
Bukan BL Arkanna dan Arkansa itu kembar. Tapi mereka sudah terpisah semenjak masih bayi. Dulu, orangtua mereka menyerahkan Arkanna kepada saudara yan...