Ayana √

By queenqurrotaayun

5.8K 409 6

{ End } Baca sampe ending. Jangan di loncat bacanya. Karena yang greget asa di tengah-tengah. Jangan lupa vot... More

Telephone dari seberang Provinsi
Cirebon, Ayana On the Way!
Bertemu
Salah Paham
Penjelasan
Pendekatan
Makam Sunan Gunung Jati
Outbound Siwalk
Keraton Kanoman
Bukit Gronggong
Calon Menantu
Meneduh
Kost Sementara
Couple Batik
Berkunjung ke Rumah Mama'
Buah Tangan
Kota Santri, Ayana Kembali!
Boy dan Putra
Keputusan
Khitbah
Harun
Wedding Ayana Putra
Ending
Epilog

Wanawisata Ciwaringin

76 8 0
By queenqurrotaayun

Matahari mulai terik, namun dua insan masih berada di dalam Rumah Panti Asuhan al Zahro. Mereka di sambut dengan baik oleh orang-orang yang berada di dalam panti. Terlebih lagi, Ibu yang mengasuh anak-anak malang tersebut.

Beruntunglah kita yang masih di karuniai orang tua yang masih lengkap. Salah satu dari orang tua kita, ataupun kita sudah di tinggal meninggal oleh kedua orang tua kita. Setidaknya, kita masih mengetahui dan mampu melihat kehadiran mereka di dalam hidup kita.

Beda halnya dengan anak-anak di panti tersebut. Mereka haruslah tinggal bersama orang yang jelas-jelas tak ada hubungan darah dengannya. Bahkan di antara mereka, ada yang tidak tau siapakah orang tua mereka, di mana mereka lahir, serta bagaimana asal-usul dari keluarga aslinya.

Jam dinding menunjukkan pukul 01.30 pm. Sinar matahari masih terasa menyengat ketika bersentuhan dengan kulit. Bahkan, jika sudah menggunakan kain lengan panjangpun panasnya matahari masih terasa.

Setelah meminta izin pamit kepada Ibu Panti, mereka akhirnya memutuskan untuk segera pergi menuju tempat selanjutnya. Masih ada dua tempat lagi yang akan mereka kunjungi, dan satu tempat lagi yang Ayana tidak ketahui akan kemana.

Butuh waktu sekitar satu jam menuju ke Wanawisata Ciwaringin. Tempatnya yang lumayan sejuk menambah rasa tentram bagi siapapun yang ingin menenangkan hatinya. Hijaunya daun membuat netra menjadi segar. Menghilangkan rasa kantuk yang sedari menyerang kedua netra milik Ayana.

“Bagus,” gumam Ayana setelah turun dari motor yang tadi di gunakan olehnya bersama Harun.

“Helm-nya Dek!” teriak Harun saat melihat Ayana akan pergi menjauh darinya tanpa melepas helm yang tadi di gunakan olehnya.

Di raba kepalanya. Dan benar saja, Ayana saat ini belum melepas helm yang tadi di gunakan olehnya.

“Hehehe, lupa Kak. Habisnya bagus banget tempatnya. Adem. Apalagi danau di depan itu, indah banget sumpah!” Ayana melangkahkan kakinya untuk kembali ke arah di mana Harun sedang menunggunya di samping motor miliknya.

“Tungguin aku dulu kalau mau kesana, nanti di bawa makhluk halus kalau jalan sendirian!” goda Harun menakuti Ayana.

“Serius?”

“Iya …, enggak lah! Mana ada setan yang mau culik kamu. Dimarahin istrinya nanti kalau berani culik cewek cantik kaya’ kamu,” gombal Harun yang di hadiahi senyum manis milik Ayana.

“Apaan coba, udah ah ayuk cepetan!” pinta Ayana yang sedang salah tingkah, meninggalkan Harun yang sedang berjalan di belakangnya.

Wanawisata Ciwaringin merupakan wisata yang sekitarnya di penuhi oleh banyak pohon kayu putih yang membuat aroma khas dari tempat tersebut. Banyak pengunjung yang berada di tempat tersebut. Ada yang datng bersama keluarga, teman, ataupun kekasih hatinya.

“Mau naik perahu nggak?” ajak Harun kepada Ayana.

“Emang bisa?” jawab Ayana sembari menolehkan kepalanya ke arah Harun.

“Bisa dong. Ayo kesana!” tanpa berbicara, Ayana langsung mengikuti Harun dari belakang.

“Pak, sewa perahunya ya,” ujar Harun.

“Iya dek. Mau sama Bapak, apa di bawa sendiri aja?” tanya bapak tersebut.

“Sendiri aja Pak.” Setelah perahu siap, Ayana dan Harun langsung menaiki perahu tersebut. Ada keraguan saat Ayana ingin menaikinya, namun dengan semangat serta iming-iming keindahan danau tersebut, akhirnya Ayana tergoda dan naik di atas perahu dengan bantuan dari Harun yang sebelumnya sudah di batasi dengan kerudung panjang milik Ayana.

“Siap?” tanya Harun memastikan.

“Beneran aman kan? Aku nggak bisa renang soalnya,” cicit Ayana merasa cemas.

“Bismillah sama aku aman kok!”

“Oke, ayo berangkat!”

“Berangkat!”

Sungguh indah memang danau di Wanawisata Ciwaringin. Dari tengah danau, kita mampu melihat dengan jelas orang-orang yang berada di sekitar danau tersebut.

“Ayo foto Dek?” pinta Harun.

“Maaf, aku nggak bisa,” tolak Ayana secara perlahan.

“Kenapa?”

“Ada sesuatu yang harus aku jaga,” ujar Ayana sembari tersenyum.

“Kamu, belum ada calon kan?” tanya Harun ragu.

“Untuk saat ini belum.”

“Maksudnya?”

“Belum ada yang mau sama aku,” kekeh Ayana.

“Kamu masih jaga hati buat aku?” harap Harun. Dan Ayana hanya mampu terdiam menjawab pertanyaan dari Harun.

“Makasih,” ujar Harun sembari tersenyum ke arah Ayana.

“Buat?” kedua alis Ayana mengerut menunjukkan bahwa dia kini tengah merasa kebingungan.

“Buat hati kamu yang selalu jaga namaku dalam setiap langkahmu.”

“Dih, ge-er banget. Siapa juga yang jaga hati buat kamu?!” elak Ayana.

“Makasih udah mau kasih aku kesempatan untuk yang kedua kalinya.”

“Setiap orang punya kesempatan kedua, atau bahkan yang ketiga. Tinggal orang tersebut mampu menjalankan kesempatan dengan sebaik mungkin atau tidak,” jawab Ayana bijak. Dan Harun hanya tersenyum untuk menjawab pernyataan sekaligus jawaban dari Ayana.

Keheningan menyelimuti mereka. Harun yang sedang mendayung dan Ayana yang sedang melihat pemandangan di sekitarnya. Setelah sampai di tengah, Harun berhenti mendayung kapal yang mereka tumpangi.

“Kenapa berhenti?” tanya Ayana bingung.

“Di sini aja dulu. Kamu nikmatin sejuknya udara di sini.” jawab Harun.

“Coba deh, kamu tutup mata kamu sebentar. Rasain ketenangan yang di ciptain oleh danau ini.”

Ayana mengikuti saran dari Harun. Dia memejamkan kedua netranya. Ayana mengembangkan senyum manisnya secara perlahan.

Tanpa Ayana sadari, Harun mengambil ponselnya dan memotret wajah cantik Ayana yang sedang terpejam secara diam-diam. Setelah mendapatkan apa yang di inginkan olehnya, dengan segera Harun memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celananya.

“Tenang banget rasanya. Kakak pernah kesini?” tanya Ayana yang masih setia memejamkan kedua netranya.

“Pernah sekali. Itupun sama orang yang sangat berarti buat aku selama ini. Orang yang selalu berada di dalam benak serta lubuk hatiku,” jawab Harun dengan menatap lekat wajah Ayana yang kini mulai mencoba membuka kedua irisnya sembari menetralkan cahaya yang masuk ke dalam kornea-nya.

Tatapan di antara mereka saling bertemu. Ada sorot kecewa dari netra Ayana saat memandang lekat wajah Harun. Memang mungkin Ayana bukanlah orang yang berada di dalam hati Harun.

Tapi kenapa Harun meminta kesempatan kedua untuk bisa bersama dengan Ayana?Mata Ayana memanas. Hidungnya terasa perih. Dengan sekuat hati Ayana mencoba untuk tidak menjatuhkan air matanya. Rasa kecewa menyeruak dalam hatinya.

Kenapa rasa sakit itu muncul lagi di saat mereka berdua tengah bersama. Kenapa harus ada orang lain yang memasuki kehidupan Harun saat mereka tidak bersama? Fikiran-fikiran negatif menggerogoti kepala Ayana.

“Dek.” Hanya ada keheningan di antara keduanya. Harun yang merasa bingung akan sikap Ayana yang tiba-tiba berubah, dan Ayana yang sedang menormalkan perasaan sesak yang ada di dalam hatinya.

“Aku ada salah?” tanya harun bingung. Ayana masih tetap diam.

“Aku ada salah?” tanya Harun setelah beberapa menit tak mendapat jawaban dari Ayana.

Ayana memejamkan kembali kedua netranya guna menormalkan rasa sesak di dalam hatinya. Setelah merasa bahwa sesaknya mulai sedikit berkurang, Ayana kembali membuka kedua netranya dan tersenyum kecut ke arah Harun.

“Enggak,” jawab Ayana.

“Kamu udah ada penggantiku selama ini?” lanjut Ayana dengan suara parau.

“Enggak ada!” jawab Harun cepat sembari menggelengkan kepalanya.

“Terus yang kamu bilang orang spesial kamu tadi?”

“Dia ada di hadapanku,” jawab Harun sembari tersenyum hangat kepada Ayana.

"Kayaknya ada bau-bau cemburu!” goda Harun sembari memandang wajah Ayana yang tengah tersipu malu lantaran ketahuan cemburu.

“Enggak!” jawab Ayana cepat.

“Leh?” ujar Harun sembari terkekeh.

"Udah ah, balik yuk. Udah sore, waktunya sholat ashar juga.”

“Beneran udah puas di sini? Kalau belum, kita di sini aja dulu. Waktu sholat ashar juga masih lama,” tawar Harun.

“Dek, pejamkan matamu.”

“Selalu aku lakuin saat aku sedang rindu kamu. Saat aku ingin liat kamu. Aku selalu pejamin mataku,” jawab Ayana sembari tersenyum ke arah Harun. Seolah-olah masalah salah paham serta cemburu sirna dengan sendirinya.

“Aku sayang sama kamu. Rasaku nggak pernah berpaling dari kamu. Berulang kali aku mencoba untuk mencari penggantimu, semua rasanya percuma. Karena kembali, saat aku merasakan sakit aku selalu kembali ingat dengan kamu.”

“Apa rasa lima tahun yang lalu masih ada untukku?”

Ayana terdiam beberapa saat. “Rasa ini selalu ada dan tersimpan manis dalam hatiku. Setiap kali aku ingin mencoba untuk membuka hati untuk orang yang baru, bayangan sosokmu selalu datang menghantuiku. Seolah dia mengatakan bahwa aku harus menjaga hatiku untuk kamu.”

“Meski ada banyak keraguan dalam otakku, selalu hatiku yang menang. Setiap kali otakku mengatakan untuk mundur, hatiku selalu mengatakan bahwa aku harus bertahan. Itu sebabnya aku sulit untuk berpaling dari kamu. Kamu Karunku. Kamu adalah harta yang aku miliki di dalam hatiku yang terdalam.” lanjut Ayana.

“Aku laki-laki. Tapi entah kenapa, aku selalu kalah tiap kali bahas dan adu ucapan masalah romantis sama kamu. Aku selalu mati kutu saat seperti ini. Kamu selalu menang Dek. Menang atas segalanya dariku. Tapi satu yang harus kamu tau, rasa sayangku ke kamu itu nggak sekedar ucapan belaka. Aku bersyukur, karena kamulah aku bisa seperti ini. Aku bisa raih cita-citaku semua atas do’a serta semangat dari kamu.”

“Aku minta maaf, aku dulu egois. Aku ingin selalu mengerti tentang kamu. Aku selalu ingin kamu ada buat aku. Aku nggak ingin kehilangan kamu. Tapi aku sadar, bahwa dulu itu hanya nafsu belaka. Cinta yang sebenarnya nggak harus melulu ada buat kita dan selalu ada di dekat kita. Tapi cinta adalah saling rela melihat pasangannya bahagia.” Ayana menghembuskan nafasnya secara perlahan.

“Aku minta maaf kalau dulu sering ngekang kamu. Selalu komentarin apa yang kamu lakukan dan apa yang kamu ucapkan. Aku nggak ada niatan buat ngekang kamu sebenarnya, hanya saja aku cuma pingin liat kamu lebih baik. Tapi mungkin caraku saat itu salah,” lanjutnya.

“Emang sih, aku ngerasa kekekang sama apa yang kamu ucapin. Tapi aku juga sadar kalau itu buat kebaikan aku juga. Aku juga bahagia sama cara kamu, itu berarti kamu perhatian sama aku,” jawab Harun sembari tersenyum manis ke arah Ayana.
a
“Makasih,” ujar Ayana tulus.

“Buat?” tanya Harun bingung.

“Buat perhatian serta rasa cinta kakak dulu. Aku pernah menyesal karena aku kenal kamu. Karena kamu, aku jadi di musuhin sama temen deket aku sendiri. Karena kamu, aku jadi takut kalau kena takzir sewaktu di pondok. Karena kamu juga aku pernah menolak anak kyai yang suka sama aku.” Ayana terkekeh di kalimat terakhirnya.

“Aku minta …,“ Belum sempat Harun menyelesaikan ucapannya, Ayana sudah menyelanya.

“Tapi aku juga berterima kasih sama kamu. Karena kamu, aku bisa merasakan apa itu mencintai dan di cintai secara sekaligus. Aku bisa merasakan bahagianya di perhatikan oleh orang yang kita sayang,” ujar Ayana sembari terkekeh pelan.

“Udah lumayan sore, balik yuk!” ajak Ayana kepada Harun. Dan dengan segera, Harun membawa perahunya ke tepi danau. Perlahan tapi pasti, rasa bahagia saat mencintai orang yang berada di depannya mulai tercipta kembali. Dan hal itu mampu membuat Harun tersenyum bahagia karenanya.

Ucapan Ayana membangunkannya dari segala kesalahan yang pernah di lakukan olehnya dahulu.  Menyerah sebelum berjuang. Hanya pasrah kepada Sang Esa tanpa mau berusaha bukanlah jalan yang tepat. Justru hal itu membuat hati sang pasangan akan merasakan kepedihan yang tak mampu dia kira sebelumnya.

Dan Ayana juga sudah menyadari. Bahwa cinta itu tak butuh omongan semata. Orang yang menyayangi kita hanya akan membuktikannya tanpa kata atau omongan kosong belaka. Karena sesungguhnya seorang wanita membutuhkan sebuah kepastian dengan pembuktian, bukan dengan hanya ucapan yang mampu membuat kita melayang.

------o0o-----

Pasrah dan menyerah itu beda tipis. Pasrah boleh, menyerah jangan! Pasrah tidak ada yang melarang, hanya saja ikhtiar jangan lupa di lakukan.

-----o0o-----

Continue Reading

You'll Also Like

251K 5.2K 17
Kesepakatan gila yang diberikan Gavriel lalu disetujui penuh oleh Baek Dahyun, secara singkat membuat hidup Dahyun berubah drastis. Keduanya menjalin...
813K 23K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
2.1M 98.2K 70
Herida dalam bahasa Spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
675K 19.7K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...