Transmigration of Bad Boy

By skyblueorpurple

272K 34K 1.7K

Anjir, gue dimana sih? "Nama saya Vero?" "Iya nama kamu Vero, Nak. Alvero Mahanta," Lah anjir, seinget gua na... More

PROLOG
Masih Hidup
Back to Home
Back to School
BK
Famous
Balapan
Makam
Bryan Lagi
Vira Kumat
Kehidupan Baru
Menjauh
Mabuk
Pergi
Kesal
Deana
Cerita
Jadi Pendamping Hidupmu
Hujan-Hujanan
Jadian
Ujian
Ngambek
Gugup
Ini Bukan Mimpi, kan?
Siuman
Kelulusan
Kenyataan Pahit
Gadis lain lagi
Galakan Shelin
Luka Itu
Indirect Kiss
Vero Tahu Semuanya
Yang Sebenarnya
Lamaran
Delapan Anak
Epilog
Extra Part
I N F O
...
INFO *GA PENTING PENTING AMAT SI*

Liburan

3.1K 453 20
By skyblueorpurple

Hai semua.

Maaf kalo kemaleman, ketiduran huhu. Oh ya, ingetin lagi, jangan lupa baca storyku yang baru ya. Di profil ku Kaylalakayla.

Vote dan komen jangan lupa.

~

"Kita mau kemana sih, Ver? Disuruh bawa baju banyak lagi." Vero menaikkan kedua bahunya. Tadi pagi, Vero dapat telepon dari Vira. Katanya, mereka berdua harus ke rumah siang ini dan membawa beberapa pakaian di dalam koper.

Mobil Vero memasuki halaman rumah megah keluarga Vero. "Hai, Sayang! Akhirnya dateng juga. Mama kangen." Vero menatap cemburu mamanya dan Deana yang sedang berpelukan.

"Cih! Anak sendiri nggak disambut." Vero menghentakkan kakinya, pelan. Dia melengos, seperti anak kecil yang tidak dibelikan permen. Iva dan Deana tertawa melihat sifat kekanak-kanakan Vero.

"Sama papa aja sini." Deon merentangkan tangannya, agar Vero masuk ke pelukannya. Vero menatap, ngeri sekaligus terkejut papanya sendiri. "Hih! No! Nggak minat!"

"Musuhan banget sih kamu sama Papa. Ulu ulu, sini sini! Anak kesayangan mama." Vero tersenyum lalu menghambur ke pelukan mamanya.

"Wlek! Mama punya Vero, Papa pergi aja sana." Vero meledek Deon yang berdiri di ambang pintu.

"Ya udah, Deana buat papa ya?" Vero melotot, memperingati Deon. Iva terkekeh, lantas tangannya memukul pelan bahu anak lelakinya itu. "Udah, udah! Nanti lagi ributnya. Sekarang, masuk yuk!"

"Hai, De." Vira melambaikan tangan ke arah Deana. Deana tersenyum dan membalasnya. Vero mengamati pakaian Vira dan Bryan yang konsepnya sama.

Vero menyenggol pelan lengan Deana, kemudian menunjuk dua manusia itu dengan dagunya. "Aw! Ada yang, ekhm, ekhm, couple nih."

"Siapa?" tanya Vira. Vero menunjuk Bryan yang berada di belakang Vira. Vira membalikkan badan, melihat baju yang dikenakan Bryan. Kedua matanya melebar, mendapati mereka berdua memakai baju dengan konsep yang sama.

"Ih! Lu ikut-ikut gue ya? Lepas!" marah Vira.

"Apaan? Lu kali yang ikut-ikut gua." Vero tertawa melihat kelakuan mereka berdua. Sedetik berantem, sedetik kemudian akur lagi.

"Kalo sehati mah bilang aja kali," lirih Vero. Vero menghempaskan dirinya di sofa empuk ruang tamu keluarganya. Kakinya ia luruskan. Matanya terpejam.

"Eh, kok malah duduk! Ayo ih berangkat! Tiga puluh menit lagi pesawat kita take off nih." Vero membuka matanya. Menegakkan badannya, menatap bingung Vira.

"Lah, mau kemana?" tanya Vero. Vira melempar tiket pesawat ke arah Vero. "Ngapain ke Semarang?"

"Sebenernya nggak ke Semarang sih. Itu nanti kita naik mobil ke Villa Papa yang ada di Dieng."

"Liburan?" Vira mengangguk kecil.

"Iya! Udah cepetan. Nanti kita ketinggalan pesawat." Vero beranjak dan berjalan menuju mobilnya. Mengambil seluruh bawaannya dan Deana, lalu memindahkannya ke bagasi mobil keluarganya.

"Papa, Mama, nggak ikut?" tanya Vero. Deon dan Iva kompak menggeleng. "Papa sama Mama ada urusan di luar negeri."

"Soon ikut ya?"

***

"Kita duduk dimana?" tanya Deana. Vero mengamati sebentar. "Tuh, di situ."

Deana segera menuju tempat duduknya. Begitu pun Vero. "Eh! Kalian sengaja ya milih kursi couple gini, hmm?" tanya Vero. Vero menaik turunkan kedua alisnya, menggoda Vira.

"Apaan sih? Orang mama sama papa yang beliin juga. Gua mah terima jadi doang." Vero mengangguk dengan bibirnya yang mencebik, meledek Vira. Vira melotot, memperingati Vero untuk duduk diam saja.

Vero tertawa, lalu duduk tenang di kursinya. "De ...."

"Hmm?"

"Kamu kapan mau baikan sama ayah kamu?" tanya Vero. Deana terdiam. Benar juga apa kata Vero. Dia tidak boleh terlalu lama memiliki hubungan buruk dengan ayahnya.

"Belum tau, Ver. Aku belum mau mikirin itu. Udah, nggak usah dipikirin. Mending kamu tidur, masih satu jam kita sampai di Semarang."

Sedangkan, di bagian belakang, Vira dan Bryan sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Bryan termenung, melamun. Sedangkan Vira, sibuk dengan dunia novelnya.

"Hah." Sudah kesekian kalinya Bryan menghela nafas. Vira yang di sebelahnya, menengok mendengar helaan nafas Bryan. "Kenapa, Bry?"

"Hmm? Nggak papa."

"Nggak papa gimana? Lo dari tadi, hah, heh, hah, heh mulu." Bryan menatap dalam mata Vira. Tersenyum, kemudian dia berkata, "Nggak. Gue nggak papa."

***

"Dingin njir." Vira memeluk guling di dekapannya. Ia mengusap-usap kedua lengannya, berharap panas muncul di tubuhnya. Deana dari tadi malah santai membaca buku. Padahal bajunya lebih terbuka dibanding Vira.

"Sayang ...." Vero berlari mendekat ke arah Deana. Deana menutup bukunya, menerima Vero yang memeluknya. "Anjir! Mata gue ternodai!"

"Bry! Tuh ada yang mau dipeluk!" teriak Vero, memecah fokus Bryan yang sedang bermain game online. Matanya menatap sekilas Vira dan mengumpat pelan saat dirinya kalah bermain game online.

"Ck! Nggak minat." Bryan menyenderkan kepalanya. Menutup matanya, menenangkan perasaannya yang sudah tak karuan dari kemarin.

"Besok kita take off pagi, kan? Mending sekarang kita tidur. Biar besok bangun pagi." Bryan membuka matanya, saat mendengar kata take off di telinganya. Entah kenapa, perasaannya menjadi tidak enak.

"Perasaan gue kok nggak enak ya?" tanya Bryan.

"Mules kali perut lu." Bryan menggeleng. Tangannya mengusap kasar muka tampannya. "Ayo, De. Tidur."

Vira dan Deana berlalu, masuk ke kamar mereka. Tinggal Vero dan Bryan saja yang berada di ruang tamu. "Gue tidur duluan ya?"

Bryan mengangguk, tetap dalam posisinya yang duduk dengan kepala mendongak ke atas. Matanya terpejam, mencoba menghilangkan seluruh perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya.

Sampai tengah malam, Bryan masih belum bisa menghilangkan perasaan tak enaknya tersebut. Dirinya beranjak, membuka kulkas untuk minum air dingin. "Lo belum tidur, Bry?"

Hampir saja tersedak, Bryan memutar tubuhnya, melihat siapa orang yang membuatnya ingin tersedak. "Minggir! Gue mau minum!" perintah Vira. Vira membuka satu botol air mineral, dan menenggaknya setengah.

Saat Vira ingin kembali ke kamarnya, Bryan tiba-tiba mencekal tangannya. Tanpa izin, Bryan memeluk tubuh mungil Vira. Kepalanya ia sembunyikan di bahu Vira.

Jantung Vira hampir copot, mendapati Bryan tanpa izin memeluknya. Pipi dan telinganya memerah, saat Bryan menariknya agar lebih dekat dan mengeratkan pelukannya.

"Perasaan lo masih nggak enak?" tanya Vira. Vira berusaha menenangkan jantungnya yang masih memompa cepat. Merasakan Bryan mengangguk, Vira mengelus pelan punggung Bryan.

"Udah nggak usah dipikirin." Tangan Vira masih sibuk mengelus pelan punggung Bryan. Tangannya berhenti, merasakan bahunya basah. "Lo nangis, Bry?"

Vira menjauhkan dirinya, ingin melihat wajah Bryan. Tapi, Bryan malah menariknya lagi dan mengeratkan pelukannya. Bryan mengangkat wajahnya, menatap dalam mata Vira.

Pipi Vira memerah kembali, mendapati Bryan menatapnya begitu lama. Wajah Bryan sangat dekat, hingga nafas hangat Bryan menerpa pelan wajah Vira.

Bryan memajukan wajahnya, mendekatkan bibirnya ke telinga Vira. "Vira. Gue sayang sama lu," bisik Bryan dengan suara serak khas orang sehabis menangis.

Tubuh Vira terasa kaku, setelah mendengar pengakuan tiba-tiba dari Bryan. Sedangkan Bryan, dia kembali menyembunyikan mukanya di bahu Vira. Tangannya bergerak, mengeratkan pelukannya pada pinggang Vira.

"Vir ...."

"Hmm?"

"Jangan tinggalin gue ya?" pinta Bryan. Vira mengernyit heran. "Lo doain gue cepet meninggoy?"

Bryan menggeleng. Kepalanya menegak, menatap dalam mata Vira. Tangannya masih setia, memeluk pinggang kecil itu. Satu tetes air mata jatuh dari pelupuk mata Bryan.

"Bry, lo kenapa sih?" tanya Vira. Tangannya terulur, mengusap jejak air mata di pipi Bryan. Saat ingin menarik tangannya, tangan Bryan menahan tangan Vira. Mengusapnya perlahan, sambil memejamkan matanya.

"Vir ...."

"Apa?"

Bryan mengikis jarak wajah mereka. Bibirnya mendekat ke pipi Vira. Saat benda dingin itu menempel sempurna di pipinya, Vira menegang sempurna.

Bryan menjauhkan bibirnya dari pipi mulus Vira. Matanya beralih menatap bibir tipis warna merah muda milik Vira. Tangannya mengelus pelan pipi Vira. Satu kecupan singkat di bibirnya, berhasil membuat Vira melebarkan matanya.

"Vir, karena gue udah cium lo. Lo punya gue, sampai kapan pun!" ujar Bryan. Vira menggigit bibir bawahnya, menahan senyum. Tapi, bibirnya tetap saja tersenyum malu-malu. Semburat merah tercetak jelas di pipi dan telinga Vira.

Bryan tersenyum manis, melihat Vira malu-malu menanggapi perasaannya. Dia mengeratkan pelukannya, membuat Vira semakin dekat dengan tubuhnya. Kepalanya menunduk, mengamati muka menggemaskan milik Vira.

Anjir! Bryan main nyosor aja!

***

Jangan lupa vote komennya sistah😎

Gimana Vira sama Bryan? Baper nggak? Baper nggak?

Bryan kek nggak punya dosa weh main nyosor aja😭🔫

Menurut kalian, siapa yang mergokin Bryan sama Vira ciuman di dapur?🙂✌

Bye, jumpa lagi di part selanjutnya yang pasti akan banyak kejutan kecil😉

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 129K 48
Di novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketena...
209K 17.6K 32
PART SUDAH TIDAK LENGKAP (SUDAH DI TERBITKAN OLEH XANGGITA REACTION) Tentang Laki laki Brandal yang mengalami transmigrasi ke raga cowok cupu dan ti...
ARSENIO By Rahmawati

Teen Fiction

52.3K 2.7K 56
bagaimana jadinya jika seorang arsenio buana yang dikenal nakal, bar bar dan seorang playboy harus ber tasmigrasi kedalam tubuh seorang banci dan cul...
2.9M 186K 46
[Part lengkap] Blur : Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang...