[🔛] Semanis Madu dan Sesemer...

بواسطة vocedeelion

400K 42.4K 10.5K

"SEMANIS MADU DAN SESEMERBAK BUNGA-BUNGA LIAR" Terjemahan Indonesia dari cerita MarkHyuck terbaik: "Honeymout... المزيد

Disclaimers
Honeymouthed and Full of Wildflowers Playlist
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXI
XXII
XXIII
XXIV
XXV
XXVI
XXVII
XXVIII
XXIX
XXX
XXXI
XXXII
XXXIII
XXXIV
XXXV
XXXVI
XXXVII
XXXVIII
XXXIX
XL
XLI
XLII
XLIII
XLIV
XLVI
XLVII
XLVIII
🎉 BIRTHDAY GIVE AWAY 🎉
XLIX
XLIX (Deleted Scene)
🎉 3K FOLLOWERS GIVE AWAY 🎉
L
LI
LII
LIII
LIV
LV
LVI
LVII
LVIII
LIX

XLV

2.5K 309 63
بواسطة vocedeelion

A/N dari Pududoll: Mau kasih penjelasan sedikit. Eo adalah nama ibu kota, sedang Eos adalah nama suku etnis. Dan juga, Ceann bukan nama melainkan gelar, yang berarti pemimpin/komandan. Nama dari Ceann dari Panji Merah akan tetap jadi misteri hingga nanti.

Peringatan tambahan untuk bab ini: pembunuhan dalam perang, ancaman akan hubungan paksa, pelecehan seksual, juga ancaman bunuh diri. Untuk penjelasan lebih lanjut ada di catatan akhir cerita demi menghindari spoiler. Kalau tetap mau tau peringatannya lebih dulu, bisa langsung terjun ke akhir cerita. Karena bab ini mengandung konten terkait hal-hal yang cukup berat, MOHON JANGAN DIBACA kalau kamu merasa nggak nyaman. Selalu utamakan kenyamananmu pribadi.

A/N dari Vocedeelion: Hai! Maaf aku baru bisa update sekarang. Selain karena harus mengerahkan seluruh waktu untuk skripsi dan persiapan cetak Burning Soul, beberapa hari ini aku juga sibuk nyiapin lebaran, makanya walau naskahnya udah siap, aku belum punya kesempatan segera untuk editing dan revisi, hehe. Btw, minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Selamat lebaran bagi yang merayakan, ya! Dan juga, selamat hari Kenaikan Isa Almasih! Lebih baik telat ngucapin daripada nggak sama sekali, ya :'D Oh, iya, di bagian akhir nanti, aku bakal ada promosi fanbook markhyuck. Bagi kalian yang penasaran dan berminat, cek end note di bawah setelah baca bab ini, ya! For now, please enjoy the story, loves! <3

.

.

.

= RANTING-RANTING BERDARAH MENGHIASI LANGIT TEMPATMU BERPULANG =

Playlist: 비밀의 숲 - Kim Jun Seok, We Must Be Killers - Mikky Ekko

.

.

.

Hal paling sulit dari memercayai seseorang adalah memercayai seseorang.

Dengan keluarga dan teman-temanmuㅡorang-orang yang menjadi rekanmu tumbuh dan berkembang, orang-orang yang terpilih untuk berada di sekitarmuㅡtidaklah begitu sulit. Kau punya banyak kesempatan untuk menguji mereka, untuk melihat sendiri di mana mereka meletakkan kesetiaan. (Meski begitu, terkadang kau juga bisa salah kaprah.) Namun, bagaimana dengan memercayai orang asing? Bagaimana kau bisa memercayakan nyawa orang terkasihmu di tangan seseorang yang baru kau temui? Siapa yang punya cukup keberanian untuk membuat keputusan itu? Apakah memang butuh keberanian, atau malah kebodohan?

Ayah Mark tidak akan memercayai Renjun. Ia malah akan menebas lelaki itu dengan pedang, berkali-kali untuk memastikannya mati. Kemudian, hanya pada saat itu, ia mulai akan bertanya. Mark menduga akankah Donghyuck memercayai Renjun. Kemungkinan iya, hanya untuk membuat jengkel bayangan sang raja dalam kepalanya. Terkadang, Donghyuck akan memulai tindakan memalukan sebelum melakukan tindakan yang bijaksana. Mark pernah membenci sikap itu; akibat kekejutan yang dihasilkan, fakta bahwa Donghyuck bisa melakukan sesuatu tak terduga di luar aturan, juga dengan fakta bahwa segala tindakannya selalu berhasil. Mark juga mulai mencintainya karena alasan-alasan tersebut. Terkadang, Donghyuck selalu membuat segala hal berhasil. Mark tidak yakin dirinya sendiri bisa.

Namun, hari ini ia harus yakin.

Tidak ada cukup waktu untuk meragu. Tidak ada waktu untuk kembali dan meminta Renjun menggantikan posisinya. Mark hanya mampu menggertakkan gigi dan berjongkok sambil mengitari para pengintai yang para pemanah Eo siapkan, mengingat posisi-posisi mereka apabila ia harus menciptakan jalan keluar dari kekacauan ini.

Berada di atas lereng menjadi keuntungan bagi para pemanah itu, tetapi mereka tetap memanjati pepohonan supaya lebih sukar untuk dideteksi. Bagaimanapun juga, karena terlalu fokus pada kaki pengunungan, di mana orang-orang Johnny seharusnya muncul, mereka tidak menyadari Mark yang menyelinap di belakang.

Begitu Mark berada lebih dekat, ia bisa mendengar suara mereka lebih jelas. Gemeresik dan bisikan lembut. Anggota mereka tidaklah banyak. Kurang dari dua puluh pria tampak bertengger di pepohonan, sedang selusin lagi memijak tanah. Beberapa dari mereka membawa pedang, tetapi tidak satu pun tampak ahli menggunakannya. Lagi pula, apa yang bisa ahli pedang lakukan di tengah penyergapan? Sangat sedikit. Namun, seorang ahli pedang bisa melakukan banyak hal kepada sekelompok pemanah yang punya sedikit pengalaman dalam pertempuran jarak dekat. Mark tersenyum pada diri sendiri, merasakan bobot pedang Renjun di sisinya. Apabila ia bergerak melawan, mereka dipastikan mati sebelum bisa meloloskan panah.

Tapi, kau di sini tidak untuk melawan para pemanah. Kau di sini hanya untuk Donghyuck.

Mark mengambil napas, berusaha menenangkan diri, menekan adrenalin dan insting yang berusaha mendorongnya ke dalam pertempuran. Ia sudah pernah melakukan ini sebelumnya, berkali-kali. Ia pernah berada dalam penyergapan, juga pernah mengacaukan berbagai penyergapan. Kunci satu-satunya adalah dengan menyembunyikan aroma, memastikannya tak lolos sedikit pun. Dan kunci untuk menyembunyikan aroma adalah tetap berpikir jernih, sesuatu yang kebanyakan Alpha tidak bisa lakukan, terutama di dalam sebuah pertempuran. Beberapa Alpha berpikir bahwa tindakan tersebut adalah sesuatu yang tidak terhormat. Ini cenderung menguntungkan posisi Markㅡkeengganan para Alpha menyembunyikan aroma mereka. Apabila mereka enggan melakukannya, mereka kemungkinan tidak percaya akan ada Alpha yang mau melakukannya. Hal ini membuat para Alpha mudah dibodohi, sesuatu yang Mark pelajari berulang kali selama pertempuran dengan para bajingan penentang hukum yang terkadang menyerang perbatasan. Mungkin ia tidak tahu banyak tentang tradisi perang masyarakat Eo, atau tanggapan mereka terkait penyembunyian aroma, tetapi ia memercayai kemampuannya. Di seluruh dunia, tidak ada yang lebih pandai dari masyarakat Lembah dalam hal menyembunyikan aroma.

Pada penghujung jalur, di mana sungai menggali peristirahatan ke dalam perut gunung, seorang penjaga tampak memindai hutan, mencari tanda kedatangan Johnny. Mark menanti hingga angin berembus, menampar batang pepohonan dalam belaian tak sabar, dengan kayu yang berderak dan mendedas sehingga menutup suara langkah Mark seiring ia meninggalkan punggung si penjaga. Begitu berada di balik sesemakan, Mark akhirnya mendengar suara pria yang menculik Donghyuck di saat ia hanyut terbawa arus sungai.

Mark hanya mengingat suaranya. Ketika mereka di tengah hutan, berlari demi menyelamatkan diri, ia tidak punya kesempatan untuk melihat pria yang mengejar mereka. Ia mengingat aksen dan caranya bicara ketika ia menyumpah setelah Donghyuck mengatakan sesuatu dalam bahasanya. Kini, ketika pria itu melangkah ke bawah cahaya, berseragam selayak komandan alih-alih penjaga biasa, Mark melihatnya dengan jelas.

Pria itu berwajah kurus dengan sudut-sudut tajam nan kasar, selayak batu yang dipahat tergesa. Ia tidak tinggi, tidak juga berisi, tetapi para pria di sana mendengar kata-katanya bagai anggur putih yang mengalir. Pria itu adalah pemimpin, jelas, dan ialah yang memimpin orang-orang ini untuk menembus perbatasan ke kerajaan Mark, juga menculik pasangan Mark.

Mark ingin melihat pria itu tewas sebelum malam ini, tetapi ia tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan. Lagi pula, ia hanya punya satu.

Di mana kau, matahariku?

Seakan menjawab panggilannya, ia merasakan aroma Donghyuck; samar dan aneh, bagai sebuah titik warna di tengah-tengah penyergapan siang kelabu. Aroma itu hanya bertahan sebentarㅡDonghyuck, juga, pasti berusaha untuk menyembunyikannya, tidak ingin orang-orang ini tahu apa yang ia rasakan. Takut. Marah. Putus asa. Mark menahan gejolak aromanya yang ingin menenangkan lelaki itu. Para pemanah mulai merasa resah, berisik, sebelum akhirnya mendadak kembali hening. Sejenak, seolah segala tanda kehidupan lenyap. Keheningan janggal memenuhi tanah terbuka itu. Bahkan burung pun tidak berkicau. Hanya ada keheningan dan suara busur yang ditarik, kuat dan tegang. Sejenak, hanya itu yang terdengar.

Kemudian, derap langkah kuda. Suara derap langkah kuda terdengar menghantam permukaan lumpur segar.

Pergerakan kuda.

Renjun ... apa ia telah memperingatkan mereka? Apa ia berhasil tepat waktu? Apa mereka percaya padanya? Bagaimana bisa mereka ada di sini?

Mark menyaksikan prajurit di bagian depan mengangkat sebelah tangan sebagai tanda kedatangan kuda pertama dari dalam hutan. Ia memejamkan mata ketika titik-titik panah memenuhi langit, hitam menempa langit putih, gambar terbalik akan bintang jatuh di langit malam. Mark memejamkan mata, berfokus pada tekstur kerikil dan salju di bawah telapak tangan, lumpur dingin yang nyaris lembap menggesek sela-sela jemarinya. Mark berdoa agar keputusan memercayai Renjun bukanlah kesalahan, bahwa lelaki itu berhasil mencapai Johnny sebelum serangan dimulai. Ia berharap bahwa ia tidak menukar keselamatan pasangannya dengan nyawa sepupunya, sebab apabila Johnny tewas hari ini, ia tidak tahu dampak apa yang akan terjadi atau yang akan menimpa hubungannya dengan Donghyuck.

Namun, Mark telah membuat keputusan. Apabila ia harus mengorbankan Johnny, maka ia setidaknya harus menyelamatkan Donghyuck.

Mark melangkah semakin dekat, mengungguli rasa bingung atas serangan itu. Sebuah seruan muncul dari arah hutan di depan, suara yang saling kejar satu sama lain. Seorang pria memanjat turun dari pohon, busur di punggungnya berayun ketika ia menjejak tanah. Ia berbalik untuk menyerukan hal yang tidak Mark pahami. Sesuatu terasa aneh. Ini terlalu singkat, berakhir bahkan sebelum sempat dimulai.

Sang komandan, si wajah tajam dengan manik sedingin kristal, pun berbalik. Wajahnya tampak lebih tajam, dengan manik yang tampak lebih dingin. Ia berjalan menuju tanah terbuka. Mark mengikutinya dari balik sesemakan. Di sana, ia melihat tas-tas berisi perbekalan, panahㅡkayu dengan bulu gelap di ujungnyaㅡterikat membentuk tandan dengan benang-benang berwarna di atas tanah, seorang pria pemegang peta yang seketika mendongak ketika sang pemimpin memasuki tanah terbuka, dua penjaga yang berdiri di masing-masing sisi sebuah pohon, dan, di antara mereka, berlutut di atas salju, terikat dan duduk tegak, sangat indah dan megah, Donghyuck dari Pulau Selatan.

Mark nyaris menyentakkan napas ketika melihat lelaki itu. Kedua bibir Donghyuck tampak begitu pucat. Terdapat memar di bawah mata kirinya, menodai lekuk tulang pipinya, berikut darah kering yang mengotori dagunya. Seseorang memberikan Donghyuck sebuah jubah, bukan miliknya maupun milik Mark, yang beraroma janggal, seperti aroma sosok yang tidak pantas untuk sekadar menatap Donghyuck.

Sejenak, ia berharap Donghyuck akan mendongak dan menatap ke arahnya, mengunci tatapan mereka berdua. Apa yang Donghyuck lakukan lantas menatap kepala suku Eo dan mengeluarkan seringai congkak hingga Mark menganggap pria itu akan meninjunya.

Pria itu tidak meninju Donghyuck, melainkan menarik tali di lehernya, membuatnya jatuh dengan kedua tangan masih terikat di balik punggung sehingga tidak bisa melindunginya.

"Apa yang kau lakukan?" pria itu menyalak. "Apa yang telah kau lakukan?" ulangnya.

Donghyuck mendongak. Apabila ia kebingungan, ia tidak menunjukkannya. Ia lantas tertawaㅡDonghyuck tertawa di depan wajah pria yang menggenggam tali di lehernya, sungguh tindakan yang gilaㅡdan mengangkat dirinya bangkit hanya untuk kembali ditarik jatuh.

"Bagaimana kau bisa memperingatkan mereka?" Si pria bertanya, lagi, dan Donghyuck mengeluarkan batuk kecil. Tali di lehernya mulai terasa kencang.

"Ternyata berhasil." Donghyuck terdengar begitu yakin hingga Mark tidak tahu apakah ia hanya menggertak atau berkata jujur. "Kau seharusnya mengikatku ke dalam peti dan mengirimku ke perkemahan utamamu, Ceann dari Panji Merah yang terhormat."

"Mungkin itu yang harus kulakukan sekarang. Aku memang tidak berhasil membunuh tuan muda Clairs, atau pangeran Lembah, tapi aku mendapat pangeran muda lain yang bisa kujadikan kawan bermain dalam perjalanan pulang. Katakan, Pangeran Donghyuck, apa benar ayahmu menyogok orang-orang Lembah untuk mencarikanmu suami? Apa aku juga akan menerima uang apabila aku memutuskan untuk menjadikanmu milikku?"

Oh, ide buruk, pikir Mark. Sungguh sangat disayangkan. Kini, ia tidak lagi punya kesempatan untuk membunuh pria ini, sebab Donghyuck yang akan melakukannya. Ia tertawa sekali lagi, Donghyuck, dan tidak ada rasa takut sebagaimana yang berusaha ia sembunyikan dari Mark di malam pernikahan mereka. Hanya ada rasa percaya diri, beberapa tindak peremehan, dan sejumput tipis perasaan haus darah. Si pria penawan tidak tahu apa yang sedang ia hadapi.

"Apabila kau yakin bisa selamat di malam pernikahan kita, kau boleh mencoba. Tapi, aku lebih mencemaskan orang-orang yang seharusnya kau bunuh. Apabila mereka tidak jatuh ke dalam jebakanmu, tidakkah itu berarti mereka akan segera melakukan serangan balasan? Tut, tut, Jenderal. Kau tidak ingin tertangkap di tempat sergapanmu sendiri, kan?"

Si pria kembali membuat Donghyuck tersungkur. Ini kali ketiga ia melakukannya. Mark tidak yakin pria itu sanggup hidup lebih lama untuk menerima serangan Donghyuck yang ketiga.

"Bagaimana kau memperingatkan mereka?" tanya si pria, dan Donghyuck bergerak mundur, menyandarkan pundak pada pohon di belakangnya, pun terbatuk lemah.

"Apa yang akan kau berikan padaku apabila kuberi tahu?" balas Donghyuck dan pria itu menyeringai.

"Rantai di lehermu, sebagai permulaan. Satu lagi di kedua pergelangan tanganmu, juga pergelangan kakimu. Tiga puluh cambukan untuk setiap kata yang kau ucapkan. Apa itu cukup?"

"Kau tidak bisa menyentuhku, apa kau lupa?"

"Kau benar, aku lupa. Maafkan aku, Yang Mulia. Kalau begitu, mari bicarakan apa yang tidak akan kuberikan padamu. Makanan, ranjang, tempat mandi tertutup. Pakaian bersih. Aku tidak perlu melukaimu hanya untuk menyakitimu. Aku akan membuatmu berjalan telanjang menuju Eo apabila perlu."

"Kau suka itu, kan?"

Mungkin, Mark sudah terbiasa dengan Donghyuck. Ia mengenali bentuk-bentuk serangannya, sentakan keras aromanya. Masyarakat Kepulauan tidak menyembunyikan aroma mereka. Mereka membiarkannya mengalir bebas. Namun, tinggal di Lembah membuat Donghyuck belajar untuk mengendalikan aroma, untuk mengasah dan menajamkannya, untuk menghangatkannya di dalam tubuh hingga beraroma tajam bagai anggur yang diendapkan, seperti saat api menarik rasa bunga dan memperkental efek alkohol di lidahmu. Ketika Donghyuck berakhir mengeluarkannya, hanya ada beberapa orang yang mampu menahannya. Ketika ia mengeluarkannya, bahkan Mark sendiri tidak merasa siap. Sudah sangat lama sejak Donghyuck menggunakan aroma untuk memikatnya, dan bahkan ia harus mengambil langkah mundur dengan kedua mata terpejam, berusaha mengendalikan aromanya sendiri supaya tidak menguar. Alpha lain di tanah terbuka itu tidak punya kesempatan. Dua penjaga nyaris menjatuhkan senjata, kebingungan, dan pemimpin mereka seketika berada di atas Donghyuck dengan sebelah tangan melingkari leher lelaki itu. Sentakan napas keluar dari mulutnya.

"Apa yang kau lakukan?" erangnya. "Hentikan, segera."

"Bagaimana kalau tidak? Akankah kau menarikku ke tempat terbuka dan menyetubuhi Omega dalam diriku? Kuperingatkan kau, apabila kau menelanjangiku, segalanya bisa berubah menjadi lebih buruk. Akan kupastikan setengah orangmu terdistraksi sehingga para serigala akan melahap mereka dalam perjalanan pulang apabila kau mengancamku sekali lagi. Apa kau mengerti?"

Cengkeraman di sekitar lehernya menguat, tetapi Donghyuck tidak mengalah. Bukan nalurinya untuk bersikap demikian. Ia tidak tunduk pada siapa pun. Ia tidak menyerah.

Inilah Donghyuck yang Mark nikahi, pangeran yang bagaikan bilah pedang tanpa pangkal. Kau bisa menggunakannya untuk melukai seseorang, tetapi pedang itu juga akan melukaimu. Donghyuck selalu memastikan siapa pun yang berusaha memanfaatkannya akan membayar konsekuensi sepuluh kali lipat. Mark ingin meraih pedang tajam itu dan membaringkannya di permukaan ranjang bunga, mengulirkan mahkota di sekitarnya sehingga benda itu bisa digunakan tanpa menyakitinya. Sehingga benda itu tidak lagi bisa digunakan untuk menyakiti orang lain.

Donghyuck meludahi wajah si komandan dan suara tamparan yang terdengar setelahnya bagaikan ledakan di tengah tanah terbuka. Donghyuck, sebagai perlawanan, menerimanya selayak pangeran; dagu menanjak dengan mata yang kukuh. Namun, Mark harus menancapkan kuku ke telapak tangan untuk menahan diri agar tidak melompat keluar dan membunuh si pria di tempat.

Belum waktunya. Dia sedang memegang pedang dan berada terlalu dekat dengan Donghyuck. Tidak sekarang, tidak sekarang.

"Mungkin kau tidak memahami posisimu, Pangeran Shar. Kau bukanlah tamu. Kau adalah tawanan perang. Tawanan peperanganku. Kau pikir kau bisa mengancamku dengan larangan perdagangan selamanya? Berpikirlah ulang. Apabila aku bisa menaklukkan Lembah, aku tidak lagi membutuhkan pengakuan Raja Pendekar. Apa yang bisa dia lakukan padaku sementara berada di sisi lain padang rumput, dengan Eremos yang berdiri di antara kami? Tidak ada. Dan aku juga tidak peduli akan hubungannya dengan Shar. Faktanya, aku menawan pangeran mereka. Tidakkah seharusnya mereka tunduk padaku, kalau begitu?"

"Kau pikir mereka mau?" balas Donghyuck. "Shar tidak tunduk pada siapa pun."

"Mungkin mereka tidak akan tunduk pada pria yang menculik pangeran mereka, tapi bagaimana dengan pasangannya?"

Aroma Donghyuck menyentak dan semua orang di tempat itu mampu menghirup kejijikannya. Si komandan terkekeh dan mendekat, mengikis jarak dengan nadi di leher Donghyuck, tempat aromanyaㅡjuga aroma Mark, masih melekat setelah masa rut dan heat yang mereka lalui bersamaㅡtercium kuat. Untuk kali pertama, Donghyuck menggeliat di bawah pegangan si pria, berusaha melepaskan diri. Si komandan menghalau usahanya dan memiringkan kepala. Tangan Mark mengencang di pedangnya. Hampir waktunya.

"Kau sudah memiliki pasangan, tetapi hal itu bisa berubah dengan cara yang lebih mudah dari yang kau bayangkan. Kau harus mulai memahami posisimu dan mungkin bersikap baik padaku. Siapa tahu, setelah Pangeran Lembah tewas, aku akan menjagamu agar tetap bersamaku."

Ia bergerak semakin dekat hingga bibirnya menyentuh nadi Donghyuck. Aroma Donghyuck semakin menusuk dan menusuk. Si pria menampilkan senyuman, sebuah seringai congkak dan puas, tanda sudah hilang kewarasan. Sungguh pria yang bodoh dan terlalu mabuk akan aroma Donghyuck, terlalu terpikat pada kekuatan yang si Omega kerahkan, terlalu dekat untuk menjauh ketika Donghyuck memiringkan kepala dan secara tiba-tiba menancapkan gigi ke lehernya kuat-kuat.

Hal itu berlangsung sangat cepat hingga si pria hanya mampu menyentakkan napas dan berusaha menarik diri, tetapi Donghyuck tidak melepaskannya. Ia tetap menggigit. Gigi merobek daging di mana tanda Ikatan seharusnya berada. Namun, itu bukanlah tanda Ikatan, melainkan percobaan pembunuhan, yang menyakitkan dan menjijikkan. Pria itu berteriak bagai binatang terluka dan meninju perut Donghyuck. Sekali, dua kali, dan pada saat itulah Donghyuck baru melepaskannya. Para penjaga di sebelahnya ikut menarik pedang, terkejut akan serangan tiba-tiba terhadap pemimpin mereka. Mark melihat kilatan logam dan tidak sadar bahwa ia mulai bergerak.

Pedang di tangannya terasa ringan, begitu pula dada dan tungkai-tungkainya. Ini seperti saat sedang berlatih, postur yang Mark pelajari selama bertahun-tahunㅡlebih dari lima belas tahun. Langkahnya menciptakan bentuk setengah lingkar di permukaan lelehan salju, dengan tangan yang bergerak mengikuti. Cipratan darah terasa di wajah Mark ketika ia menggorok leher penjaga kedua. Yang pertama tumbang tanpa suara sebelum jenderal Eo dan Donghyuck sempat menyadari apa yang terjadi. Pada si penjaga ketiga, Mark melempar sebuah belati yang melukai lehernya bahkan sebelum pria itu mampu berteriak. Begitu pedangnya bertemu dengan pedang Ceann dari Panji Merah, selain Donghyuck, hanya tersisa dua pria yang masih hidup di tengah tanah terbuka itu. Mark sangat berhasrat untuk memangkas jumlahnya.

*

Mark belum pernah melawan siapa pun dari Eo sehingga tidak tahu apa yang harus diantisipasi. Dongeng mengisahkan bahwa orang-orang Eo adalah manusia besar yang bisa menangkis lima, enam, bahkan tujuh anak panah, sanggup memikul kapak, gada, dan pedang claymore (pedang bermata ganda yang digunakan oleh penduduk dataran tinggi Skotlandiaㅡpen.) raksasa. Namun, itu hanyalah kisah-kisah yang dituturkan oleh anggota karavan, legenda rakyat dari negara nun jauh yang kemungkinan tidak nyata bagi orang-orang Lembah. (Hingga detik ini, ketika legenda muncul dan mengetuk pintu Mark, membawakan hadiah yang tercipta dari besi dan darah.)

Si komandan tidak terlampau tinggi apabila dibandingkan dengan Mark, tetapi ia cepat dan licik. Tidak seperti para pemanah dalam penyergapan ini, pria itu tahu cara menggunakan pedang. Dalam kondisi normal, ini akan menjadi duel yang seimbang. Namun, Mark tidak pernah semarah ini dalam hidupnya. Para orang asing ini menyelinap ke tanahnya, berusaha membunuh ia dan sepupu favoritnya, serta menculik, memukul, dan mengancam pasangannya dengan hal-hal yang tidak patut.

Satu lirikan memberi tahu Mark bahwa Donghyuck tersungkur ke tanah, megap-megap, kesulitan meraih udara setelah tinjuan di perutnya. Mulutnya dikotori oleh darah yang bukan miliknya. Mark ingin merengkuh dan membersihkan darah di wajah Donghyuck, tetapi ia tidak boleh membiarkan fokusnya terdistraksi. Tidak setelah Donghyuck bekerja saat keras untuk menciptakan peluang.

Mark pun memfokuskan diri pada pria di hadapannya, pada pedang dan pisau bergeriginya, pada lengkungan yang ia ciptakan ketika menyerang. Ceann dari Panji Merah bertarung dengan kotor, dengan teknik yang meliputi tiga serangan mentah dan satu tipuan. Namun, Mark telah terbiasa berlatih dengan Donghyuck yang juga senang bermain kotor. Ia tahu bagaimana harus menangani trik licik semacam itu. Mark mengelak dari terjangan yang menyasar perutnya dengan pedang di tangan kanan dan meraih pedang musuh dengan tangan kirinya.

Robekan di tangannya pastilah menyakitkan, tetapi beberapa bulan lalu, tangan yang sama menahan pedang yang Donghyuck hunuskan padanya, di hari pertama musim dingin. Tangan itu berhasil sembuh sepenuhnya, tetapi tidak lagi bisa benar-benar merasakan sakit selain sengatan ringan. Mark mengabaikan rasa itu, pun menarik dan menarik. Darah mengucuri badan pedang hingga mencapai geriginya, dan pedang melengkung itu pun melayang jauh, hilang di suatu tempat di permukaan tanah.

Komandan Eo tersentak mundur, terkejut, dan pedang Mark menggores lengannya, mengucurkan darah meski tidak sepenuhnya menyayatkan luka. Ia melompat ke samping, berputar di tanah, dan Donghyuck berteriak supaya Mark berhati-hati ketika tangan pria itu meraih busur yang tergeletak di samping pohonㅡMark dengan samar mengenalinya sebagai busur yang Johnny berikan kepada Donghyuck. Penculik, pembunuh, dan bahkan sekarang pencuri. Dan di atas segalanya, ia juga tangkas.

Ketika si komandan Eo berguling bangkit, busur telah bersiap; tali ditarik dan anak panah terpasang. Untuk sejenak, ia menatap Mark dengan presisi serta ekspresi tenang bagaikan pembunuh profesional. Mark balas menatap. Dan si pria pun menembak.

Gerakannya cepat, tetapi tidak cukup cepat. Kejelian Mark masih lebih unggul.

Selama beberapa bulan belakangan, Mark terbiasa memperhatikan Donghyuck berlatih memanah setiap pagi dari jendela kamar tidurnya, tepat sebelum lelaki itu kembali pada kegiatan berburu dan Mark kembali pada tugasnya sebagai tuan kastil. Terkadang, ia mendatangi halaman untuk memperhatikan lebih dekat, mengagumi keindahan garis yang anak panah lukiskan pada langit kelabu; kecepatannya, kekuatannya. Mark sering menduga, sambil memperhatikan Donghyuck yang menembak, akankah mungkin untuk menangkap panah-panah itu. Kemungkinan tidak. Mereka terlalu cepat, terlalu tak bisa ditebak. Donghyuck terlampau ahli dalam hal itu. Namun, ini bukanlah Donghyuck, dan ini bukanlah busur biasa. Busur panah Clairs berbobot lebih berat, nyaris sulit diseimbangkan. Memungkinkan pemanahnya menembakkan panah yang lebih berat, lebih cepat, lebih kuat, lebih mematikan, tetapi busur itu juga terlalu sulit untuk digunakan. Bahkan Donghyuck, pemanah terbaik di seluruh negeri, tak bisa menjinakkan busur itu di percobaan pertama.

Panah yang terbang ke arah Mark tampak sedikit tidak seimbang dan lamban dari yang diperkirakan, nyaris seperti ditembak sembarangan. Mark mampu melihat kedatangannya dengan jelas seakan waktu tengah berhenti.

Mark menangkis dengan tebasan tunggal pedangnya, membelah panah menjadi dua bagian. Kedua bagian itu berakhir jatuh di balik punggungnya, satu di sebelah kanan dan satu di sebelah kiri. Mark kini bisa melihatnya, di mata si pria Eo, semburat putus asa, meski pria itu bergegas untuk kembali menembak. Panah lainnya kembali dihentikan dengan cara yang sama. Ketika Mark menangkis panah ketiga, si pria Eo mulai bergerak mundur, dengan panik mencari senjata, tetapi Mark telah lebih dulu menjulang di atasnya.

Ia luput mengenai leher pria itu, kurang lebih, dan ketika ia melompat mundur untuk menghindari tendangan di perut, pedangnya bergerak menggores lengan si pria. Mark kembali mengangkat pedang, sangat berhasrat untuk mengenai leher si komandan, tetapi sebuah kata dalam bahasa yang tidak ia pahami berhasil menghentikan gerakannya.

Mark menoleh sambil memastikan tetap mengancam pria di depannya dengan pedang di leher, pun melihat dua orang pemanah datang dan mengitari Donghyuck. Mereka adalah para prajurit muda, haus akan kejayaan, dan tidak andal dalam pertarungan tangan kosong. Apabila Mark bisa mengalihkan perhatian mereka cukup lama ....

Jenderal Eo menggeliat di bawah pegangan Mark, mengatakan sesuatu yang singkat kepada dua pemanah itu. Mereka membalas dalam bahasa yang sama.

"Mereka menyuruhmu untuk melepaskanku," si komandan menerjemahkan.

Mark mencuri lirikan pada jalan masuk ke tanah terbuka itu. Tiga pria telah tewas. Dua lagi baru muncul. Apabila semua orang mengarah kemari, ia tidak akan punya kesempatan untuk pergi bersama Donghyuck.

"Katakan pada mereka supaya lebih dulu melepaskan pasanganku," erangnya.

"Dan bagaimana kalau tidak?" Jenderal Eo bertanya. Pedang Mark berada di lehernya, sedang belati si prajurit muda berada di leher Donghyuck.

"Bagaimana kalau tidak, Pangeran Mark dari Lembah Raksasa? Siapa menurutmu yang akan mati lebih dulu? Aku atau dia? Apa kau sanggup kehilangan dia?"

Mark ragu-ragu. Ini adalah kesalahan, ia sadar dan mampu membacanya di kedua manik Donghyuck, tetapi Mark adalah manusia yang tercipta dari cinta dan keraguan. Ia sudah seharusnya bimbang.

"Kalau kau berani melepasnya," ucap Donghyuck sebelum Mark berhasil menurunkan pedang, "aku akan berjalan mendekati belati ini untuk merebut pilihan itu darimu."

Salah satu prajurit yang memegangi Donghyuck semakin mengarahkan belati mendekati lehernya, tetapi ia dengan mudah balas mendekat hingga darah mulai mengucur di tempat belati itu menekan kulit lembutnya.

Baik Mark dan si komandan langsung berteriak frustrasi, "Tidak!" sampai si prajurit sedikit menjauhkan belati dari lehernya.

"Berhenti mencoba mempermainkanku, Yang Mulia. Aku tahu kau tidak akan melakukannya," ucap si komandan Eo, berbicara pada Donghyuck. Ia terdengar begitu yakin seakan menggertak, tetapi Mark mengenal Donghyuck lebih baik. Donghyuck gila. Tidak ada yang masuk akal dari perbuatannya, tetapi setiap apa yang ia lakukan selalu sinambung pada akhirnya.

"Aku akan melakukannya," ujar Donghyuck. "Apabila dia melepaskanmu dan kau melucuti senjatanya, kau akan berakhir membunuhnya. Aku mengikutimu ke sudut dunia terkutuk ini untuk menyelamatkan nyawanya. Jangan pikir aku tidak akan melakukan hal gila untuk menyelamatkannya sekarang."

"Donghyuck," Mark memperingatkan, tetapi Donghyuck memotong ucapannya.

"Diam. Jangan berani turunkan pedangmu, Mark. Lebih baik kau gorok lehernya atau aku akan menggorok leherku sendiri."

"Kenapa kau mau melakukannya?" tanya si pria Eo. "Bukankah ini pernikahan atas dasar perjodohan? Apa kau sungguh bersedia mengorbankan nyawa demi menyelamatkan pria yang terpaksa kau nikahi hanya karena sebuah perjanjian kuno? Untuk memalsukan aliansi? Kau tidak bisa membodohiku, Pangeran Shar."

Kedua mata Donghyuck bertemu dengan milik Mark.

Jangan bodoh, jangan bodoh, Donghyuck, kumohon jangan bodoh.

Namun, bukankah Donghyuck pernah mengatakan kepada Mark bahwa ia selalu menjadi sosok yang bodoh? Si bodoh yang selalu membuat rencana-rencana gila berjalan lancar.

"Perjodohan, kau bilang? Aku dulunya Putra Mahkota Shar. Apa kau pikir aku tidak punya kehendak mengirimkan orang lain untuk menggantikan posisiku? Bagaimanapun juga, Lembah tetap akan menerima sebab mereka lebih membutuhkan kami ketimbang kami membutuhkan mereka. Aku bisa tetap tinggal di rumahku, dan aku bukan Raja Omega pertama bagi rakyatku, maupun yang terakhir. Aku pernah menjadi Putra Mahkota Shar, dan tidak ada yang bisa mendikteku."

"Namun, mereka tetap melayarkanmu menuju Lembah di dalam kerangkeng emas, kan? Untuk menjadi peliharaan Omega si idiot ini. Apa kau sungguh ingin mengorbankan nyawamu untuk orang-orang ini?"

Donghyuck memiringkan kepala, membiarkan belati kembali menggores kulitnya. Apabila ia tertawa, bilah tajam itu akan menusuk lehernya. Donghyuck hanya tersenyum.

"Aku tidak hanya menikahi Lembah, tetapi aku juga memilih untuk menikahi pangeran Lembah. Aku menginginkannya dan kini aku mendapatkannya. Aku tidak akan membiarkan siapa pun, dari belahan dunia mana pun, membunuh pasangan yang telah sangat kuperjuangkan hanya dengan alasan seremeh perkelahian terkait penjarahan perbatasan. Sekarang, turunkan senjatamu sebelum kusuruh Alpha-ku untuk membunuhmu."

"Dengarkan dia," ujar Mark. "Kau sudah melihat apa yang bisa dia lakukan. Dia gila. Dia akan lebih memilih mati daripada membiarkanmu membunuhku. Dan apabila dia mati, kau akan mati bersamanya."

"Kau tidak akan beraniㅡ"

"Kau mendengarnya. Ini sudah berada di luar kuasaku, sebagaimana selalu," lanjut Mark.

Donghyuck merapatkan bibir. Tidak ada yang bergerak selain dua Alpha yang menoleh ke arahnya. Ia tersenyum.

"Sebagaimana yang kulihat, ada dua pilihan di sini. Kau melepasku, lalu ikut bersamaku dan Mark sebagai tawanan. Semua orang akan tetap hidup. Atau. Kau mencoba membunuhku. Aku mati. Mark akan membunuhmu. Dan kemudian anak buahmu akan berusaha membunuhnya apabila punya cukup keberanian. Lalu semua orang mati."

Si pria Eo tampak berpikir. Mark membenci segala hal tentang pria ini. Hidungnya yang tinggi, rambutnya yang bergelombang. Matanya yang kecil dan penuh perhitungan.

"Bagaimanapun juga, kau tidak akan membiarkanku hidup. Pasanganmu tampak sangat ingin membunuhku."

"Oh, tidak. Membunuhmu?" balas Mark. "Tidak sama sekali. Aku hanya ingin membuatmu menderita. Jangan khawatir, aku tidak akan membiarkanmu mati sampai aku merasa puas."

"Ayolah, Mark, diplomasi."

"Dia menyentuhmu. Iya, kan?"

Donghyuck mendesahkan napas. "Ya, dan aku sendirilah yang harus membunuhnya karena itu. Tapi, tidak ada gunanya untuk mengungkit hal itu sekarang. Iya, kan?"

"Apabila kau tidak menempatkan dirimu ke dalam situasi iniㅡ"

"Apabila kau menyelamatkanku dengan benar, mungkinㅡ"

Dua prajurit yang memegangi Donghyuck menatap keduanya bolak-balik, mengikuti pertengkaran yang kemungkinan tidak mereka pahami. Mata si komandan Eo tampak melebar dan ia berusaha meneriakkan sesuatu, kemungkinan peringatan, tetapi sudah terlambat.

Donghyuck telah lebih dulu melepaskan diri. Belati di lehernya berusaha mengikuti pergerakan itu, tetapi ia segera menyentak turun, menyandung pemuda yang memegangnya hingga jatuh dan nyaris membuat sang rekan menusuk bahunya. Sementara itu, Donghyuck merampas belati dari tangan si pemuda.

Sejenak, hanya itu yang terjadi. Mark nyaris merasa bangga. Ia yang mengajari Donghyuck gerakan itu. Rasanya nyaris tidak adil bagaimana Donghyuck membuat gerakan itu terlihat sangat indah ketimbang ketika ia yang melakukannya, tetapi setidaknya lelaki itu melakukannya dengan hebat. Donghyuck menendang betis salah satu prajurit dan melecut prajurit kedua dengan tali di lehernya. Ketika ia bangkit, berdiri di atas kedua kaki sendiri, tubuh tak bernyawa lima prajurit Eo tergeletak di tanah dan salah satu komandan Eo berada di bawah ancaman pedang Mark.

Donghyuck menggertakkan punggung dan buku-buku jemarinya sebelum kemudian berjongkok di samping Mark. Matanya terpaku pada tawanan mereka.

"Jadi, Ceann dari Panji Merah dan Kepala Suku Siren dari Eo, kau ingin mati dengan cara seperti apa?"[]

.

.

.

A/N dari Pududoll: Bab selanjutnya: Donghyuck marah dan berhasrat membunuh; Mark marah dengan alasan yang jelas (tapi hanya sebentar, selanjutnya dia bakal marah tanpa alasan); semua orang marah sama Mark dan Donghyuck. Aku juga sadar ada beberapa hal yang belum jelas untuk sekarang (apa yang terjadi sama Johnny, apa Donghyuck melakukan sesuatu, akankah dia punya rencana, di mana Renjun, apa dia tahu di mana Mark, dll...) tapi mereka akan mendapat kejelasan di bab selanjutnya kalau pahlawan-pahlawan kita bisa ngobrol tanpa berusaha saling bunuh dalam waktu lebih dari enam menit. Mohon bersabar. Ingat bagaimana Mark melucuti senjata orang-orang di kiri dan kanannya.

Penjelasan:

- Terkait pelecehan seksual: Donghyuck sengaja menggunakan aromanya untuk merayu dan sikap berengseknya untuk mengelabui musuh demi menciptakan jalan keluar. Dia tahu apa yang dia lakukan. Dia sepenuhnya berada dalam kendali, nggak peduli gimana kelihatannya. Sedikit spoiler, tapi aku pengin bilang kalau ancaman yang dilayangkan musuh kepada Donghyuck untuk membuatnya sebagai pasangan hanyalah ancaman kosong sejak Donghyuck sudah berpasangan. Dia hanya berusaha mengintimidasi Donghyuck (ini akan ditampilkan lebih banyak di cerita selanjutnya).

- Terkait ancaman bunuh diri: Donghyuck mengancam mau bunuh diri demi menyelamatkan Mark. Tentu dia hanya menggertak, tapi siapa yang tahu apa yang bakal benar-benar dia lakukan? Dia terdengar sangat meyakinkan.

- Terkait pembunuhan peperangan: banyak NPC yang harus mati. Namanya juga peperangan.

A/N dari Vocedeelion: Seperti yang kubilang sebelumnya, aku mau promosi fanbook markhyuck, dan ya, itu Ocean Eyes dan Burning Soul. Aku lagi buka PO sampai tanggal 23 Mei 2021, dan untuk PO jelas lebih untung daripada ready stock karena pembayaran barangnya bisa dicicil dua kali dan kalian juga bakal dapat benefit. Untuk detailnya ada di bawah ini. Bagi yang berminat, silakan DM aku via Wattpad maupun Instagram, ya!


Selain dua buku itu, aku juga lagi buka PO untuk A Day Before Christmas dan Lucid Dream dengan range harga 95.000 – 100.000.

So, buruan pesan sebelum ketinggalan, ya! :D

See you on the next chap, loves! <3

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

198K 16.8K 88
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
381K 31.5K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
59.9K 5.5K 69
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
42.3K 5.2K 30
Marsha Ravena baru saja diterima di salah satu perusahaan ternama, ia jelas sangat senang karena memang dari dulu itulah yang ia inginkan. tetapi kes...