Ketos | Lee Heeseung

By yippieyap

84.7K 13.7K 2K

šŸ’­š„š¢šŸšž š°š¢š­š” š„šžšž š”šžšžš¬šžš®š§š  ššš¬ š²šØš®š« š¬š­š®ššžš§š­ šœšØš®š§šœš¢š„ š©š«šžš¬š¢ššžš§š­ ... More

[1] Jenguk
[2] ngapain ?
[3] cerita dikit
[4] susu dan roti
[5] perwakilan
[6] chat
[7] dua sisi berbeda
[8] dibalik susu dan roti
[9] dia peka
[10] dia kembali
[11] memori kelam
[12] beli bubur
[13] Petir dan beling
[14] sejak subuh tadi
[15] Tuhan, terimakasih
[16] ingatan yang kosong
[17] merah merona
[18] dibalik sosok-nya
[19] gejolak rasa
[20] masih dengan rasa yang sama
[21] perkara buruk
[22] permainan dimulai
[23] menjauh
[24] iya, gue suka sama lu
[25] Menerima kenyataan
[26] Lebih rumit dari yang dibayangkan
[27] langkah awal heeseung
[ 28 ] Kebohongan yang dibenarkan
[ 29 ] tanpa jejak

[ 30 ] mencari jejak yang hilang

2.6K 382 177
By yippieyap

Malam hari terasa dingin, namun malam ini berbeda dengan malam sebelumnya. Seseorang terduduk di samping ranjang. Ia senantiasa menggenggam tangan gadis yang tak sadarkan diri berbaring di atas ranjang.

"Adela ? Adelaaa !!" Pemuda itu berteriak lantas melihat mata gadis yang semula tertutup rapat kini perlahan terbuka.

Tangan pemuda yang satunya meraih alat pemanggil perawat dan dokter, "Akhirnya, sebentar ya dek. Abang panggilin dokter dulu-" belum selesai dengan kalimatnya, gadis yang bernama Adela itu bersuara, "A-aku dimana ? Dan dimana kak Heeseung ??"

Yeonjun. Pemuda yang yakni kakak dari Adela itu terdiam. Ia sempat berpikir bagaimana cara menyampaikannya pada Adela.

"Itu nanti abang jelasin, sekarang kamu diam dulu disini ya, abang lagi panggil dokter-"

"Adela mau ketemu kak Heeseung ! Dan kenapa Adela bisa ada di rumah sakit ? Kenapa Adela disini ? Terakhir Adela melihat kak Heeseung lagi mau ke rumah kita, kenapa kita disini ? Dan lagi, kalau nanti kak Heeseung nyariin kita gimana ?"

Seakan-akan tidak ingin mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi. Yeonjun sedih melihat adiknya yang tersadar dengan keadaan yang membuatnya kebingungan.

"Jawab bang, kak Heeseung dimana ?"

Yeonjun menunduk. Ia tidak sanggup melihat adiknya menangis untuk kesekian kalinya. Ditambah, ia akan merasa lebih sakit ketika melihat adiknya yang baru saja bangun dari koma namun harus mengetahui kenyataannya bahwa ia tidak pernah merasakan apa yang ia rasakan selama koma.

"Apapun yang pernah kamu alamin, baik itu sama Heeseung, Youngbin, Jay, Denia, Melisa, dan abang. Semua itu kamu rasakan saat koma, semua itu gak nyata." Dengan berat hati Yeonjun mengungkapkan kebenarannya.

Adela tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar, "J-jadi semua itu... cuma Adela rasain selama koma ? Terus... kak Heeseung dimana ??"

Satu hal yang Yeonjun tidak ingin beritahu. Ia takut Adela belum siap menerima kenyataannya.

"Terakhir kali kamu ketemu Heeseung saat kamu di gubuk desa, setelah itu kamu tidak pernah lagi bertemu dengannya. Kita pergi ke Jerman, dan sekarang kita masih tinggal di Jerman."

"Kamu menghabiskan 4 tahun koma mu di Jerman, tepat seminggu kita tiba di Jerman, kamu mengalami penyakit yang mengharuskan kamu untuk koma. Dokter tidak tahu pasti kapan kamu bisa sadar, tapi yang paling mengejutkan ternyata abang harus nemenin kamu gak sadar selama 4 tahun." Yeonjun menceritakan kronologi secara runtun. Adela masih tidak percaya, gadis itu enggan menerima kenyataan.

Air mata mengalir bebas dari pelupuk mata Adela, gadis itu menatap lurus sambil mencerma segala kenyataan yang tidak ingin ia terima.

"Jadi kejadian Adela dijauhin temen-temen karena kasus selepas osgath, Adela jadi ketua rohis, Adela bersamai kak Heeseung itu- semuanya gak nyata ?"

Yeonjun hanya bisa mengangguk. Pemuda itu sendiri bingung bagaimana agar membuat situasinya tidak membuat adiknya sakit hati.

"Kak Heeseung seorang ketua OSIS juga... itu juga gak nyata ?" Lagi-lagi Adela bertanya, kali ini mengenai Heeseung.

"Semuanya Del," ujar Yeonjun, "Apapun yang kanu ingat, entah itu kehidupan SMP atau mungkin saat itu kamu lagi ngerasain kehidupan SMA, semua itu gak nyata."

Di tengah momen itu, seorang dokter dengan seorang perawat masuk ke dalam ruangan. Dokter langsung mengecek kondisi Adela, dimulai dari detak jantung hingga ke yang lainnya.

"Bersyukurlah, pasien sadar dan tidak ada kendala lain. Hanya saja ia tidak boleh terkena stress yang berat, itu bisa mengakibatkan penyakitnya kambuh lagi. Dan satu hal lagi, jangan sampai pasien mengalami kejadian yang membuat ia trauma." Dokter menjelaskan dengan saksama.

"Terima kasih banyak, dokter. Saya sangat berterima kasih." Yeonjun membungkuk tanda terima kasih kepada dokter.

Dokter itu tersenyum, kemudian menatap Adela. Pandangan Adela juga sama, menatap netra dokter di hadapannya.

"Adela, apa kamu mengingat sesuatu ?"

Dokter itu berharap Adela memberikan jawaban sesuai dengan ekspektasinya. Adela semula menatap lamat dokter di hadapannya, "D-dokter James ?"

Dokter yang memiliki nama James itu tersenyum, "Saya senang kamu mengenal saya, terima kasih telah mengingat saya."

Yeonjun yang tidak mengerti hanya bisa menatap bingung kedua insan yang tengah melakukan kontak mata.

"Tolong kamu lihat gelang yang ada di tangan kamu," pinta dokter James.

Kemudian Adela mengangkat salah satu tangan nya. Gadis itu terkejut. Ia mendapati gelang hijau tosca, matanya menelusuri gelang itu.

"Apa kamu ingat gelang itu ?"

Adela mengangguk, "Ini gelang yang pernah jatuh pas hari pertama saya masuk SMA, saya juga ketemu... kak Heeseung."

Lagi-lagi perasaan haru muncul di hati dokter James. Kemudian dokter itu meraih sebuah amplop dari dalam jubah nya. Ia menyodorkan amplop itu pada Adela.

"Tolong kamu simpan ini, baca surat ini ketika kamu sudah pulang ke Indonesia. Kamu akan mendapatkan jawaban dari semua kejadian yang kamu alami. Bahwa mereka yang pernah muncul adalah orang-orang yang nyata," jelas dokter James. Kemudian Adela meraih amplop dari dokter James.

"Kalau begitu, saya permisi." Selesai dengan urusannya, dokter James berlalu meninggalkan ruangan. Menyisakan Adela yang masih mencerna kalimat dokter James bersama dengan Yeonjun yang tidak tahu menahu apa-apa.

Yeonjun melihat amplop yang di genggam oleh adiknya, "Kamu kok bisa kenal sama dokter James ?"

Adela tersenyum, gadis itu menatap amplop di tangannya kemudian beralih menatap keluar jendela. Di luar sana, cahaya ibukota Jerman menghiasi langit malam.

"Semuanya nyata, aku pernah ketemu dokter James sebelumnya, aku tau dokter James. Dan sebentar lagi, aku tahu siapa dan kenapa kak Heeseung pernah singgah di alam bawah sadarku."

°• ketos | lee heeseung •°

Seminggu berlalu dan para murid kelas 12 sudah menyiapkan diri untuk acara kelulusan. Di kelas XII-IPA 5. Berkumpul para orang jenius bersama dengan wali kelas kesayangan mereka.

"Bapak gak tau harus bilang apa sama kalian semua, walaupun kelas kalian dikenal kelas yang random ya anak-anaknya. Dimulai dari yang ambis sampai yang santai tapi peringkatnya selalu di atas. Pokoknya, kalian semua akan selalu jadi kebanggaan bapak."

Kesan singkat namun berhasil menyentuh hati murid-murid kelas IPA 5.

"Bapak ucapakan selamat dan sukses buat kalian semua, perjalanan kalian masih panjang, jangan sia-siakan waktu muda kalian. Terlebih khusus bapak ucapkan selamat kepada salah satu teman kita, kebanggaan sekolah, ketua OSIS terbaik pada masanya. Heeseung, selamat atas diterima nya kamu di Universitas Humboldt, Berlin, Jerman melalui jalur beasiswa."

Ruang kelas langsung penuh dengan suara tepuk tangan dan sorakan meriah. Seluruh pandangan tertuju pada tempat Heeseung.

"Sayangnya, Heeseung berhalangan untuk hadir karena ada satu dan lain hal yang harus ia selesaikan. Selain itu, mari kita sama-sama berdoa untuk kesuksesan bersama," ujar wali kelas.

"Sekiranya yang bisa bapak sampaikan, makasih banyak semuanya, selamat dan sukses !!" Baru saja hendak keluar, murid-murid langsung menahan wali kelas nya untuk keluar.

"Pak, kita foto dulu lah. Gak asik kalau gak buat memori terakhir SMA." Jay sudah bersiap dengan kamera dan wali kelas itu mengangguk mantap.

Mereka berkumpul di tengah kelas, Denia mengatur posisi berfoto yang bagus sedangkan Jay, pemuda itu mengatur letak kamera agar semua anggota kelas masuk ke dalam frame.

"Hitung mundur yaaa !" Jay menekan tombol shutter dan buru-buru ikut ke dalam kumpulan.

Mereka mengambil beberapa jepretan. Sesudah acara sesi foto murid-murid XII-IPA 5 semuanya kembali ke rumah masing-masing.

"Jay," panggil Denia menghampiri Jay yang berjalan di lorong. Jay hanya menoleh, tanda membiarkan Denia bersuara.

Jay kaget ketika Denia tiba-tiba berdiri tepat di depannya, menghalangi jalan nya.

"Kenapa ?" tanya Jay bingung.

Yang ditanya cuma bisa menunduk, Denia sedikit malu untuk mengungkapkan nya.

"Makasih buat 12 tahun nya, gue tau pasti lu capek, gue tau pasti lu muak temenan sama gue-" ucapan Denia terhenti ketika Jay tiba-tiba memeluk tubuhnya erat.

"Jangan," ucap Jay, "Jangan pergi, please. Gue gak mau denger kata-kata perpisahan. Jangan pergi, Heeseung udah pergi ke Jerman buat beasiswa, lu jangan ikut-ikutan."

Gadis itu kaget. Detak jantung nya berdegup tak karuan. Denia tersenyum di sela-sela pelukan. Ia pun membalas pelukan Jay, tak kalah erat.

"Enggak Jay, gue gak ada niatan kayak gitu," balas Denia dan dengan cepat Jay melepas pelukannya. Kembali menatap Denia, kali ini tatapan nya bingung.

"Terus... kenapa ?"

"Gue cuma mau bilang, semoga lu kuat temenan sama gue kurang lebih 4 tahun ke depan di masa kuliah, hehehehe."

Denia berjalan meninggalkan Jay yang masih mematung. Pemuda itu tidak percaya akan bertemu dengan gadis yang sama di tempat kuliah yang sama.

"Deniaaa !!" Jay berlari mengekori Denia, "Setidaknya kita gak satu fakultas !!"

"Tapi sayangnya, kita bakal satu fakultas, dan mungkin jadwal kelas kita sama," ujar Denia ditambah cengiran manis di wajah gadis itu.

"Tau ah, capek gue temenan sama lu." Tiba-tiba Jay menarik tas jinjing Denia dan membawanya kabur.

"HEH ? JAY !!! BALIKIN TAS GUEEE !!" Dan alhasil mereka berdua kejar-kejaran di sepanjang lorong.

Saat para murid kelas 12 menikmati masa-masa terakhir SMA mereka bersama teman-teman yang lainnya, tidak dengan Heeseung. Ketua OSIS angkatan mereka harus lebih dulu pergi sebelum acara wisuda.

Heeseung mendapat beasiswa kuliah Jerman dan dari pihak beasiswa Jerman sendiri ia harus tiba di Jerman 2 hari kemudian.

Tidak langsung kuliah. Namun ada banyak keperluan yang harus Heeseung selesaikan.
Dan disini, Heeseung bersama keluarganya berada di bandara.

"Nanti kalau udah sampai jangan lupa kabarin Bibi ya, Seung." Seorang wanita paruh baya menepuk pundak Heeseung.

Heeseung mengangguk, "Iya Bi, nanti Heeseung kabarin Bibi."

Tiba-tiba seorang pemuda dan seorang gadis kecil memeluk tubuh Heeseung. Awalnya terkejut namun Heeseung balas memeluk kedua figur itu.

"Kak Heeseung... hati-hati ya kak, Lily bakal kangen banget sama kakak, kakak jangan macem-macem di Jerman, jangan bikin onar dan berulah yang aneh-aneh. Fokus belajar aja, siapa tau nanti kakak bisa dapet jodoh orang Jerman."

Heeseung mengangguk, pemuda itu sempat meregangkan pelukan nya dan menatap figur gadis kecil di hadapannya.

"Lily juga jangan macem-macem ya disini, nurut sama Bibi Lee sama bang Youngbin."

Kemudian Heeseung beralih menatap figur yang sepantaran dengan nya. Youngbin, sepupu yang sekaligus ia anggap saudara sendiri.

"Sukses ya, Bang. Jangan tergiur sama cewek Eropa, gue tau mereka semua cantik-cantik."

Kalimat Youngbin mendapat respons senyuman kecil dari Heeseung, "Sayangnya gue masih setia sama Adela, Bin. Ya... walaupun gue gak tau kepastian nya dia dimana."

"Bang," ucap Youngbin, sambil menepuk pundak Heeseung. "Kalo jodoh pasti bakal dipertemukan sama Tuhan, lagipula bisa aja kan dia masih di Jerman ? No one knows."

Heeseung senang mendengar kalimat Youngbin. Sudah 6 tahun ia tidak melihat dan mengetahui kabar gadis kesayangan nya, gadis yang 6 tahun ini selalu mengganggu pikiran dan hatinya.

Ia hanya punya foto gadis itu sewaktu gadis itu kecil. Dan kini Heeseung berharap ia di Jerman bisa bertemu dengan Adela.

"Tapi yang pasti lu inget prioritas lu disana, disana buat nuntut ilmu, bukan mengejar cinta."

Di sela-sela perbincangan mereka, Heeseung sudah harus masuk ke dalam pesawat. Anggota keluarga Lee, mereka semua bersamaan melambaikan tangan pada Heeseung. Heeseung balas melambai sambil tersenyum.

Senyuman terakhir Heeseung sebelum ia menempuh hidup di Jerman.

Dan setelah ia meninggalkan tanah air, Heeseung siap dengan segala rintangan baru.

Di tangan kanan nya Heeseung. Sebuah gelang tosca yang tidak pernah ia lepas, tidak pernah ia tinggalkan, selalu menemaninya. Menggantikan sosok Adela selama 6 tahun ini.

"Tunggu aku, Adela. Kita pasti bertemu, aku bisa merasakannya."





Sedikit plot twist ya, bun🙈🙈🙈
maafkan aku yang telat bgt updateㅠㅠㅠ

terima kasih yang masih baca+vote,
i really appreaciated all of that!❤️❤️❤️

Continue Reading

You'll Also Like

RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.7M 230K 69
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
814K 11.4K 25
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
2.6M 130K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET šŸš« "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
6.8M 288K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...