ANGKASA [END]

By ell_shiii

1.6M 138K 6.9K

Namanya Angkasa. Sifat dingin seolah tak ingin tersentuh oleh siapapun selalu mendominasi dirinya hingga memb... More

PROLOG
ANGKASA 01
ANGKASA 02
ANGKASA 03
ANGKASA 04
ANGKASA 05
ANGKASA 06
ANGKASA 07
ANGKASA 08
ANGKASA 09
ANGKASA 10
ANGKASA 12
ANGKASA 13
ANGKASA 14
ANGKASA 15
ANGKASA 16
ANGKASA 17
ANGKASA 18
ANGKASA 19
ANGKASA 20
ANGKASA 21
ANGKASA 22
ANGKASA 23
ANGKASA 24
ANGKASA 25
ANGKASA 26
EPILOG
Recomend wp
Terbittt??
VOTE COVER!!
PO DIMULAI!!!!

ANGKASA 11

51.8K 4.8K 422
By ell_shiii

Bukan tentang menunggu.

Berapa lama pun itu, Amira tentu mau.

Yang menjadi pertanyaan, kenapa Angkasa mengatakan itu?

Tak sadarkah Angkasa bahwa dia seolah memberi harapan pada Amira? Atau mungkin Angkasa telah punya rasa tertentu padanya? Sebenarnya Amira cukup tertarik pada Angkasa. Bukan, lebih tepatnya ia sudah menerima Angkasa dalam hidupnya. Semua sudah terlanjur terjadi. Percuma jika Amira hanya terus menyesali. Dia ingin membuka diri dan hati untuk Angkasa. Walaupun Angkasa bilang, dia akan mencoba, namun Amira masih ragu akan hal itu.

Seperti biasa, Amira terus menunggu Angkasa pulang. Sekarang sudah tengah malam, namun tak ada tanda-tanda untuk Angkasa kembali ke rumah. Dia sudah mencoba menanyakan dimana keberadaan Angkasa. Namun tak ada balasan darinya. Terkadang Amira sering kesana dengan perubahan sikap Angkasa yang tiba-tiba. Masalahnya, itu tak baik untuk kesehatan jantung Amira.

Walaupun sudah tengah malam, Amira tak berhenti mengunyah cemilan dipangkuannya. Dia tengah menikmati kripik kentang sambil menonton fim horor. Amira memang tak takut saat menonton film hantu sendirian apalagi tengah malam. Toh, itu hanya settingan. Begitulah menurut Amira.

Karena Angkasa telah melihatnya tanpa menggunakan hijab. Jadilah dia lepas kerudung jika malam hari. Tidak mungkin ada tamu, bukan? Sudah beberapa minggu Amira tak mengunjungi Mamanya. Setiap ingin kesana, pasti Angkasa selalu sibuk. Tak mungkin rasanya jika Amira menemui Mamanya sendiri. Pasti dia yang berujung diceramahi oleh sang Mama.

"Angkasa lama banget!"

Amira melirik jam yang menunjukan pukul setengah satu malam. Mematikan televisi, Amira berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Sudah lelah menunggu Angkasa pulang, lebih baik ia tidur lebih dulu.

Setelah wudhu, Amira langsung berbaring di ranjangnya. Menyelimuti tubuhnya hingga batas dada, lalu mencoba memejamkan mata. Tak butuh waktu lama untuk terlelap, Amira sudah tidur nyenyak.

Ditempat lain pula, Angkasa baru sampai di depan rumahnya. Mengambil kunci cadangan di saku celana, Abgkasa membuka pelan pintu rumahnya. Biasanya Amira selalu tertidur di ruang tengah, namun untuk sekarang, tak ada. Mungkin sudah ke kamar, begitulah pikir Angkasa.

Saat Angkasa ingin masuk ke kamarnya, entah kenapa ia ingin masuk ke kamar Amira. Menghela nafas pelan, Angkasa berjalan menuju pintu kamar Amira, lalu membukanya perlahan. Ternyata tidak dikunci.

Awalnya Angkasa hanya menyembulkan sedikit kepalanya untuk melihat Amira. Namun untuk saat ini tak ada salahnya bukan, jika Angkasa ingin melihat wajah Amira saat tidur?

Angkasa berjalan menuju ranjang Amira. Menatap wajah Amira yang sangat pulas saat tertidur. Rasanya, Angkasa ingin terus berbaring disampingnya. Cepat-cepat Angkasa menggeleng. Pikiran kotor kembali hadir diotaknya. Namun sebelum Angkasa keluar kamar, dia menyempatkan diri untuk mengelus lembut puncak kepala istrinya.

"Lo---"

"Kenapa bisa cantik?"

Angkasa menggeleng pelan. Sungguh, dirinya bisa gila jika terus berdekatan dengan Amira. Angkasa berjalan keluar kamar dan masuk ke kamarnya. Membersihkan diri, lalu bergegas tidur.

**

Jam dua dini hari, Amira terbangun. Meraba-raba nakas disampingnya, namun ia tak menemukan segelas air. Amira berdecak malas, dengan tampilan acak-acakan dia berjalan keluar kamar untuk minum. Hampir saja Amira terjedot pintu karena belum sadar sepenuhnya, untung saja Amira masih bisa menghindar.

Berjalan menuju dapur, Amira mengambil segelas air dan meminumnya.

"Astaga!"

Amira berbalik, cukup terkejut saat melihat kehadiran Angkasa di belakangnya. Apakah Angkasa terkejut saat melihat dirinya? Amira gelagapan. Buru-buru ia merapikan rambut, dan bajunya yang acak-acakan.

"Kamu mau ngapain?"

"Minum." Angkasa menjawab singkat, lalu mengisi gelas dengan air. Amira masih berdiri disana, walaupun tak ada kepentingan. Namun rasanya sangat menyenangkan melihat Angkasa minum seperti itu.

"Kenapa?" Sadar saat Amira terus menatapnya, Angkasa jadi heran. Seindah itukah dirinya sampai-sampai Amira menatapnya begitu dalam saat minum.

"Gak papa." Amira tersenyum singkat. Berjalan mendekati Angkasa yang masih menatapnya.

"Angkasa setiap pulang malem terus. Habis dari mana?"

"Kepo lo."

Amira cemberut. Rasa kantuknya tiba-tiba saja hilang. Padahal dia baru tidur dua jam, namun entah kenapa saat berdekatan dan mengobrol dengan Angkasa, rasa kantuk itu hilang seketika.

"Angkasa mau shalat tahajud gak?"

Angkasa melirik Amira sekilas, lalu mengangguk, "Iya." Walaupun Angkasa budak badung, namun ia masih rutin menjalankan shalat malam. Tidak begitu rutin sih, jika Angkasa pulang terlalu larut, biasanya dia langsung tidur sampai pagi.

"Mau gue imamin?"

"Eh?"

Amira tak bisa menyembunyikan senyumannya. Tanpa berpikir dua kali, Amira mengangguk cepat sambil menatap Angkasa, "Mau! Emang kamu bisa jadi imam?"

"Lo ragu? Ijab kabul aja bisa. Yakali jadi imam nggak."

Angkasa berjalan melewati Amira. Namun saat dirinya ingin menaiki tangga, Angkasa berbalik dan berjalan menghampiri Amira yang masih berdiri ditempat tadi.

"Ayok."

Angkasa menarik tangan Amira untuk berjalan bersama. Setelah sampai dikamar Angkasa, Amira hanya diam menunggu Angkasa selesai wudhu. Sebelumnya dia telah mengambil alat shalat."

"Wudhu sana."

Amira mengangguk. Memasuki kamar mandi, lalu berwudhu. Saat Amira keluar dari kamar mandi, dirinya terpaku. Menatap intens seorang lelaki yang tengah berdiri dengan baju koko dan sarung. Oh! Jangan lupakan peci dikepalanya. Sungguh, Amira sangat lemah melihat ini.

Kenapa ganteng banget!

"Mir?"

"Iya?"

"Ayok."

Amira berdehem. Memakai mukena lalu bersiap untuk shalat.

"Mir,"

"Iya?"

"Ikutin kata imam ya. Jangan ikutin kata hati lo. Bahaya, nanti lo bisa jatuh cinta."

"Angkasa! Ish! Cepetan!"

Angkasa kembali datar. Cukup puas melihat wajah Amira yang blushing akibatnya. Setelah shalat selesai. Mereka berdoa. Dan terakhir, Amira mencium punggung tangan Angkasa. Ini pertama kalinya Angkasa menjadi seorang imam. Dan ini pertama kalinya Amira melihat sosok laim dari Angkasa. Tak ada kesana badboy saat Angkasa menggunakan pakai seperti ini. Ya, Amira sangat menyukainya.

"Tidur lagi?"

"Gak bisa."

"Tidur! Masih malam."

Amira mengangguk. Saat dirinya ingin keluar kamar, Angkasa kembali menahan tangannya, "Tidur di sini aja."

Amira berkedip beberapa kali. Mencoba memahami maksud Angkasa, "Di sini? Bareng kamu?"

Angkasa mengangguk, "Iya. Kenapa?"

Amira menatap Angkasa gugup, "Tapi--"

"Tidur doang, Mir."

"Iya deh."

Amira mengangguk. Dia berjalan terlebih dahulu menuju ranjang. Memeluk guling Angkasa erat, lalu memejamkan mata. Wangi guling Angkasa sangat berbeda, dan Amira suka itu. Wanginya bikin nyaman, dan membuat Amira cepat mengantuk. Padahal sebelumnya ia tak merasa ngantuk sama sekali.

Angkasa menaiki ranjang. Menatap punggung seseorang di depannya. Angkasa tersenyum kecil. Malam tadi, Angkasa berkunjung ke rumah Bundanya. Dia menceritakan perasaan aneh yang sempat terjadi padanya. Tak disangka-sangka Bundanya malah tertawa keras. Katanya Angkasa sangat bodoh sampai tak paham dengan apa yang ia tengah rasakan.

Angkasa memyamping. Membelakangi Amira, lalu mencoba memejamkan mata. Jika Angkasa terus menatap punggung kecil itu, dirinya bisa lepas kendali untuk memeluk Amira. Namun Angkasa sudah janji. Tidur, hanya tidur. Tidak berbuat lebih. Namun entah bagaimana jika esok pagi.







***

"Angkasa!"

"Katanya cuma tidur doang, kok peluk-peluk!"

"Khilaf."

"Modus! Bukan khilaf!"

Angkasa berdecak. Bukannya melepaskan Amira dalam pelukannya, ia malah semakin mengeratkan pelukan ditubuh Amira. Kan gulingnya dipeluk Amira, Angkasa jadi gak bisa tidur kalo gak meluk guling. Jadilah ia jadikan Amira sebagai pengganti. Lebih nyaman, dan lebih empuk daripada guling.

"Mir,"

"Kenapa ditutupin mukanya?"

Amira membuka sela jarinya. Melihat Angkasa yang tengah menatapnya. Yaampun! Lihatlah dia! Betapa tampannya Angkasa saat bangun tidur. Amira kembali menutup wajahnya dengan telapak tangan. Amira sungguh sangat malu jika Angkasa melihat wajahnya saat ini. Kalo Amira belekan, atau ileran, gimana? Atau mungkin wajah Amira berminyak dan kusam? Bisa jadi bukan?

"Malu, Angkasa! Aku malu!"

"Kenapa malu?"

"Coba buka,"

"Mukanya mana, muka."

"Angkasa! Jangan gitu!"

Angkasa tersenyum kecil. Gemes juga lama-lama. Dengan paksa, Angkasa menarik tangan Amira yang menutupi wajahnya. Padahal ini bukan pertama kalinya mereka tidur berdua. Namun entah kenapa, Amira masih belum terbiasa.

Angkasa terdiam sesaat untuk memandangi wajah cantik perempuan di depannya. Apanya yang malu sih? Angkasa berdecak kagum dalam hati. Memang ya, cewek kalo bangun tidur, damagenya bukan main.

"Aku jelek ya?"

Angkasa mengangguk.

"Tuh kan! Angkasa pasti jijik liat aku! Aku malu, Angkasa!"

Angkasa menahan tangan Amira yang akan menutup kembali wajahnya. Dengan senyum kecil yang untuk pertama kalinya Amira lihat, Angkasa menguasap sekilas puncak rambut Amira.

"Lo cantik."

"Apalagi kalo bangun tidur, gini."

"Cantiknya natural. Gue suka."

"Suka apa, Angkasa? Kamu suka aku?"

"Bukan."

"Terus?"

"Muka lo yang gue suka. Bukan lo."

"Mandang fisik!"

Amira memukul keras dada Angkasa. Jawaban dugong macam apa itu? Percuma jika Angkasa hanya menyukai wajahnya, namun tidak dengan kekurangan yang Amira miliki. Baru saja diterbangkan, dan sekarang Amira merasa terhempas jatuh kedalam jurang paling dalam. Sedalam palung mariana.

Angkasa meringis. Pukulan Amira memang tak bisa dibilang pelan. Amira terkejut saat mendengar ringisan itu, dengan cepat dia menyentuh dada Angkasa yang ia sempat pukul tadi.

"Maaf, Angkasa. Aku refleks. Maaf."

"Sakit ya? Bodoh! Udah pasti sakit dong! Maaf, Angkasa, maaf."

Amira mengusap-ngusap dada Angkasa. Sontak saja hal itu membuat Angkasa panik dibuatnya. Bahaya kalo dibiarin!

"Mir, jangan dielusin!"

"Kenapa?"

"Bahaya."

Angkasa menarik tangan Amira, lalu menggenggamnya. Matahari belum sepenuhnya keluar, masih ada waktu untuk rebahan sejenak.

"Angkasa udah gak dingin lagi ya."

Angkasa menempelkan telapak tangannya di kening, hangat kok. Kenapa Amira bilang dingin?

"Hangat, Mir."

"Gak lucu tau gak!"

Amira menatap Angkasa datar. Ternyata manusia di depannya bisa bertingkah aneh juga, "Aku mau mau masak. Nanti turun ya, sarapan dulu."

"Masih pagi."

"Biasanya juga jam segini."

"Bentar lagi."

"Kenapa?"

Angkasa berdehem. Dia malah semakin mengeratkan pelukannya. Biasalah, egonya masih tinggi buat ngomong jujur.

"Gak papa."

***








"Pengecut lo!"

"Gue? Pengecut? Gak kebalik?"

Angkasa menatap datar seseorang di depannya. Ternyata dirinya telah dijebak! Seseorang mengirim pesan padanya saat pulang sekolah tadi. Katanya, dia harus datang ke sana jika sahabatnya tidak ingin celaka. Kebetulan saja, tadi pagi Azhar tidak masuk sekolah, namun tanpa keterangan. Ingin menelfon Azhar untuk memastikan, namun sambungannya selalu terputus. Dan sekarang, dirinya telah ditipu oleh seseorang yang terus mengusik hidupnya. Dan sialnya lagi, dia tidak datang sendiri, melainkan bersama teman-temannya.

Namanya Ezra.

Lelaki yang selalu mengusik kehidupan Angkasa. Berawal dari kesalah pahaman dimasa lalu, namun dendam itu masih terpendam dalam diri Ezra. Rasanya dia ingin menghancurkan kehidupan Angkasa. Ia sungguh tak sudi melihat Angkasa yang terus tenang dan merasa kehidupannya aman. Walaupun yang Ezra lakukan hanya sia-sia. Ezra hanya ingin Angkasa merasakan, bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang sangat berharga dalam hidupnya. Apalagi seseorang itu pergi untuk selamanya.

"Mau apa lo?"

Angkasa menatap Ezra, tenang. Ia tak ingin terpancing oleh lawannya. Angkasa tidak takut jika harus melawan lima orang di depannya sekigus.

"Gue mau---"

"Hidup lo hancur."

"Seharusnya lo yang mati, Angkasa! Bukan dia."

Angkasa berdecak pelan. Drama! Sudah berapa kali Angkasa menjelaskan hal ini pada Ezra, namun entah kenapa, Ezra tak pernah mendengarkannya dan selalu mengutamakan dendam tanpa penjelasan.

"To the poin."

Ezra tersenyum miring, "Cewek yang lo bonceng kemarin, siapa? Cantik. Tertutup pula."

Angkasa terkejut. Sial! Kenapa dia bisa tau! Tentu saja yang Ezra maksud, pasti Amira. Angkasa tidak tinggal diam jika Amira terlihat dalam kehidupannya. Dia tak ingin membahayakan Amira. Angkasa akan melakukan apapun untuk melindungi Amira dari manusia biadab seperti Ezra.

"Kaget?"

Ezra tertawa remeh. Memandang Angkasa dengan seringaian meledek, "Dia pasti istimewa. Seorang Angkasa, belum pernah boncengin cewek di motornya. Dia yang pertama bukan?"

"Dari mana lo tau?" Angkasa berkata datar. Semakin lama mengenal Ezra, kesabaran Angkasa semakin teruji saja rasanya. Sungguh, dia telah jengah dengan semua permainan Ezra. Namun untuk sekarang, ia harus berhati-hati. Karena Ezra, telah mengetahui Amira dalam hidupnya. Tentu saja Ezra akan melakukan berbagai macam cara untuk membuat Angkasa hancur. Dan salah satunya, mungkin melalui Amira.

"Aduh! Si prince kepo ya? Mata gue banyak. Apapun yang berhubungan dengan lo, sudah pasti gue tau. So, gue cuma mau bilang." Ezra turun dari motornya, berjalan mendekati Angkasa yang tengah terdiam dengan tangan terkepal kuat, berusaha menahan emosi. Setelah jaraknya lumayan dekat dengan Angkasa, Ezra terkekeh sinis.

"Hati-hati. Gue yakin, dalam waktu dekat, dia gak bakal hidup tenang."

















Tbc.


Continue Reading

You'll Also Like

5.5M 372K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

667K 31.2K 51
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
4.3M 257K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.6M 223K 68
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...