ABOUT DORA [END]

By pipabee

4M 436K 33.5K

šƒšØš«šš š‚š”ššš«š¢šÆšš, gadis kecil belasan tahun yang mencari keberadaan ayah kandungnya seusai ditinggalka... More

Prolog
AD-01
AD-02
AD-03
AD-04
AD-05
AD-06
AD-07
AD-08
AD-09
AD-10
AD-11
AD-12
AD-13
AD-14
AD-15
AD-16
AD-18
AD-19
AD-20
AD-21
AD-22
AD-23
AD-24
AD-25
AD-26
AD-27
AD-28
AD-29
AD-30
AD-31
AD-32
AD-33
AD-34
AD-35
AD-36
AD-37
AD-38
AD-39
AD-40
AD-41
AD-42
AD-43
AD-44
Final Cast
AD-45
AD-46
AD-47
AD-48
AD-49
AD-50 (END)
EPILOG
ANNOUNCEMENT

AD-17

72.9K 8.7K 537
By pipabee

17.Terbongkar

-o0o-

Kaki jenjang Dora melangkah sempurna memasukki sebuah rumah yang tak asing di penglihatannya. Rupanya dirinya pernah ke sini. Masih ingatkah kalian? Sewaktu Dora usai meninggalkan bandara lalu dibawa oleh keenam laki-laki itu ke tempat ini.

Dora sangat terkagum-kagum melihat desain bangunan yang ia masukki. Suasana yang sepi dengan angin sepoi-sepoi di sekitarnya, serta pepohonan liar yang mengelilingi bangunan besar ini. Suara burung-burung berkicau pun terdengar.

Tapi siapa sangka bangunan ini, dibangun dengan canggih. Beberapa alat-alat pendeteksi dan pengawasan berada di sudut-sudut bangunan, hampir tak ada yang terlewatkan. Jangan lupakan fasilitas-fasilitas bangunan ini yang lengkap.

Ketika Dora dan Diego memasuki pintu utama bangunan ini, mereka disuguhkan dengan pandangan banyak pasang mata. Dora yang mengira bangunan ini sepi, langsung menunduk tak berani mendongak.

"Jangan ada yang menatapnya, atau tanggung resiko sendiri," ucap Diego lantang.

Diego lalu mengambil jemari tangan kanan Dora dan menautkannya dengan tangan besarnya. Dora yang masih menundukkan kepalanya sontak mendongak, menatap kedua mata elang Diego yang ternyata tengah menatapnya. Keduanya terlarut dalam tatapan.

"Ayo ke dalam, gak usah takut," ujar Diego lembut—berbeda dengan biasanya yang cuek dan dingin.

"I-iya," sahut Dora gugup.

Kedua orang itu lalu berjalan memasuki sebuah lift di bangunan itu. Salah satu jari tangan Diego menekan sebuah tombol yang ternyata sedang men-scan sidik jarinya. Hingga sebuah suara perempuan berbunyi.

"Aerglo Diego Poseidon, leader of Perseus's"

Dora yang mendengar suara perempuan dari mesin lift itu, membelalakkan matanya kagum. Bagaimana bisa hanya dengan sidik jari, nama dan gelar bisa langsung diketahui?

"Sekarang jari lo!" perintah Diego.

Dora mengangguk lalu mengeluarkan jari telunjuknya dan menempelkan ke mesin scan tersebut. Lagi-lagi matanya melotot sempurna nyaris keluar, mulutnya juga ikut menganga ketika suara perempuan tadi, terdengar lagi.

"Dora Chariva Achernar, the little queen of Perseus's"

"Wow, kok bisa tau nama gue," ujar Dora terkagum-kagum.

Hingga tiba-tiba lift menyala, Dora yang terkejut—sontak berpegang erat di lengan kokoh milik Diego. Lift pun mulai berjalan. Dora lagi-lagi dibuat takjub dengan bangunan ini, ketika lift yang ia naiki memiliki pandangan langsung ke arah rerimbunan pepohonan dan kota dari jauh.

"Bakalan betah nih kalo gue tinggal di sini," gumam Dora tersenyum-senyum.

"Tapi kok pas kapan itu, gue kesini tempat nya gak sebagus ini, terus tempat nya sepi," tanya Dora penasaran.

"Karena Rara gak ngunjungi semua tempat di bangunan ini," ujar Kevan yang tiba-tiba muncul sesaat lift terbuka lebar.

Terlihat di belakang Kevan ada empat laki-laki yang lainnya. Dora meneguk ludahnya kasar, ketika melihat di belakang kelima laki-laki yang berdiri di hadapannya terdapat senjata-senjata.

"Kenapa, ra?" tanya Gara tiba-tiba, ketika melihat mimik wajah Dora yang berubah.

"A-anu itu dibelakang senjata apaan?" tanya Dora.

"Senjata koleksi, gak ngebahayain kok," balas Nakula—Dora yang mengerti hanya bisa tersenyum sembari berucap huruf 'o'.

"Yok ke dalam, ada yang mau kita bicarakan," ajak Hasbi.

Ketujuh orang itu lalu berjalan bersama menuju ke sebuah ruangan. Selama perjalanan tatapan Dora tak teralihkan dari jendela-jendela bangunan yang view nya langsung ke arah kota yang tertutup rerimbunan pohon. Sangat indah, rasa ingin bersua foto meningkat.

"Mau foto?" tanya Varo, membuat Dora terkejut. Bagaimana Varo bisa tahu, kalau dirinya ingin berfoto?

Karena ucapan Varo, langkah kelima laki-laki lainnya ikut berhenti. Menatap lekat Dora yang tengah dilanda kebingungan. Dora ingin foto namun ia malu.

"Hadap sini, gue fotoin," suruh Varo—Dora menurut.

"Tas nya gue bawain sini," tawar Gara ketika melihat Dora menggendong sebuah tas berwarna hitam yang isinya laptop dan beberapa novel.

Dora memang orangnya takut gabut. Oleh karena itu, ia selalu membawa tas itu kemanapun dirinya akan pergi.

"Gak usah kak," tolak Dora.

"Hm."

Berbagai gaya Dora lakukan. Mulai dari gaya cuek, gaya tersenyum manis ataupun gaya-gaya lainnya. Bahkan ia seolah-olah tidak menyadari bahwa ada enam laki-laki tampan di hadapannya. Rasa malunya juga ikut hilang, karena terbawa suasana.

"Makasih Kak Varo," ujar Dora sambil menambah kata 'kak'. Varo yang mendengar kata tersebut diam-diam tersenyum tipis.

"Ayo masuk ke dalam," ajak Kevan.

Mereka bertujuh kemudian masuk ke dalam sebuah ruangan bernuansa hitam yang di dalamnya terdapat beberapa sofa santai dengan meja di tengahnya.

"Duduk dulu," suruh Hasbi.

Ketujuh orang yang berada di ruangan tersebut merasakan keheningan yang sama, setelah mereka duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut. Sepertinya tidak ada yang ingin membuka pembicaraan.

"Tadi katanya ada yang mau diomongin ke gue?" tanya Dora membuka pembicaraan.

"Van, kunci pintunya." Bukannya menjawab pertanyaan Dora, Hasbi justru menyuruh Kevan untuk mengunci pintu.

Karena Dora hanya perempuan sendiri di satu ruangan, merasa ketakutan. Pikiran negatif mulai menghantui dirinya. Apakah mereka akan menyakitinya?

"Jangan jauh-jauh duduknya, kak," ucap Nakula.

Dora menatap keenam laki-laki di sekitarnya lalu mengangguk dan mendekat. Melupakan segala hal pikiran negatif yang sempat menghantuinya.

"Kita mau ngasih tau sesuatu hal penting di hidup Rara, mereka sengaja menyembunyikannya demi alasan tertentu," kata Gara—Dora mengerutkan keningnya tak paham.

"Rara merasa dekat sama Varo?" tanya Hasbi ke Dora.

"Ya begitulah," balas Dora—tertawa kecil.

"Ra," panggil Varo.

"Apa?" tanya Dora.

"Mau nerima gue?" tanya Varo, membuat Dora semakin bingung. Kalau kata orang, Dora sedang di fase 'dongo'.

"Nerima apaan? Pacar?" tanya Dora ngasal.

Keenam laki-laki itu tersenyum simpul. Bahkan diam-diam Diego ikut tersenyum. Dora yang merasakan aura ruangan aneh, menundukkan kepalanya.

"Kenapa nunduk, hm?" tanya Varo lembut sembari mengelus lembut surai panjang milik Dora yang tergerai indah.

Dora mendongakkan kepalanya, hingga matanya bertemu dengan kedua mata Varo. Dora dapat melihat ada tatapan kerinduan di sorot mata tajam milik Varo.

Ia menggigit bibirnya kecil, merasa gugup ditatap seperti itu. Hingga tiba-tiba seseorang menariknya ke dalam dekapan. Ia merasakan bahwa lehernya basah.

Rupanya Varo yang menarik dirinya ke dalam dekapan. Varo meletakkan kepalanya di sela-sela leher Dora. Varo menangis sejadi-jadinya di leher Dora. Seorang laki-laki yang dikira kuat, ternyata bisa menangis.

Sekuat-kuatnya seseorang, pasti ia pernah menangis. Jangan memandang orang hanya dari sudut tertentu. Semua orang tidak ada yang sama, perbedaan itu bukan berarti seseorang tidak diperbolehkan menangis, bukan?

"K-kenapa?" tanya Dora—mengelus lembut punggung kokoh Varo.

Tak ada jawaban sama sekali. Hingga Kevan membuka suara.

"Sekarang, jangan ditunda-tunda lagi!" suruh Kevan lantang, supaya Varo dapat mendengar.

"Abang rindu Rara," ucap Varo lirih di sela-sela tangisan kecilnya.

"Ha? Abang?" tanya Dora lola.

"Dia kakak kandung Rara, kalian berpisah karena Varo ikut bokap Rara," jelas Gara.

Dora mendengar itu, sontak terdiam membeku. Sebuah fakta yang hampir disembunyikan enam belas tahun lebih, baru diberitahukan sekarang? Fakta yang membuat dirinya seolah bermimpi.

Varo yang melihat Dora melamun, melepaskan dekapannya. Ia memegang erat kedua lengan Dora. Membuat Dora menatap lagi kedua mata tajam milik Varo.

"A-abang?" lirih Dora hampir tak terdengar.

Kristal-kristal bening tiba-tiba turun tanpa permisi. Membasahi kedua pipi bulat milik Dora. Tangisannya pecah. Dora memeluk erat Varo dan menenggelamkan kepalanya di dada bidang milik Varo.

"Kak, jangan kebanyakan nangis, nanti matanya merah lho," ujar Nakula.

Dora melepaskan pelukannya. Menghapus sisa-sisa air mata di kedua pipinya. Menatap keenam laki-laki yang ternyata juga tengah menatap dirinya.

"Kenapa baru dikasih tau sekarang hiks…"

"Di lift," sahut Diego.

"Ada apa di lift hiks…"

"Tadi Rara di lift nempelin jari terus muncul suara mbak-mbak kan? Nah mbak-mbaknya nambah nama lengkap Dora, jadi Dora Chariva Achernar, Archernar itu marga Varo," jelas Hasbi.

"T-tapi gue kan gatau marga kalian hiks…" ujar Dora yang masih menangis sesenggukan.

"Sstt…" Varo membawa Dora ke dalam pangkuannya. Memeluk pinggang Dora dari belakang, sementara kepalanya diletakkan di sela-sela leher Dora.

"Aduh, mentang-mentang sedarah, bisa manja-manjaan di depan umum," sindir Kevan.

"Sini gue pangku, Van," sahut Gara.

"ANJIR HOMO!" teriak Kevan lalu berlari keluar ruangan, entah kemana.

Dora, Hasbi, dan Nakula tertawa terpingkal-pingkal. Melihat Kevan berlari kabur dari Gara. Karena katanya Gara itu 'homo' padahal nyatanya tidak.

Cup

Varo mengecup singkat pipi Dora. Membuat Dora menengok ke belakang, lalu tersenyum lebar.

"Makasih."

To be continued…

-o0o-

Part nya lumayan panjang nih, maaf ya kalo banyak salah kata maupun sejenisnya.

Vote part sebelumnya kurang memuaskan hiks, pokoknya part ini harus tembus 100 lebih!

Jangan bosen nungguin ya, aku usahain update 2 atau lebih dalam seminggu

SEE YOU NEXT CHAPTER>

Continue Reading

You'll Also Like

177K 29K 60
Ale! Gadis barbar yang selalu mengejar-ngejar cinta seorang Raka Allandra. gadis yang selalu merecoki hari-hari sang pujaan hatinya dan berharap suat...
590K 23.6K 63
DARA wanita cantik dengan segala yg ia punya. Memiliki otak genius, dikagumi banyak orang, memiliki hati yang lembut dan menjadi seorang gadis yang...
934K 91.2K 50
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
2.4M 143K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...