Marsha

Door pelangi_pena

31.9K 1.7K 245

"BANGUN ... ANAK NYUSAHIN." "Mah... jangan... mah, Marsha minta... maaf," lirih Marsha tersedu-sedu, kala seb... Meer

P R O L O G
S A T U
D U A
T I G A
E M P A T
L I M A
E N A M
T U J U H
D E L A P A N
S E M B I L A N
S E P U L U H
S E B E L A S
D U A B E L A S
T I G A B E L A S
E M P A T B E L A S
L I M A B E L A S
E N A M B E L A S
T U J U H B E L A S
D E L A P A N B E L A S
S E M B I L A N B E L A S
D U A P U L U H
D U A P U L U H S A T U
D U A P U L U H D U A
D U A P U L U H T I G A
D U A P U L U H L I M A
D U A P U L U H E N A M
D U A P U L U H T U J U H
D U A P U L U H D E L A P A N
D U A P U L U H S E M B I L A N
T I G A P U L U H
T I G A P U L U H S A T U
T I G A P U L U H D U A
T I G A P U L U H T I G A
T I G A P U L U H E M P A T
T I G A P U L U H L I M A
T I G A P U L U H E N A M
T I G A P U L U H T U J U H
T I G A P U L U H D E L A P A N
T I G A P U L U H S E M B I L A N
E M P A T P U L U H
E M P A T P U L U H S A T U
E M P A T P U L U H D U A
E M P A T P U L U H T I G A
E M P A T P U L U H E M P A T
E M P A T P U L U H L I M A
E M P A T P U L U H E N A M
E M P A T P U L U H T U J U H
E M P A T P U L U H D E L A P A N
E M P A T P U L U H S E M B I L A N
L I M A P U L U H
L I M A P U L U H S A T U
L I M A P U L U H D U A
L I M A P U L U H T I G A
L I M A P U L U H E M P A T
L I M A P U L U H L I M A
L I M A P U L U H E N A M
L I M A P U L U H T U J U H
L I M A P U L U H D E L A P A N
L I M A P U L U H S E M B I L A N
E N A M P U L U H
E N A M P U L U H S A T U
E N A M P U L U H D U A
E N A M P U L U H T I G A
I N F O
E N A M P U L U H E M P A T
E N A M P U L U H L I M A
E N A M P U L U H E N A M
END

D U A P U L U H E M P A T

320 18 1
Door pelangi_pena

💛Happy reading💛
.
.
.

   Haruskah aku mengangganti namaku, agar bisa berjumpa sedikit waktu saja  denganmu~
Marsha aruni.

"Si, lo tau nggak bedanya lo dari mantan-mantan gue apa," ucap Koko mengarahkan tubuh Sisi untuk menatap dirinya.

Sisi yang sedang memakan batagornya pun, mengerutkan dahinya bingung kala Reyhan tiba-tiba memutar tubuhnya. "Emang apa?" tanya Sisi polos.

"Kalau yg lain itu cuman biasa, dan kamu yang spesial di hati aku," ucap Koko tersenyum bangga, pasti gombalannya ini bisa membuat hati Sisi klepek-klepek kepadanya, Siapa si yang bisa menghindar dari gombalan maut seorang Reyhan.

"Hahaha, gombalan kamu basi banget si," ucap Sisi menertawakan gombalan Reyhan yang sama seperti playboy-playboy yang lainnya.

Reyhan yang melihat itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "bukannya di puji, malahan di ketawain," ucap Reyhan mengerucutkan bibirnya.

"Kalau kamu sayang sama aku buktiin, jangan cuman gombalannya aja," ucap Sisi yang sudah berbicara dengan nada serius.

Reyhan yang mendengar itu langsung menatap manik mata Sisi, "maksudnya apa Si," ucap Reyhan yang tidak tahu arah pembicaraan Sisi.

Sisi menghela nafas panjang, sudah kuduga Reyhan tidak akan mengerti ini. "Udah lah lupain aja, kita makan aja yuk," ajak Sisi yang sudah melahap batagornya yang sudah hampir habis.

"Beneran nggak ada apa-apa?" tanya Reyhan, yang membuat Sisi berhenti mengunyah.

Sisi menggeleng, "nggak ada, ayok makan keburu bel masuk," ucap Sisi yang langsung mendorong bahu Reyhan agar menjauh dari hadapannya.

Mereka berdua pun akhirnya tidak membahas itu lagi, tapi Reyhan yang masih kepo dengan maksud ucapan Sisi pun berusaha menebak-nebak keinginan kekekasihnya ini.

                                 🌼🌼🌼

"Sus, gimana keadaa kakak saya sekarang," ucap Marsha ke salah seorang suster yang baru saja keluar dari ruangan kakaknya.

"Adek, adiknya pasien?" tanya Suster itu melihat Marsha dari bawah sampai atas.

Marsha mengganguk mantap, "iya sus, saya adiknya," ucap Marsha tersenyum hangat.

"Oh, tapi kenapa saya tidak pernah melihat kamu ya selama ini," ucap suster itu yang membuat Marsha seketika menjadi diam.

"Karena sa- ,"

"Suster Rere," ucap salah seorang suster yang Marsha kenali disini.

"Iya ada apa sus?" tanya suster itu.

"Suster di panggil sama pasien,"

"Oke, makasih sus. Saya kesana dulu,"

"Iya sus."

"Kamu ngapain disini?" tanya suster Laras yang tadi melihat Marsha dan suster Rere sedang berbincang-bincang di ambang pintu.

"Saya mau ketemu kak Salsa suster, apa saya bisa menengoknya," ucap Marsha meminta izin.

"Boleh, tap- ,"

"Saya mohon sus, izinan saya ketemu kakak saya," mohon Marsha seraya menempelkan kedua tangannya menjadi satu.

Suster Laras menghela nafas panjang, "ya sudah, sebentar saja ya," ucap suster laras seraya membukakan pintu ruangan Salsa selama ini, dan mendapat anggukan kecil dari Marsha.

Marsha masuk dan melihat ruangan kakaknya yang sangat jauh dari kata rapih, "kak Salsa," pekik Marsha melihat kakaknya meringsut ketakutan di dekat tembok.

"Kak Salsa, kenapa?" tanya Marsha mengusap-usap rambut kakaknya yang sangat berantakan.

"Kamu siapa?! Kamu pembunuh!!" teriak Salsa mendorong tubuh Marsha.

"Kak, aku bukan pembunuh. Aku fisa teman kamu," ucap Marsha berusaha mendekati kakaknya yang sedang mengacak-acakkan rambutnya di sudut ruangan.

"Kamu Fisa teman aku," pekik Salsa tersenyum senang dan langsung memeluk Marsha, Marsha yang mendapat perlakuan seperti itu merasa senang dan langsung membalas pelukan kakaknya. Kakak yang selama ini selalu ia rindukan bertahun-tahun, dan sekarang untuk bertemu saja ia harus mengganti namanya terlebih dahulu.

"Iya aku Fisa, aku utusan peri untuk menjagamu di sini," ucap Marsha tertekekeh kecil.

"Wahh peri, aku suka sekali peri," ucap Salsa menepuk-nepukkan tangannya seraya tersenyum-senyum.

"Aku manggil kamu peri Fisa aja gimana," ucap Salsa menautkan jari jemarinya.

Marsha yang melihat itu merasa senang dengan semua ini. Ia rela harus mengubah namanya demi bisa berbicara dengan kakaknya. "Bisa, kan aku peri kamu,"

"Yeayy, peri Fisa ayok kita menari," ucap Salsa mememutar-mutarkan tubuh Marsha seperti sebuah boneka.

"Menari bersama." Marsha mengenggam tangan Salsa dan memutar-mutar bersama di sana. Mereka berdua tampak bahagia, sampai suster yang melihat pemandangan tersebut tersenyum bahagia juga melihatnya.

"Udah-udah pusing," ucap Salsa yang terus memegangi kepalanya yang terus memutar-memutar seperti ada sebuah burung di atas kepalanya.

"Kakak, istirahat dulu ya," ucap Marsha membawa kakaknya ke atas ranjang dan merebahkannya.

"Kamu disini aja kan," ucap Salsa mengengam tangan Marsha dengan sangat erat. Seolah-olah ia tidak ingin temannya kembali untuk pulang.

Marsha memegang tangan kakaknya untuk memberi kehangatan, "Iya peri Fisa akan selalu menemani kamu," ucap Marsha tersenyum ceria.

Saat kakaknya sudah mulai memejamkan matanya, ia melihat-lihat sekelilingi ruangan yang di pakai kakaknya selama ini sangatlah sempit tidak seperti di rumahnya yang sangatlah besar, hanya ada satu ranjang besi saja dan dua meja yang berada di sisi kanan dan kirinya.

"Kamu liat, disini itu bosen. Aku nggak mau disini aku mau pulang aja sama kamu," ucap Salsa bangun dari tidurnya dan menarik-narik Marsha untuk keluar dari sini.

"Tunggu, kita disini aja ya mainnya." Salsa yang mendengar itu langsung menolehkan wajahnya, membuat Marsha yang melihat itu langsung tersenyum ke arahnya.

"Kamu nggak papa disini, aku disini karena pembunuh itu," ucap Salsa menunjuk ke sebuah pohon besar di rumah sakit jiwa ini.

Marsha yang mendengar itu seketika langsung bergeming dan melihat kakaknya menunjuk-nunjuk pohon besar di dekat taman.

"Kamu tau waktu aku masih di rumah, aku selalu bermain sama pembunuh itu di atas pohon," ucap Salsa tersenyum-senyum, membuat Marsha yang melihat itu seperti sedang di cabik-cabik.

"Dan kamu tau, karena dia semua yang aku miliki menghilang. KARENA SI PEMBUNUH ITU AYAH MENINGGAL," ucap Salsa teriak di akhir kalimatnya, Marsha yang melihat itu langsung memegang pundak kakaknya dan mendapat tepisan kasar dari kakaknya,  membuat Marsha yang tidak seimbang dengan tubuhnya langsung terjatuh ke lantai.

Suster Laras yang baru saja melihat pasien-pasienya di kamar sebelah pun langsung melihat ruangan Salsa terlebih dahulu sebelum ia pergi dari sini, dan betapa terkejutnya ia melihat Salsa sudah mengamuk-ngamuk kepada Marsha.

"Salsa, lepasin dia," ucap Laras berusaha melepaskan cengkraman tangan Salsa dari rambut Marsha.

"NGGAK, DIA ITU PEMBUNUH, DIA ITU PEMBUNUH SAMA SEPERTI SEMUANYA," ucap Salsa berteriak-teriak dan langsung menjambak-jambak rambut Marsha.

Suster Laras yang melihat Salsa sudah mengamuk-ngamuk langsung memanggil suster yang lainnya, suster pun datang dan langsung memisahkan Salsa dengan Marsha, tidak lupa juga suster itu langsung mensuntikkan sebuah cairan agar Salsa tidak mengamuk lagi.

"Kenapa bisa begini sus, saya sudah bilang jangan ada ganggu Salsa, itu sama saja akan membuat psikisnya selalu memburuk," ucap Suster Rere yang melihat kejadian tadi seperti kejadian-kejadian beberapa tahun yang lalu Salsa di bawa kesini.

"Maaf sus, saya tidak memerhatikan itu," ucap Suster Laras menunduk salah.

Marsha yang bisa mendengar percakapan-percakapan suster itu di ambang pintu pun langsung meneteskan air matanya, ini semua karena dirinya. Sebegitu bencikah kakanya selama ini kepadanya, kenapa? Kenapa semuanya terasa sulit untuk bisa melihat keluarganya hanya cuman sedikit saja, tidak bisakah ia merasa bahagia bersama keluarganya, kenapa harus sendirian di sini.

Marsha yang sudah sangat membenci semua ini, langsung meinggalkan rumah sakit ini dan berjalan di trotoar, menunggu ojol yang di pesannya datang. Tapi, saat ia hendak menyebrang jalanan, ada sebuah motor yang sangat kencang menghampiri dirinya, Marsha yang tidak tahu harus melakukan apa lagi, ketika motor itu sudah sangat deket dengannya pun hanya bisa menejamkan matanya.

Brukk...

Motor itu langsung saja lari dan tidak merasa bersalah sedikit pun dengan apa yang ia perbuatnya.

"Lo nggak papa kan?" Ucap seseorang laki-laki yang membuat Marsha langsung saja membuka matanya.

"Koko, lo ngapain disini," ucap Marsha yang langsung saja berdiri dan melihat sekeliling jalanan yang kosong tidak ada penjalan kaki seorang pun disini.

"Seharusnya gue nanya, lo ngapain di jalanan sepi kaya gini. Hampir aja lo tadi ketabrak sama motor," ucap Koko yang langsung mengambil tasnya yang sudah terpental jauh dari kejadian.

"Gue pulang dulu," pamit Marsha tiba-tiba membuat Koko yang sedang mencari tasnya di semak-semak langsung mengejar Marsha.

"Lo mau kemana, bahaya jalan sendirian disini," ucap Koko sedikit berteriak, membuat Marsha yang sudah jauh dari pandangan Koko tidak dapat mendengarnya.

Marsha terus berjalan dan berjalan, menghindar dari Koko yang terus saja mengejarnya. Dan ketika ia sudah berjalan cukup jauh dia bisa melihat sebuah bangunan putih yang di jumpainya tadi sepulang sekolah. Dan melihat ada seorang laki-laki memakai jaket hijau yang di yakini Marsha bahwa orang itu adalah tukang ojek yang di pesannya tadi.

"Mas, ayok jalan," ucap Marsha yang sudah duduk di atas jok motor pesananya tadi.

"Gimana semuanya berhasil?" tanya seorang wanita seraya menegukkan minuman soft drink nya.

"Gagal bos," ucap orang berpakain hitam itu, membuat wanita itu langsung menggebrak mejanya dengan sangat kasar.

"Tidak becus, urusan begini saja tidak berhasil," ucap wanita dengan sangat marah.

"Kalau pekerjaan kamu kaya gini terus, saya tidak akan segan-segan membuat kamu dan keluarga kamu menderita," tambah wanita itu yang langsung mencengkram dagu berpakain hitam itu dengan menggunakan kuku-kuku  panjangnya.

"Jangan bos, saya janji akan melakukannya dengan baik," mohon orang berpakain hitam itu.

"Mana kalau kamu melakukannya, sudah beberapa kali kamu mengatakan seperti itu saja, tapi tidak ada hasil-hasilnya juga. Kalau kamu melakukan kesalahan lagi saya tidak akan segan-segan dengan omongan saya barusan," ucap wanita itu meninggalkan orang berpakain hitam itu sendirian.

"Akhh, semuanya gara-gara dia,"

Jangan lupa vote dan koment di setiap paragrafnya💛






Salam manis
Nita yulianti

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

5.9M 389K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
1.3M 119K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
3M 148K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
541K 26.5K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...