KIARILHAM【END】

By uqmanalofficial_

14.7K 3.7K 2.9K

Sudah terbit menjadi ebook, tersedia di Google Playstore/Playbook! Sebagian part di hapus demi kepentingan pe... More

[1] PROLOG
[2] Pertama masuk sekolah
[3] Pertemuan and Aula
[4] Penyambutan Siswa Baru
[5] Pingsan
[6] Perhatian
[7] CAST✔
[8] Ups, kepergok!
[9] Ketahuan OSIS
[10] Antara
[11] Vonya harus memutuskan
[12] PUTRI!!
[13] Cowok Dingin Berwajah Ketus
[14] Tak sesuai keinginan
[15] Tak terduga
[16] TERPIKIRKAN!!
[17] Kenapa kau seperti ini?
[18] BERDUA DENGANMU!!
[19] MULAI BESOK, BOLEH BAWA MOTOR KE SEKOLAH!
[20] ADA APA DENGANNYA!
[21] Nggak, kenapa dia begini?
[22] Sangat Keras Kepala
[23] Ada festival pasar malam 🌃
⚠️KIARILHAM, WARNING⚠️

[24] MALAM YANG INDAH🌺

275 89 55
By uqmanalofficial_

“Serasa ini tidak nyata, serasa ini dunia lain. Aku masih belum percaya dia mengubah semuanya.”

••

“Enak banget berduaan di sini, beli es krim kok nggak ngajak-ngajak,” sewot Emil. Ditemani bersama Aldo tak sengaja lewat dan melihat mereka berdua tengah mampir membeli es krim di sisi jalan.

“Kalian baru atau gimana, nih?” gumam Aldo.

Ilham dan Kiara hanya terdiam. Tapi, Ilham malah menyuruh Kiara untuk cepat memilih es krim apa yang dia mau.

“Enggak ada niat buat beliin gue es krim juga gitu?” celetuk Emil.

“Beli sendiri,” ucapnya dingin.

Emil berdesis, “Idih gitu amat jadi cowok!”

“Aldo, gas lagi. Males gue liat ni cowok,” ujar Emil. Tak lupa ia mendelikan matanya saat Ilham melirik kearahnya. Aldo pun melajukan motor bebeknya itu dengan laju yang sangat pelan.

Beberapa menit, bayangan mereka pun hilang pergi menjauh. Ilham menghela napas panjang, lalu termenung beberapa saat.

“Bentar ya, uangnya ada di dia,” Kiara mendekati Ilham. Memintanya untuk membayar semua es krim yang ia beli saat ini. “Bayar!”

Ilham menoleh, ia hanya tersenyum lalu mengangguk, “Berapa totalnya?”

“Jadi, dua puluh ribu,” jawabnya.

••••

Jam 19.00 WIB.

Vonya membuka pintu rumahnya pelan, lalu pergi keluar secara cepat. Ia berlari beberapa langkah dari rumahnya untuk menghampiri Arka yang sudah menunggu lebih 1 jam di situ.

“Maaf lama,” gumamnya, lalu mengambil helm yang Arka berikan kepadanya.

Cowok itu hanya tersenyum manis, “Enggak apa-apa, kok.”

Vonya menatap wajah Arka yang kemerahan, nampak lucu di wajahnya, “Dingin atau gimana cuacanya. Sampai-sampai muka lo merah kek gitu?”

“Kayak badut Ancol,” lanjutnya, cengengesan.

Arka malah tertawa kecil, “Deg-degan hadapi kamu. Hari ini, kamu terlalu cantik buat aku ajak main.”

“Apa sih, padahal aku biasa aja deh.”

“Natural banget sih kamu, I like it ,” gumamnya, setelah itu memakaikan helm ke kepala kecil Vonya. Untung helm ini cukup. Sangat pas di kepala pujaan hatinya itu.

“Yuk naik!”

Vonya mengangguk, ia naik pelan-pelan ke atas motor sambil memegang pundak Arka. Takut jatuh. Soalnya, motor ninja ini tinggi. Arka pun melajukan motor berwarna merahnya itu.

••••

Musik DJ sedang di putar di suasana ramainya festival pasar malam yang sedang di gelar ini.

Banyak orang lalu-lalang dan cahaya lampu kelap-kelip menghiasi indahnya suasana di malam hari ini. Beberapa wahana permainan pun di mulai. Atraksi yang membuat para pengunjung berteriak histeris, dan juga para pedagang dan permainan lainnya. Tampak asyik, berkunjung ke tempat ini.

Ilham sampai dengan Kiara ke tempat ini dan langsung memilih main game satu persatu. Kiara yang terhipnotis dengan adanya boneka beruang besar berwarna coklat itupun langsung menyuruh Ilham memainkannya sampai menang.

“Ayo cepat, dapetin tuh boneka. Gue pengen banget!” suruh Kiara kepada Ilham. Raut wajahnya tampak tak ingin, tapi terpaksa demi mendapatkan Kiara. Lantas Ilham langsung memainkan game tembak peluru mengenai kaleng bekas yang sudah tersusun rapih dengan dekor yang sangat susah.

Ilham tengah fokus, memperhatikan kaleng-kaleng itu. Disisi nya ada Kiara, yang sangat bersemangat menyemangati Ilham. Dengan lucunya, sampai tak sadar jika poninya terbawa angin hingga berdiri ke atas.

“Kubu, kubu, kubu ...” mengangkat-angkat kedua tangannya keatas dan berjinjit-jinjit, lucu.

Matanya tak sengaja melihat Ehan yang tengah berjalan sendiri. Kiara panik, ia langsung menghampiri Ehan tanpa berpikir panjang lagi. Meninggalkan Ilham yang tengah fokus memainkan permainannya demi mendapatkan boneka beruang lucu itu.

“Enggak cocok buat gue,” gumam Ehan. Berjalan santai tak ada tujuan dan keinginan untuk bermain di sini.

“Kak Ehan.” panggil Kiara.

“Hai, kenapa kamu di sini? Sama siapa?” tanya Ehan.

Kiara cengir, ia hanya cengengesan di depan Ehan. “Hihi ... aku ke sini sama temen, Kak.” jawabnya.

“Kalau Kakak ke sini sama siapa?” kini, Kiara yang bertanya.

“Sendiri,” jawabnya datar. Tak lama ada kedatangan Angga yang membuat Kiara terkesiap.

“Lo enggak anggap gue?”

“Di anggap.”

Kiara tertawa, ia sesekali menoleh ke belakang. Di mana Ilham yang masih fokus dan asyik sendiri tanpa belum menyadari bahwa Kiara tidak ada disisinya.

Satu tembakan tak kena, dua tembakan pun tak kena. Kini, tinggal yang terakhir dan ...

Arrrgghhh ...

“Sekali lagi, cepat berikan semuanya,” ucap Ilham. Ia menggodok saku celananya, mengambil uang yang ringsek akibat terlipat-lipat dan diberikan kepada si tukang jaganya.

“Kalau gue nggak menang, kita gelud!” ancam Ilham. “Kalau lo nggak mau berurusan sama gue, kasih boneka beruang itu gratis. Karena pacar gue nggak mau kalau gue beli itu boneka. Paham!”

Abang jaga itu hanya terdiam, menghiraukan ucapan Ilham barusan. Terlihat Abang-abangnya masih muda, jadi Ilham berani untuk mengatakannya.

Ilham mencobanya sekali lagi, tangannya yang sudah bergetar akibat tremor menembakkan peluru mainan kecil itu ke arah kaleng. Melesat ke mana-mana, hingga Abang jaganya itu pun terkejut.

“Woi, kalau main yang bener. Bahaya juga nih kalau kena muka gue!” sarkas Abang itu.

Ilham mengabaikannya, sekali lagi. Tak kena, peluru ketiga tetap tidak mengenai kaleng tersebut. Melesat terus-menerus. Dan kini peluru selanjutnya.

Kaleng tersebut yang tersusun dengan teknik yang susah kini runtuh akibat lesatan peluru itu. Ilham tersenyum smirk karena usahanya tak sia-sia untuk mendapatkan boneka beruang yang Kiara mau.

“Liat, gue menang. Lo seneng kan Kiara?” saat menoleh kebelakang, Ilham tak melihat Kiara di sekitarnya. “Kiara, lo di mana?”

“Tadi, gue liat cewek lo itu pergi,” sahut Abangnya, “Yang rambut pendek kan?”

“Hmm,” Ilham menunjuk boneka beruang besar itu, “Cepat, ambil bonekanya. Gue menang, kan.”

“Bukan boneka yang besar itu, lo baru runtuhin susunan kaleng satu kelompoknya. Kalau mau yang besar itu, harus semua diruntuhin kalengnya.”

“Anjir lo, jangan bikin gue marah!” gumam Ilham, matanya yang sudah menajam menatap Abangnya.

“Lah, enggak salah.”

“Gue nggak mau denger lagi, cepat berikan boneka beruang itu ke gue atau lo mau gue rusak semua ini?” ancam Ilham, nadanya memekik dengan matanya pun.

Abang itu pun langsung mengambil boneka beruang besar, dan secepatnya diberikan kepada Ilham. “Nih, makan tuh boneka!” celetuknya.

“Kurang aja lo!” pekiknya, lalu pergi.

“Kak, aku ke sana dulu, ya,” ucap Kiara, mendapatkan anggukkan dari Ehan. Lalu, ia secepatnya pergi menghampiri Ilham.

Dari belakang Ehan berteriak, “KALAU MAU ADA SESUATU YANG KAMU INGINKAN, WA AJA!”

“Siap, Kak!”

••••

Melesat ...

“Ah, lo itu bisa apa kagak sih. Mil!” ucap Aldo, lantang.

“Kalian semua ganggu, jadi gue nggak bisa,” melempar bolanya sembarangan, dan melesat lagi tidak mengenai sasaran kaleng yang tersusun rapih itu.

“Kalian di sini juga?” teriak Dimas, menghampiri. Ia berjalan bersama Aldi dan juga Ananda. Kebetulan banget, mereka bertemu.

Emil yang lagi-lagi melihat kuku indahnya itu hanya mendelik—jutek terhadap Dimas. Memang, keduanya tidak bisa akur jika sudah bertemu. Saling mempunyai masalah, yang tak kelar-kelar dari mereka SMP.

“Btw, lagi main apa? Berhasil kagak? Kalau kagak berhasil, kalian lemah,” celetuk Dimas, tertawa renyah.

“Enggak usah nyindir gitu, lo coba bisa kagak!” Emil menyahuti.

“Bisa dong, asalkan bayarin.”

“Kelakuan!” teriak Emil, kesal.

Ananda masih terdiam, ia hanya tersenyum melihat tingkah para teman-temannya itu. Matanya tertuju pada suara motor yang datang, ia lihat jika itu Arka dan Vonya. Melihat keromantisan Vonya terhadap Arka membuatnya cemburu.

Vonya membuka helmnya, ia segera membenarkan rambutnya yang berantakan.

“Seharusnya kita datang lebih awal, biar nggak terlalu penuh kayak gini,” ucap Arka.

“Maaf ya, aku lama soalnya,” gumam Vonya.

“Sayang, itu bukan salah kamu.”

Ananda mendelik kesal, lalu ia mengajak Aldi untuk pergi mencari permainan yang seru lagi. Ananda tak sanggup melihat keromantisan demi detiknya antara Vonya dan Arka.

“Aldi, kita ke sana yuk,” ajak Ananda. Menunjuk ke arah tukang bakso di sana.

“Baru dateng, mau makan bakso dulu?” tanya Aldi.

“Hmm, gue lagi ngidam. Cepetan!”

“Ikut dong!” Emil berjalan bersama Ananda.  Tanpa berpikir panjang juga, mereka semua serentak mengikuti Ananda.

••••

Kiara menarik lengan baju Ilham. Membuat cowok itu menatapnya cepat. Kiara tersenyum kepada Ilham karena dia membawa boneka yang ia minta. Kiara langsung merebut boneka itu dari tangan Ilham. Meskipun, kesusahan membawanya. Tapi Kiara sangat senang bisa memiliki boneka sebesar ini untuk disimpan dikamar tidurnya dan akan menemaninya ketika kesepian.

“Makasih, Kubu,” ucapnya dengan nada lucu.

“Hmm.”

Kiara memeluk erat boneka empuk itu, senyumannya yang bulat sangat menampakkan jelas kemanisan di wajahnya.

“Btw, tadi lo kemana?” tanya Ilham. “Tapi, gue liat lo lagi ngobrol sama dua cowok. Siapa mereka?”

“Mereka berdua kakak kelas di sekolah,” jawab Kiara. “Emangnya kenapa?”

Ilham tersenyum simpul, ia hanya menggelengkan kepala ringan.

“Yuk, kita naik wahana ombak banyu. Pasti seru, berani nggak?”

“Gue enggak pernah takut, jadi boleh aja,” ucapnya enteng. Dengan santainya berkata seperti itu kepada bocah perempuan yang sedang menantangi-nya.

Kiara menarik tangan Ilham kesebuah wahana ombak banyu yang sedang dimainkan. Suara teriakan pengunjung lain membuat Kiara semakin senang melihatnya dan semakin tak sabar untuk menaikinya.

“Sana beli tiketnya dulu!” suruh Kiara, tatapannya hanya fokus ke permainan itu.

“Hmm,” Ilham berjalan, untuk membeli tiketnya.

Kiara berdiri sendiri, sambil memegang boneka beruang besar nya itu bak anak kecil. Tak lama, Ilham kembali membawa 2 tiket untuk main ombak banyu ini.

“Siap?”

“Pasti siap, dong!” balas Kiara penuh semangat 45.

Suara musik di mainkan, begitu meriah saat memainkan wahana yang satu ini. Kiara dan Ilham naik dibantu oleh tangga. Mereka berpegang erat pada belakang kursi tersebut. Saat diputar, bagian yang mereka duduk semakin naik ke atas. Tingginya membuat Ilham berteriak.

Kiara menoleh, “Lo takut?” ucapnya, berusaha menahan tawa.

“Enggak, agak kaget sedikit. Soalnya tiba-tiba naik,” balasnya. Ilham melirik sekilas, ia lihat jika beruang itu dipeluk oleh Kiara dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya memegang erat belakang kursi. Intinya, ia hanya menahan dengan satu tangan.

Ilham pun khawatir, ia menyuruh Kiara untuk menitipkan bonekanya kepada tukang penjaganya tersebut.

“Simpan bonekanya, gue takut lo jatuh. Enggak bisa cuma tumpuan satu tangan doang,” ucap Ilham.

“Enggak, dia harus ikut main sama kita.”

Mau tak mau, tangan kiri Ilham memanjang ke samping Kiara duduk. Untuk menjaga perempuan ini agar tidak jatuh dan terkejut ketika wahana ini dimainkan. Duduknya pun semakin mendekat.

“Gue yakin lo takut,” gumam Kiara.

“Jangan salah paham, gue jagain lo!”

Kiara mulai salah tingkah, pipinya yang mulai berubah jadi pink gelap hanya bisa menahan semuanya. Tak lama, kursi bulat besar itu mulai diputarkan dan terasa guncangannya yang membuat Kiara terkejut. Sontak langsung menyandarkan kepalanya ke bahu Ilham.

“Maaf, nggak sengaja,” lirihnya, secepatnya menegapkan kepalanya kembali dengan tatapan ke depan.

“Kita saling jaga aja, ya,” suara berat itu, lagi-lagi membuat Kiara berkeringat dingin. Cuacanya yang dingin pula mendukung semuanya.

Kiara cengir, “Ehehe ... iya.”

Permainannya pun dimulai, semakin diputar. Kecepatannya pun semakin bertambah. Apalagi ditambah dengan atraksi-atraksi yang menghebohkan para pengunjung. Kiara dan Ilham mulai berteriak. Betapa lucunya mereka.

Vonya menunjuk ke sana, “Bukannya itu Kiara sama Ilham?” tanya Vonya, menoleh kepada Arka.

Arka melihat ke bulatan besar yang sedang diputar itu, “Iya.”

“Tumbenan Ilham mau sama Kiara?”

Arka tersenyum simpul, matanya pun ikut tersenyum, “Ilham lagi pengen sama Kiara.”

“Udah yuk, kamu mau main apa?” keduanya lanjut berjalan lagi.

••••

Ilham terhuyung saat turun dari tangga, hampir jatuh. Kiara berjingkrak senang saat sudah menaiki wahana menantang yang satu ini. Tanpa aba-aba, Kiara menarik tangan Ilham dan membawa ke salah satu wahana ekstrim berikutnya yaitu kora-kora perahu yang diombang-ambingkan ke atas dan kebawah. Sangat menantang, membuat jantungan saat menaikinya.

Kiara menunjuk kora-kora tersebut dengan senyuman lebarnya itu. Ilham menghembuskan napas kasar. Apakah ia sanggup menaiki wahana yang bikin asmanya kambuh?

“Mau naik ini?” tanya Ilham. Napasnya yang sudah mulai terasa sesak itu pun hanya ngos-ngosan, sedikit membungkukkan badannya.

“Iya, gue pengen teriak lagi. Yang tadi belum cukup menantang buat gue, gue pengen teriak lebih dalam lagi.”

“Tapi-”

“Tapi kenapa? Lo takut?” Kiara mulai bergurau, “Kalau takut bilang aja.”

Ilham menggeleng cepat, ia kembali menegakkan badannya, “Enggak. Gue nggak takut, hayu kita naik.”

Mereka pun segera menaiki wahana kora-kora ini. Beberapa menit menunggu, akhirnya permainan pun di mulai. Mereka berdua pun bertemu dengan Vonya dan Arka di arah berlawanan. Kiara menyapa Vonya, tentunya sebaliknya.

Kora-kora tersebut semakin terayun tinggi. Ilham berteriak histeris, ketika dijatuhkan kebawah, rasanya jantung melayang. Dadanya pun mulai terasa sesak. Ia memegangi dadanya dengan napas yang terengah-engah.

Kiara asyik menikmati, ia berteriak kencang sambil tertawa melengking. Begitu bahagianya Kiara hari ini.

Skip∆

“Kenapa lo malah naik, hah?” Arka berusaha menenangkan Ilham. Matanya mencoba mencari tempat duduk yang kosong.

Kiara khawatir, “Emangnya, Ilham kenapa?” tanya Kiara, wajahnya begitu cemas.

“Dia punya penyakit asma,” jawab Arka.

Kiara tercengang saat mendengarnya, ia benar-benar merasa bersalah kepada Ilham. Karena sudah menyuruhnya untuk ikut naik wahana kora-kora yang sangat menantang ini.

Ilham mengambil inhaler nya di saku jaketnya itu. Lalu ia menghirup dalam dan merilekskan napasnya supaya tidak terlalu sesak lagi. Beberapa menit kemudian, napasnya kembali normal.

“Minum,” Arka menyodorkan botol minuman kepada Ilham.

Ilham membuka tutup botol itu, ia segera meneguk air putih itu.

“Ilham, mendingan kita pulang aja,” gumam Kiara.

Ilham mendongak, tangan kanannya menutup botol itu kembali. Tatapannya fokus kepada Kiara yang terlihat sangat cemas kepadanya.

“Jangan, gue belum puas main sama lo,” ucapnya, bersuara serak.

“Pulang aja, yuk.”

Ilham berdiri, memasukkan inhaler-nya kedalam saku jaketnya kembali, dan menghampiri Kiara. Kedua kakinya sedikit turun kebawah, biar sepantar dengan Kiara. Jarak antara keduanya sangat dekat.

“Gue enggak apa-apa, kita senang-senang lagi di sini. Jarang kan kita kayak gini.”

Arka hanya tersenyum melihatnya, begitupun Vonya.

“Tapi-”

“Enggak usah pake tapi, asalkan mainnya jangan yang ekstrim terus,” Ilham mencubit pipi kiri Kiara. “Lagian ini salah gue sendiri. Gue sok-sokan naik itu ini yang bikin asma gue naik lagi.”

Kiara cemberut, “Hei, kenapa cemberut. Jangan kayak gitu ah mukanya, nanti cantiknya hilang,” ucapan Ilham berhasil membuat Kiara tersenyum kembali.

“Gitu dong.”

_____________________

Guys ... huaaa ... Ayo bantu 9k pembacanya. Pasti bisa yuk, yuk!

Tanpa berbicara lagi, kita lanjut ke part selanjutnya.
Gimana untuk part hari ini? Komen dong, pengen tahu.

Ilham hari ini soft banget yak♥

°
°
°
°

Vote and komennya.
Share cerita ini ke teman-teman kalian, rekomendasi banget cerita ini buat kalian.
Maaf bila ada kesalahan kata/typo, selebihnya salahkan keyboard.

_See you_
Call me Kiki♥

Continue Reading

You'll Also Like

29.1M 921K 49
[BOOK ONE] [Completed] [Voted #1 Best Action Story in the 2019 Fiction Awards] Liam Luciano is one of the most feared men in all the world. At the yo...
143K 6.9K 102
[COMPLETED] Panda juga punya hati
948 155 4
Sepasang Luka yang selalu menutupi luka mereka dengan tawa, akankah mereka bersatu dan menghilangkan semua bekas luka mereka bersama?
Say My Name By floè

Teen Fiction

1.1M 66.5K 33
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...