Marsha

By pelangi_pena

31.9K 1.7K 245

"BANGUN ... ANAK NYUSAHIN." "Mah... jangan... mah, Marsha minta... maaf," lirih Marsha tersedu-sedu, kala seb... More

P R O L O G
S A T U
D U A
T I G A
E M P A T
L I M A
E N A M
T U J U H
D E L A P A N
S E M B I L A N
S E P U L U H
S E B E L A S
D U A B E L A S
T I G A B E L A S
E M P A T B E L A S
L I M A B E L A S
E N A M B E L A S
D E L A P A N B E L A S
S E M B I L A N B E L A S
D U A P U L U H
D U A P U L U H S A T U
D U A P U L U H D U A
D U A P U L U H T I G A
D U A P U L U H E M P A T
D U A P U L U H L I M A
D U A P U L U H E N A M
D U A P U L U H T U J U H
D U A P U L U H D E L A P A N
D U A P U L U H S E M B I L A N
T I G A P U L U H
T I G A P U L U H S A T U
T I G A P U L U H D U A
T I G A P U L U H T I G A
T I G A P U L U H E M P A T
T I G A P U L U H L I M A
T I G A P U L U H E N A M
T I G A P U L U H T U J U H
T I G A P U L U H D E L A P A N
T I G A P U L U H S E M B I L A N
E M P A T P U L U H
E M P A T P U L U H S A T U
E M P A T P U L U H D U A
E M P A T P U L U H T I G A
E M P A T P U L U H E M P A T
E M P A T P U L U H L I M A
E M P A T P U L U H E N A M
E M P A T P U L U H T U J U H
E M P A T P U L U H D E L A P A N
E M P A T P U L U H S E M B I L A N
L I M A P U L U H
L I M A P U L U H S A T U
L I M A P U L U H D U A
L I M A P U L U H T I G A
L I M A P U L U H E M P A T
L I M A P U L U H L I M A
L I M A P U L U H E N A M
L I M A P U L U H T U J U H
L I M A P U L U H D E L A P A N
L I M A P U L U H S E M B I L A N
E N A M P U L U H
E N A M P U L U H S A T U
E N A M P U L U H D U A
E N A M P U L U H T I G A
I N F O
E N A M P U L U H E M P A T
E N A M P U L U H L I M A
E N A M P U L U H E N A M
END

T U J U H B E L A S

378 20 1
By pelangi_pena

Jangan lupa vote sebelum membaca

💛Happy reading💛
.
.
.

Salat adalah obat bagi jiwa yang hampa, pikiran yang bimbang, dan hati yang terluka~ Dion adistriawan.

"Assalaamu'alaikum wa rahmatullah,"

"Assalaamu'alaikum wa rahmatullah," ucap Dion seraya memalingkan wajahnya ke kiri.

Setelah selesai sholat, Dion segera berdoa untuk di beri kesehatan, umur panjang dan kebahagiaan selalu untuk keluarganya. Setelah itu ia segera melepas pecinya dan melipat sajadahnya menjadi empat bagian dan memasukkanya ke dalam lemari. Dion sangat suka mengaji terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah, karena dengan mengaji hantinya menjadi tenang dan damai.

Dion mulai melantunkan ayat suci al-Qur'an dengan sangat merdu. Beberapa menit kemudian Dion menyudahi itu semua dan memulai ritual mandinya.

"Den, makanannya udah bibi siapin ya di bawah," ucap bi Jeti yang melihat Dion sedang memasangkan dasinya di pintu luar kamarnya.

Dion mengangguk, "iya bi, makasih ya."

Setelah menyimpulkan dasi di kerahnya, ia langsung turun kebawah. Seketika mood nya yang sedang baik menjadi sangat buruk ketika melihatnya.

"Yon, ayuk makan sama papah," ajak Dito yang sedang mengoleskan rotinya dengan selai coklat.

Dion malas untuk menjawabnya, ia langsung menarik kursi makannya dengan kasar. Ia mengambil beberapa roti dan mulai mengolesnya dengan selai kacang.

Dito hanya bisa menghela napas panjang. Memang susah untuk berbicara dengan Dion.

"Nanti berangkat papah antar ya Yon," ucap Dito yang membuat Dion seketika berhenti mengunyah.

"Apa maksud papah, papah kira aku anak kecil apa yang harus di antar jemput!" ketus Dion.

"Papah hanya ingin lebih dekat dengan kamu Yon."

"Udah terlambat waktunya, harusnya papah kaya gini waktu mamah masih hidup," ucap Dion yang dapat membuat emosi Dito memuncak.

"Dion, sudah papah bilang jangan sebut wanita itu lagi!" bentak Dito.

"Kenapa! Papah takut kalau tau siapa pelakunya," Dion tersenyum miring.

"Kamu nggak tahu yang sebenarnya Yon."

"Selalu saja kata-kata itu yang papah ucapkan, papah takut kalau ketahuan iyah!!" Dion yang sudah muak dengan semuanya langsung bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan meja makan.

Dito hanya bisa melihat punggung anaknya yang mulai menjauh darinya.

"Kalau Dion tidak melihat kejadian itu mungkin hal seperti ini tidak akan pernah terjadi dalam keluarganya" batin Dito.

                                  🌼🌼🌼

Marsha mulai bersiap-siap memakai tasnya dan mulai melangkahkan kakinya untuk turun ke bawah. Tapi ketika ia turun, di sana sudah ada mamahnya yang sedang menatap dirinya dengan tatapan yang sulit di artikan. Marsha hanya bisa menunduk lemah.

"Waktu kemarin kamu kemana?" tanya Devi dengan datar.

Seketika wajah Marsha langsung berubah sangat panik, ia tidak mungkin juga menceritakan semuanya, "itu ... mah ... aku ehh kerja kelompok."

"Mau jadi anak pembohong kamu hah!"

Marsha semakin menunduk lemah, pasti mamahnya tau kemana ia pergi kemarin. "Iya mah aku pergi ke luar," jujur Marsha, percuma saja ia menutupi semuanya kalau akhirnya akan ketahuan juga.

"Ke RSJ iyah!" tebak Devi dengan tepat.

Marsha mengangguk, seketika Devi menjadi marah dan langsung mengepalkan tangannya.

"Kamu mau ngapain ke sana si hah! Cuman mau buat mental kakak kamu semakin memperburuk!"

"Ngg— "

Belum sempat Marsha menyelesaikan kalimatnya, tangan Devi sudah menampar pipi Marsha. Marsha hanya diam ia hanya bisa menikmati rasa sakit sudut bibirnya yang mulai mengeluarkan darah.

"Kamu itu anak tidak di untung!"

Plak

"Anak pembangkang."

Plak

"Pembunuh! saya benci dengan kamu."

Plak

Beberapa tamparan Marsha rasakan di setiap pipinya membuat pipinya seketika langsung menjadi merah dan nyeri. Marsha sakit, Marsha capek selalu di salahkan seperti ini. Ia ingin bisa melawan semuanya, tapi ia tidak bisa. Ketika ia hendak berbicara yang sebenarnya pasti lidahnya akan tiba-tiba merasa kelu.

Sudut bibirnya pun kembali mengeluarkan darah yang banyak. Devi yang tidak puas dengan semua itu langsung saja menjambak rambut hitam milik Marsha.

"kalau kamu mati pas kecelakaan itu, pasti keluarga saya akan bahagia," ucapnya dengan menarik keras rambut Marsha, sampai-sampai rambut Marsha yang panjang, mulai berjatuhan ke bawah karena jambakan mamahnya yang sangat kencang.

"Aww, mah ... sakit ... mah," tangis Marsha.

"Sakit kamu bilang hah." Devi terus menjambak rambut Marsha dengan sangat kencang, tanpa melepaskannya sekali pun.

Marsha meringis kesakitan, "mah ... sakit mah ... hikss ...."

"Saya tidak peduli."

Marsha tidak mengira mamahnya semakin membecinya dirinya seperti ini. Biasanya mamahnya akan selalu mendiamkannya tanpa harus mencelakainya.

Marsha terus mencoba melepaskan cekalan tangan mamahnya, namun tak berhasil- berhasil juga, semakin ia mencoba melepaskannya, semakin juga mamahnya menarik rambutnya.

Devi yang sudah terlanjur marah oleh putrinya langsung menarik rambut Marsha dengan sangat kencang ke anak tangga. Marsha hanya bisa pasrah seraya memejamkan matanya menahan

Devi terus berjalan dan langsung membukakan pintu berwarna putih yang sudah di penuhi dengan aneka ragam peralatan Mandi. Kalian pasti tahu ruangan itu apa? Devi langsung menyalakan kran airnya dengan sangat full tanpa melepaskan cekalannya pada rambut Marsha. Ia langsung memasukkan wajah Marsha ke wastafel dan menahan tengkuknya sampai beberapa detik.

"Mah .... Marsha minta ma— "

Bluk... bluk...

Belum sempat Marsha berbicara, Devi langsung mendorong wajah Marsha lagi dan manahannya bernafas di dalam air. Marsha hanya bisa menangis tanpa harus meminta tolong ke siapa?

Marsha hanya bisa pasrah dalam hati, Marsha tidak kuat dengan ini semua.

"Mah ... Marsha mohon ... lepasin Marsha ...," ucap Marsha dengan nafas yang tersenggal-senggal karena banyaknya cairan yang masuk ke dalam hidungnya.

"Jangan harap kamu bisa makan dan minum hari ini," ucap Devi langsung melepaskan jambakannya dan berlalu pergi dari sana.

Marsha sudah biasa dengan itu, tidak makan seharian karena di hukum. Marsha menikmati itu semua, itung-itung puasa lah. walaupun ia selalu menahan perih yang melanda perutnya.

Marsha duduk lemas di bawah ubin yang sudah sangat dingin, kepala Marsha terus saja berdenyut nyeri di tambah lagi rambutnya yang mulai rontak satu persatu. Marsha menangisi dirinya sendiri ia langsung memeluk lututnya dan menenggelamkan wajahnya di sana.

Marsha capek, Marsha ingin istirahat sebentar saja, tapi kenapa tidak bisa-bisa. Marsha ingin semuanya bahagia tanpa harus ada dirinya.

"Ya tuhan kenapa harus kaya gini si hiks ...."

"Kenapa aku ... nggak berhak bahagia tuhan ... hiks .... "

Tiba-tiba dadanya kembali sakit lagi, kali ini jantungnya tidak sakit seperti biasa ia alami, tapi jantungnya sekarang berdetak lebih cepat seperti jarum jam.

"Sakit ...," rintih Marsha.

Percuma saja ia merintih atau berteriak sekali pun jika tidak ada yang mau menolongnya. Marsha mencoba untuk bangkit untuk menuju ke kamarnya. Ia akan berangkat sekolah hari ini, ia tidak mau bolos karena permasalan ini. Ia langsung mengganti bajunya dengan menahan nyeri di dadanya yang terus saja berdetak tidak karuan. Saat melihat ke cermin wajahnya tampak acak-acakan, bekas sudut bibirnya yang belum mengering. Rambutnya yang sangat acak-acakan dan sedikit rontok. Sungguh sangat miris kondisinya sekarang.

Ia langsung memasangkan hodie untuk menutupi rambutnya, dan memakai masker juga untuk menutupi sudut bibirnya yang masih berdarah. Ia tidak mau orang-orang melihat keadaannya seperti ini. Setelah memakai seragamnya kembali ia melirik jam yang berada di kamarnya yang sudah menunjukkan pukul set 7 masih ada waktu satengah jam untuk berangkat sekolah.

Setelah sampai ke sekolah, banyak sekali pasang mata yang melihat ke arahnya dengan tatapan aneh. Marsha tidak peduli ia terus saja melangkah. Tapi, seketika ia hendak menuju ke koridor atas ia tidak sengaja berpapasan dengan Dion dkk di sana. Marsha gelagapan ia tidak tahu harus gimana.

"Loh Sha, lo kenapa pake hodie sama masker kaya gitu?" tanya Koko cemas ketika melihat Marsha berpakaian seperti seseorang sedang berpergian ke musim dingin saja.

"Nggak kok, gue lagi masuk angin aja tadi," alibi Marsha. Ia melirik sekilas Dion dan Reyhan yang sama-sama menatapnya.

Jangan sampai mereka tahu

Ketika Marsha berbicara seperti itu Reyhan langsung memincingkan matanya curiga. Sama halnya dengan Reyhan, Koko pun sedikit tidak percaya dengan apa yang dibicarakan Marsha.

Reyhan yang tahu itu langsung saja menarik Marsha menjauh dari Dion dan Koko. Koko ingin mengejar tapi di tahan terlebih dahulu oleh Dion.

"Nggak usah di kejar, kita kelas aja," ajak Dion menepuk bahu Koko.

Mereka pun akhirnya berjalan menuju kelasnya masing-masing.

Reyhan terus membawa Marsha menjauh dari orang-orang dan membawanya ke UKS.

"Kenapa lo bawa gue kesini?" tanya Marsha tak suka.

"Kenapa lo pake baju kaya gitu?!" tanya Reyhan balik.

Marsha berdecak sebal. "Bukan urusan lo, dan jangan kasih tahu siapapun tentang kejadian kemarin sore," ucap Marsha meninggalkan ruangan UKS.

Reyhan hanya menatap punggung Marsha yang mulai menjauh darinya. Reyhan tidak pernah sekhawatir ini kepada seorang gadis. Bukan Reyhan cinta sama Marsha, memang waktu dulu ia pernah suka sama Marsha, tapi itu semua sudah di buang jauh-jauh dari hatinya. Karena sekarang ia sudah mempunyai Sisi, yang selalu ada untuknya selama ini. Reyhan memang bobrok tapi kalau urusan tentang masalah teman ia yang paling maju untuk menyelesaikannya.

                                🌼🌼🌼

"Kenapa lo pake baju kaya gitu Sha?" tanya Manda ketika melihat Marsha baru saja datang dengan pakaian anehnya.

Marsha hanya bergeming tidak membalas ucapan Manda, ia hanya membuka tasnya dan mengambil beberapa buku yang akan di pelajarinya sekarang.

Manda yang di cuekin oleh Marsha, berdecak sebal. "Sha gue tanya sama lo! Lo sakit?" tanyanya lagi.

Marsha hanya menjawab dengan anggukkan kepala dan mulai membuka halaman bukunya satu demi satu.

"Mau liburan atau mau apa, sekolah kok pakai hodie," bisik salah seorang teman fadil, yang masih bisa di dengar Marsha dan yang lainnya.

Marsha yang mendengarkan itu tahu bahwa ia lah yang sedang di bicarakannya.

Memang ada salah seorang yang membenci Marsha disini. Dia suka sekali mencari kesalahan Marsha agar semua orang mau membecinya. Yaitu golongan Fadil cs. Marsha juga tidak tahu kenapa Fadil dan teman-temannya membencinya seperti itu.

Manda yang mendengarkan Marsha di ejek-ejek oleh yang lain pun langsung menggebrak mejanya kesal," lo kalau mau bicarain orang di depannya, jangan beraninya di belakangnya aja. Dasar pengecut lo."

Fadil yang mendengar omongan Manda langsung mengebrak meja tidak terima. "Emang kenyataan gituh kan, emang boleh pake hodie ke sekolahan nggak kan?!" ucap Fadil tertawa remeh.

Marsha bergeming tidak niat membalas ucapan Fadil. Manda yang melihat Marsha terus saja diam di injak-injak seperti itu merasa jengah.

"Udah lah Man, nggak usah di jawab nanti bakal tambah panjang masalahnya," bujuk Marsha. Manda yang mendengarkannya hanya bisa menghela nafas panjang dan kembali lagi duduk di kursinya.

Dion yang sejak tadi memperhatikkan semuanya hanya diam, dan kembali lagi ke acaranya yaitu mendengarkan musik.

To be continue..

Jangan lupa vote dan coment💛

Salam manis
Nita yulianti

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 83.9K 40
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
802K 60.9K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
183K 17.6K 25
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
393K 30.4K 26
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...