RAKA - The Ruler Of Ramos βœ“

By sheylawrites

82.7K 7.5K 1.3K

[TeenFiction - Romance - Comedy - Badboy] [DILARANG KERAS MENIRU ADEGAN APAPUN YANG TERDAPAT PADA CERITA INI]... More

RAMOS
1. Raka Sayudha
2. Shiren Aysila
3. Raneea Starla
4. Boleh Baper Gak?
5. Perlu Bantuan?
6. Ribut
7. Sisi Lain
8. Want to join with us?
9. Balas Dendam
10. Berjuang atau Terbuang
11. Yang Kalah Harus Cium Yang Menang
12. Crazy BadBoy!
13. Family
14. Menguak fakta
15. Toilet Cewek
16. Mencari Bukti
17. Misi Pertama
18. Baikan Bukan Balikan
19. Miliki atau Biarkan Pergi
21. Meet The Fugitive
22. Fight!
23. Misi Kedua
24. Boy's Area
25. The Real War
26. The Real War 2
27. Viral
28. Dissapointed
29. Malaikat Tanpa Sayap
30. Dangerous Boy
31. Pernyataan Tidak Membutuhkan Jawaban
32. Rencana Party Ramos
33. Gaun Pesta
34. Party Ramos
35. Sayudha's Mine
36. Revenge
37. Happy Birthday, Raka!
38. Antara Raka dan Bara
39. Panggung Sandiwara
40. Cerita Starla
41. Clue Dari Starla
42. Mayat Siapa Ini
43. Hancur
44. Ujian 18+
45. Ketahuan?
46. I Miss You
47. Menyesal
48. Sudah Terlambat
49. Just Say, Yes!
50. Just Say, Yes! (2)
51. One Step Closer
52. The End (Selesai)
Sekilas Info!

20. You'll Die!

1.2K 124 6
By sheylawrites

Happy☠Reading


"Saya tidak mau menangani kasus ini,"

Wajah Raka spontan terangkat mendengar ucapan Om Galang. Ayah Tristan ini langsung menggeser semua bukti yang tergeletak di mejanya mengembalikan pada Raka.

"Maksud Papa?" ujar Tristan memastikan.

"Papa tidak mau menangani kasus ini. Saya tidak mau ambil resiko," Om Galang menautkan kepalan dua tangan dan menjadikannya tumpuan dagu.

"Resiko apa, om?" Tanya Raka datar. Seakan tidak terusik dengan penolakan om Galang yang secara terang-terangan. Raka memang pandai menyembunyikam eskpresinya.

Om Galang menghela nafas, "Raka. Asal kamu tau, Aarav Antonio ini adalah pembunuh yang sangat berbahaya. Setiap orang yang berusaha mencari keberadaan lelaki itu pasti akan mati."

"Aarav sudah menjadi buronan polisi sejak tiga tahun yang lalu. Dia melakukan pemasukan miras dan narkoba dengan jumlah sangat besar ke beberapa pulau secara ilegal. Dia juga penjual wanita untuk dipekerjakan di club malam. Sudah lebih dari seribu orang mati ditangannya." jelas Om Galang.

Mata Dicky membulat penuh, "S-seribu om?"  rasanya Dicky sedikit mengompol.

"Itu yang tercatat dalam laporan kepolisian. Saya yakin yang tidak tercatat pasti lebih banyak lagi," kata Om Galang. "Jika Densus saja tidak bisa menemukan mereka, apalagi kalian yang notabenenya masih anak SMA."

Sedikit menohok, namun Raka tetap diam tidak terganggu dengan opini itu.

"Tristan," om Galang menatap putanya, "Papa nggak mau kamu ikut misi gila ini."

"Tapi, Pa—"

"Kalau kamu membantah, kamu akan tau akibatnya." ujar Om Galang tegas kemudian menatap Raka, "Raka. Saya sarankan kamu untuk berhenti."

Kening Jovan mengerut menangkap ekspresi takut dari wajah Om Galang, "kenapa om keliatan se takut itu?"

"Ini tidak akan berjalan mudah seperti yang kalian bayangkan. Om hanya khawatir jika terjadi sesuatu pada kalian," ujar Om Galang, "melawan Aarav adalah pilihan yang buruk, ini bukan ajang adu kekuatan atau tempat menunjukkan kehebatan kalian."

" Om akui kemampuan kalian, tapi melawan Aarav bukanlah pilihan yang tepat."

Tidak semua berjalan sesuai rencana, Raka tau itu. Ucapan om Galang juga terus terngiang di telinganya. Tidak ada rasa ingin mundur sama sekali untuk menyelesaikan kasus ini, tapi Raka sadar jika Ia juga tidak bisa menyeret teman-temannya untuk menangani hal ini.

Mungkin akan terasa lebih sukit jika Raka berjuang sendirian, namun ini adalah opsi yang tepat agar tidak membahayakan orang lain.

Mereka semua sedang berada di basecamp Ramos. Sejak kepulangan mereka dari rumah Tristan, tidak ada yang berani membuka suara, semua saling bungkam.

"Bener kata om Galang. Lebih baik menyerah," ucap Raka tiba-tiba mengundang tatapan kelima temannya.

"Jadi nyari kebenaran kasus ini dibatalin? Gitu?" ucap Gerald.

"Ya," tutur Raka, "mulai sekarang kalian gak usah ikut andil dalam pencarian ini. Gue gak mau kalian kena imbasnya."

Kening Jovan mengerut, "maksud lo? Cuma lo doang gitu yang mau nyari si buronan tai ini? Hah? Ka, lo gak lagi ngingau kan?" tanya Jovan heran  sedikit menaikkan suaranya karena geram dengan Raka, "lo gak mau kita mati, tapi lo mau kita liat lo mati, gitu?"

Bagas mengangguk, "lagian nih, Ka. Lo kan udah tau kalau bokapnya Shiren ini buronan, apalagi yang mau lo cari? Nyokapnya? Gue yakin Nyokapnya juga dibunuh atau malah ikut jalan gila suaminya. Ibu yang baik pasti gak ngebiarin anaknya terlantar sendirian."

"Bener juga sih," timpal Gerald, "lebih baik udahan aja lah. Daripada malah ngambil nyawa. Kita juga masih SMA. Mustahil buat ngelawan pembunuh pro kayak mereka."

Raka megedarkan pandangan dingin pada lima temannya, "Gue tau apa yang harus gue lakuin. Dan kalian, lakuin apa yang gue suruh," ada jeda sebentar sebelum Raka meneruskan ucapannya, "jangan ikut andil lagi dalam masalah ini, paham?"

Jovan menarik rambutnya kebelakang dengan keras. Gerald menutup wajahnya dengan telapak tangan sedangkan Tristan yang memang sudah dilarang oleh ayahnya itu hanya bisa pasrah. Semua mengkhawatirkan keselamatan Raka. Pasalnya lelaki ini tidak pernah main-main dengan ucapannya.

Raka melangkah lebar keluar dari basecamp Ramos. Lelaki itu duduk di tepi teras dengan kaki yang menginjak tanah. Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Langit juga sudah menjadi sangat gelap.

Lelaki itu merogoh kantongnya lalu mencoba menelpon Shiren, sekedar memastikan bahwa gadis itu sudah tidur.

Pada dering ketiga sambungan itu terangkat.

"Halo,"  ucap Shiren dari sebrang sana.

Raka mengangkat kedua alisnya tinggi, "belum tidur?"

"Iya nih, gabisa tidur."

"insom?" tanya Raka.

"ya... Gue emang  insomnia. Tapi jarang sih."

"mau nasi goreng atau martabak daging?" tanya Raka tanpa basa-basi. Setelah lelahnya hari ini, Raka ingin melihat senyum gadis itu untuk menghilangkan beban pikirannya

"emang masih ada yang jual jam segini?" ucap Shiren. Ada rasa sungkan jika langsung menjawab tawaran Raka

"ada. Nasi goreng atau martabak?"

"Martabak."

"Oke," ucap Raka kemudian mematikan sambungan telfonnya. Tanpa cowok itu tau, di sebrang sana Shiren sedang menggigiti bantalnya karena salah tingkah.

Akhir-akhir ini Raka selalu perhatian padanya, bahkan tanpa ragu Raka menggenggam tangan hingga mengelus pipinya. Namun Shiren takut jika menafsirkan hal ini sebagai rasa cinta Raka pada dirinya.

Shiren mengerti kalau selama bersekolah di SMA Garuda, Raka tidak pernah terdengar dekat dengan seorang gadis. Bahkan Raka telah menolak ratusan gadis yang memintanya menjadi kekasih secara terang-terangan.

Terlalu banyak gadis yang mencintai Raka, mencoba mengambil hatinya, ingin memilikinya, bahkan mereka rela menjatuhkan harga dirinya agar mendapat tatapan sekilas dari Raka. Namun tidak ada yang Raka respon, kecuali Shiren Aysila.

Gadis ini tidak menyangaka, bahwa seorang Raka sayudha yang terkenal bengis dan irit bicara itu tiba-tiba menjadi cheesecake jika bersamanya. Hanya karena insiden ponsel Raka yang tak sengaja Shiren jatuhkan, mereka bisa sedekat ini sampai sekarang.

Shiren memegang dadanya, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat saat mengingat perlakuan lembut Raka. Shiren juga merasa bahagia saat menerima telfon ataupun pesan dari Raka. Shiren tidak pernah terganggu dengan kehadiran lelaki itu, justru dirinya merasa nyaman jika Raka bersamanya.

"Apa gue suka sama Raka?" Shiren bermonolog, gadis itu menggeleng pelan, "mungkin cuma sekedar rasa nyaman sebagai teman lawan jenis. Gue masih belum bisa move on dari Bara."

Roda motor Raka berhenti di depan rumah Shiren. Lelaki itu melepas helm fullface nya lalu merogoh kantong celana untuk mengabari Shiren kalau dirinya sudah didepan rumahnya.

Tindakan Raka mengambil ponsel itu terhenti saat tidak sengaja menatap dua orang dengan setelan serba hitam berjalan melewati samping rumah Shiren. Lelaki itu kembali mengantongi ponselnya lalu mengikuti dua pria itu dengan mengendap-endap.

Raka menegakkan tubuhnya menempel di dinding, lalu sedikit menoleh ke arah kiri tempat lorong dua Pria itu berjalan. Saat mereka tidak mengerti kalau di ikuti, Raka kembali berjalan di belakang mereka.

Tanpa sengaja, Raka menginjak kaleng soda yang terbuang di jalan. Suara yang ditimbulkan mengundang pandangan dua lelaki itu.Sontak Raka  bersembunyi di celah tembok.

"Ada yang ngikutin kayaknya?" ucap salah satu dari mereka, "coba lo cek."

Raka menahan nafas. Semaksimal mungkin ia berusaha agar tidak terlihat. Raka beruntung kali ini ia mengenakan jaket Ramos bewarna hitam dengan celana jeans hitam pula. Pakaiannya tidak terlalu mencolok saat malam gelap seperti.

Salah satu dari pria itu berjalan melewati Raka, saat tidak menemukan apa-apa Pria itu kembali berbalik dan kembali meneruskan jalannya.

Dengan jelas Raka bisa melihat wajah lelaki itu, namun Pria berbadan besar tersebut tidak  sadar jika Raka bersembunyi di celah tembok.

"Gak ada orang. Aman," Pria itu berkata lalu mereka kembali melanjutkan jalannya, "mungkin cuma tikus tadi."

Raka menghela nafasnya yang tertahan. Kali ini Raka lebih berhati-hati. Satu persatu langkahnya ia perhatikan agar tidak terjadi kesalahan yang sama lagi.

Masih mengikuti kedua Pria itu dari belakang. Tanpa sengaja Raka melihat sekelebat hitam yang berlalu di belakangnya. Raka menoleh penuh, jaga-jaga kalau ternyata ada yang menguntit dari belakang.

Saat melihat tidak ada orang disana, Raka kembali melanjutkan langkahnya.

Dua Pria itu berhenti tepat di belakang rumah Shiren,  ternyata ada pintu yang tampak seperti jendela disana. Dua pria itu memasuki pintu itu.

Raka hanya bisa berdiam di samping tembok yang ada. Ia tidak bisa melihat apa yang dua Pria itu lakukan di dalam sana.

Terdengar seperti derapan langkah menuruni tangga. Selang beberapa detik, Raka juga mendengar ada bunyi sensor yang entah apa.

Kemudian hening, mereka masuk ke tempat yang Raka tebak adalah rumah bawah tanah. Beberapa saat kemudian dua pria itu kembali keluar dari tempat tersebut lalu pergi.

Raka bergeming, ia menimang untuk memasuki ruangan itu atau tidak. Lelaki itu memutuskan untuk kembali ke motornya dan akan memasuki tempat ini besok.

Saat Raka hendak mengambil kantung plastik berisi martabak di motornya, lelaki itu melihat secarik kertas yang diletakkan disana. Raka membuka isi kertas itu dan membacanya.

You'll die!

Raka terkekeh meremehkan, sudut bibirnya terangkat sebelah. Tidak ada rasa takut sedikitpun saat mendapat ancaman sampah itu. Tanpa ada yang memberitahu, Raka sudah mengerti siapa pengirim kertas ini.

Seseorang yang terlihat seperti kawan, justru merekalah lawan terbesar.

* * *
Sedikit jejak pembaca berarti besar untuk penulis❤

Continue Reading

You'll Also Like

28.3K 1.5K 43
BUKAN SALAH CINTA JENLISA Baca saja langsung start 07_10_2023 ...
96.2K 6.3K 31
Jeon Jungkook yg telah mengganti marganya yg semula Jeon menjadi Jung karena telah sah menikah dengan Jung Jaehyun 2 tahun silam namun apa jadinya ji...
1.9M 116K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
107K 6.6K 33
Orang tua mereka sahabatan sejak embrio. Tapi bagaimana dengan anak-anak mereka?, Yang bahkan baru dipertemukan saat jenjang perkuliahan. Friendship...