(S)He Is Crazy [TERBIT]

By iLaDira69

1.8M 49.8K 1K

(S)He Is Crazy [SHIC #1] ✅ Cover By @Lita-aya SUDAH DITERBITKAN! BISA DIDAPATKAN DI TOKO BUKU KOTA ANDA! .:... More

SHIC - 1
SHIC - 3
SHIC - 4
SHIC - 5
SHIC - 6
SHIC - 7
SHIC - 8
SHIC - 9
Give Away
SHIC - 10
SHIC - 11
SHIC - 12
SHIC - 14
SHIC - 15
SHIC - 17
SHIC - 19
SHIC - 36
SHIC - 37
Give Away
Bonus Lagi
Yoga 💘 Shella
Enjoy

SHIC - 2

85.3K 3.9K 57
By iLaDira69

            Di balik keadaan mereka yang semakin miris tidak membuat keduanya menyadari sikap dan perilaku mereka sebagai suami dan istri. Tidak ada rasa sopan dan menghargai satu dengan yang lain. Mereka masih seperti orang lain dan selalu bertengkar setiap harinya. Meskipun bayi mereka telah lahir, itu tidak mengubah sifat mereka menjadi lebih baik. Bayi itu seakan menambah permasalahan di setiap pertengkaran mereka. Terkadang mereka sangat bersikukuh bahwa bayi itu hanya milik salah satu di antara mereka. Akan tetapi kadang kala semuanya menjadi terbalik, mereka bersikukuh bahwa bayi itu milik keduanya dan tanggung jawab bersama. Sifat kelabilan masih melekat sempurna pada diri mereka.

Untuk pemberian nama bayi saja, mereka tetap membawa ego dan bersikukuh dengan nama yang mereka inginkan. Seminggu lamanya bagi mereka untuk menuntaskan masalah tersebut. Hingga akhirnya mereka menamainya 'ADELIA DIAN HABSARI'.

ADELIA nama dari Shella, HABSARI nama dari Yoga. Dan DIAN dari nama tengah mereka, YOGA ADITYA PUTRA dan SHELLA RIZKIANA ANISA. Dengan begitu baru impas.

Mengurus bayi ternyata tidak semudah yang mereka bayangkan selama ini, atau semenarik di sinetron-sinetron. Mereka harus mengerahkan semua tenaga untuk membuat bayi tersebut tertidur dan berhenti menangis. Mengganti popok dan memberinya asi saja terkadang bayi itu masih terus menangis. Mereka pun terus memutar otak untuk memahami apa yang di inginkan oleh si bayi.

"Sini!" setelah selesai mandi, Shella menghampiri suaminya di sofa untuk segera memberinya asi. Bayi tersebut tampak sangat kehausan, ia menyedot puting payudara ibunya dengan rakus. Suara tangisananya tadi langsung teredam setelah ia di pangku dan di beri asi oleh Shella. "Gue juga bilang apa tadi. Adel pasti haus, tapi lo ngga mau bikinin susu. Kapan sih lo bisa becus jagain anak?" gerutu Shella pada suaminya yang tengah duduk di sampingnya.

"Baru segitu aja lo udah songong banget. Gue juga bisa ngurus bayi. Gue bahkan lebih baik dari pada lo" jawab Yoga tidak terima.

"Kalau begitu buktikan, jangan asal ngomong aja," protes Shella jengkel, dan di balas gerutuan oleh suaminya. Sesekali Yoga melirik bayinya yang sedang disusui Shella di pangkuannya sambil menghela nafas panjang.

"Ini jagain" setelah Adel kenyang dan tertidur kembali, Shella memberikan bayinya pada pangkuan suaminya.

Yoga mengkerut, "Oke, siapa takut" Ucapnya setelah sadar. Meskipun masih lelah karena menggendong bayi sebelumnya. Yoga menerima tantangan dari istrinya. Enak saja ia dia dituduh tidak bisa menjaga bayi. Ia akan membuktikan pada istri songongnya bahwa ia lebih bisa mengurus bayi. "Bagus deh! Hari ini elu yang jagain Adel, gue mau jalan sama Sri." Kata Shella sambil menyenderkan badannya pada senderan sofa. "Udah lama gue ngga hang out. Akhhh.." Ia pun meregangkan kedua tangannya lalu beranjak ke kamarnya.

"Hei! Itu lantainya basah, lap dulu" Yoga menghentikan langkah istrinya dan menunjuk genangan air di lantai. Tetesan dari rambut dan tubuh Shella sebelum selesai mandi tadi.

"Males! Lap aja sendiri" Shella mengabaikan perkataan suaminya dan membanting pintu kamar. Beberapa menit kemudian, ia keluar dengan pakaian rapi dan siap berangkat. Yoga hanya mencebik melihat gaya angkuh istrinya. Bayi dalam box bayi itu lebih menarik perhatiannya daripada istri songongnya.

"Jangan kemaleman pulangnya" Kata Yoga mengingatkan istrinya.

"Sewot banget sih jadi laki. Lo jagain Adel yang bener aja ngape?!" Jawab Shella jengkel. Ia pun pergi dan menutup asal pintu rumah kontrakan mereka.

Sepeninggal Shella, bayi tersebut terbangun dan menangis lagi. Yoga mengangkatnya dari box dan membawanya ke sofa. Semakin lama tangisan bayi itu semakin menjadi lagi. Yoga menyodorkan dot bayi, tetapi Adel berusaha menjauhkannya dari mulutnya. Ia tidak menginginkanya. Tangan Yoga kemudian beralih pada mainan bayi, ia memainkannya untuk membuat si bayi diam dan tertidur lagi. Tapi usahanya masih saja tidak berhasil, bayi itu semakin menangis dan gelisah. Terbesit di fikiran Yoga untuk segera menelpon istrinya seperti biasa, tapi ia menggelengkan kepala. Ia tidak akan kalah dengan Shella, ia juga bisa menjaga bayi dengan benar.

Tetapi bayi itu sama sekali tidak mau mendukung Yoga. Ia terus menangis hingga pertahanan Yoga runtuh. Tangannya kemudian terulur pada meja untuk meraih handphone. "Kapan lo pulang...? Adel nangis, nih!" Katanya langsung ketika sambungan terhubung.

"Pulang...?! Lo gimana sih? Gue baru keluar udah lo tanyain pulang. Kalau sempat gue pulang. Tapi kalau ngga, gue mau nginap di rumah Sri. Buktiin dong, kalau lo bisa!" Jawab Shella melalui sambungan telepon

"Tapi Adel nangis dan ngga mau diam. Lo cepetan pulang deh, anak lebih penting daripada jalan" Kata Yoga lagi. Ia menggoyang-goyangkan badannya untuk menenangkan si bayi yang semakin histeris.

"Udah ya, gue mau pergi. Jagain Adel" Tanpa menghiraukan suaminya, Shella memutuskan sambungan secara sepihak. Yoga dari seberang sana menggeram marah dan mengumpat serapah istrinya. Ia melempar asal handphone-nya dan kembali menenangkan sang bayi.

"Adel, sayang. Bobo ya!" Ucap Yoga menepuk-nepuk pantat bayinya. Ia membatin tidak akan membuka pintu untuk istrinya nanti. Biarkan saja ia mencari tempat berteduh nanti malam. Siapa suruh ia tidak mendengarkan perkataan suaminya untuk menjaga bayi yang terus meraung-raung seperti itu. Ia lebih mementingkan berjalan-jalan dengan santai bersama sahabatnya. Istri macam apa seperti itu?!

***

Pada malam harinya, Shella kembali kerumahnya dengan badan lelah. Ia kembali sudah tengah malam, sekitar rumah mereka tidak ada lagi pintu tetangga yang terbuka. Suasananya juga sudah sangat sunyi, hanya suara lolongan anjing liar yang terdengar dari kejauhan.

Ia menyipitkan mata saat mendorong pintu rumahnya yang terasa berat. Biasanya Yoga tidak pernah mengunci pintu jika Shella masih di luar seperti ini. Dengan sedikit rasa curiga, Shella merogoh tasnya dan mengeluarkan kunci cadangan. Rasa lega akhirnya menyeruakinya saat menemukan Yoga berada di sofa.

"Heh, bangun...!" Shella menggoyang-goyangkan lengan Yoga yang tidur tengkurap di sofa. Suaminya hanya berguman tidak jelas dan mencari posisi nyaman, ia kembali mendengkur karena kelelahan satu harian menjaga bayi. Shella meraih remote televisi dan menduduki punggung suaminya. Hal yang paling sering di lakukan jika Yoga tidak mau bangun.

"Akh, ngapain lo duduk di punggung gue..?? Berat, begok" Kata Yoga seraya menggoyang-goyangkan tubuhnya

"Makanya jangan tidur aja" Cerocos Shella pindah dari punggung suaminya

Yoga masih memejamkan mata dan berkata, "Elo kok bisa masuk..?? Gue kan udah ngunci dari dalam" Ia menunjuk kunci rumah di atas meja dengan dagunya.

"Gue bawa kunci." Jawab Shella. "Maksudnya apa ini? Lo mau ngunci gue dari dalam, hah? Lo mau ngebiarin gue di luar, gitu..??" Tanyanya jengkel.

Yoga membuka kedua mata dan menatap Shella jengkel. "Siapa suruh lo pulang malam? Gue nyuruh lo pulang cepat, tengah malam gini baru pulang. Lo tau ngga seharian ini gue hampir gila, Adel rewel banget" Jawab Yoga dengan nada tinggi.

"Masalah lo ya derita lo! Dimana Adel? Udah tidur?" Kata Shella santai sambil mengganti-ganti saluran televisi. Yoga berdecak dan menatap tajam pada istrinya.

"Udah, mangkanya gue bisa tidur." Jawab Yoga meregangkan kedua tangannya.

"Oh!" Shella manggut-manggut lega, "Lo udah makan, belum? Gue bawa ayam, nih" Shella menarik paper bag di meja yang ia bawa tadi.

"Selalu ayam, lama-lama lu beneran mirip ayam jadinya, ayam" Gerutu Yoga. Ia pun mengambil satu potong dan memakannya. Sementara Shella bergegas ke dapur untuk menyiapkan makanan untuk suaminya.

"Gue tidur duluan ya, lo yang beresin ini" Ucap Shella setelah ia selesai menyiapkan makanan, seraya bangkit dari sofa. Yoga menyeringai dan berguman pelan. Shella tidak menghiraukan suaminya lagi. Ia masuk ke kamarnya dan menemukan Adel terlelap di kasurnya. Setelah selesai mengganti pakaiannya, Shella menghampiri anaknya dan berbaring di sana. Ia menciumnya lalu mengelus-elus wajah sang bayi. Bayi yang ia lahirkan sekitar tiga bulan yang lalu kini semakin tumbuh dan berkembang setiap harinya. Bayi yang selalu ia salahkan dulu tengah terlelap di sampingnya dan kini ia mengasihinya dengan setulus hati. Bayi yang telah berhasil membuat Shella dan Yoga bersatu dalam ikatan pernikahan meskipun selalu bertengkar di setiap waktunya. Bayi mungil itu menggeliat karena sentuhan dari ibunya. Shella terkekeh sendiri dan menciumnya sekali lagi. Ia tidur menyamping menghadap bayi dan mendekapnya dengan senang.

Shella masih ingat dengan perkataan yang sering di ucapkan Yoga padanya sebelum mereka menikah. Dengan kata-kata itu, Shella tidak bisa membendung amarahnya terhadap cowok itu.

"Gue turut prihatin ya kalau lo jadi perawan tua nantinya, ngga laku-laku"

"Gue ngga yakin akan ada cincin kawin yang muat di jari lo entar kalau lo mau nikah. KALAU ada yang mau sama lo, huh...!"

Setiap kali Shella mengingat itu, ingin rasanya ia melemparkan cincin kawin yang disematkan oleh suaminya di jari manis tangan kanannya setahun yang lalu pada wajah Yoga. Ia benar-benar kesal dan emosi. Yoga selalu mengatainya tidak laku-laku dan gemuk.

Keesokan paginya Shella terbangun karena Adel menangis seperti kemarin. Akhir-akhir ini bayi itu sering kali menangis histeris sehingga Shella dan Yoga semakin kewalahan menghadapinya. Shella duduk dan memangku bayinya untuk di beri asi, tetapi bayi itu tetap saja menangis.

"Kerjaan lo ngapain sih? Kenapa lo ngga bisa bikin Adel diam..?" Yoga berdiri di pintu kamar Shella sambil mengucek-ucek mata. Ia terbangun karena suara bayi itu memenuhi penjuru rumah mereka.

"Ini kan lagi didiemin" Jawab Shella kesal. "Kemarin lo ngga lupa ngasih Adel minum kan?" Tanya Shella menyerngit

"Ya ngga lah." Yoga menghampiri mereka dan meraih mainan bayi dari meja. Ia kemudian duduk dan memainkannya agar si bayi tidak menangis lagi. Tidak cukup dengan itu, Yoga dan Shella bertepuk tangan dan mengajaknya berbicara. Lama-kelamaan bayi itu tidak menangis lagi. Ia memperhatikan wajah kedua orangtuanya dengan tatapan tajam seolah mengerti apa yang mereka bicarakan.

***

TBC

Sabtu, 30 Juli 2016

Continue Reading

You'll Also Like

23.3K 12K 51
[17+] [Follow sebelum membaca] [Revisi setelah tamat] "Lo mau ga jadi pacar gue?" - Bintang. "Iya gue mau pacaran sama lo." - Bulan. •••• "Aku ga suk...
1.6M 68.1K 34
Chelsea tak bisa hidup dengan tenang sejak Boy pertama kali menjaili Chelsea, dan Chelsea selalu menganggap Boy adalah musuh bubuyutannya. Namun, sia...
72.2K 6.2K 41
Revanya Billa Giralda Danuarta Alfabian Maxston Ketika cinta yang dibangun sekian lama harus runtuh karena rasa bosan yang menghampiri salah satu pas...
105K 5K 22
Dia dingin, tertutup, dan tidak tersentuh (Dave) Dia Dave (Anna)