Dear Nafika badbaby sist!

By cherluvie_

46.6K 3.6K 1.5K

"Saga, I LOVE YOU!!!" "Lu adek gua, Fika!" "Adek-adek'an gue, mah." *** Bagaimana reaksimu ketika orang yang... More

00. Prolog
01. Morning kiss
02. Keciduk mama papa
04. Nafika galau
05. Cemburu
06. Ngambek
07. Badutmu
08. Sapu tangan biru
09. Gadis kecil di masa lalu
10. Nasi goreng ala Fika
11. Murid baru
12. Pencuri mangga
13. Tuan Muda Reo
14. Mimpi
15. Old love
16. Hujan with Reo
17. Fika demam (rindu)
18. Bukan cinta tapi rasa bersalah
19. Rahasia apa?
20. Hidup dalam kebohongan
21. Butuh kejelasan
22. Berjuta pertanyaan
23. Terlambat untuk berhenti
24. Luka lama
25. Bukan keluarga
26. Serpihan ingatan
27. What do you cry?
28. Masa lalu yang dirindukan
29. Gadis masa lalu, kembali.
30. Pesta petaka
31. Kau seorang ibu? Yang benar saja!
32. Two birds talk
33. Ibu dan anak
34. Anak laki-laki dan lukanya
35. Menunggu untuk sia-sia
36. Keluarga yang hancur, lagi
37. Ini kisahmu, kamu berhak tau
38. Hanya punggung yang rapuh
39. Maaf yang tak seberapa
40. Reo si gentleman?
41. Terimakasih telah kuat
42. Karena kita terlihat sama
43. Ingatan yang segera kembali
44. Habiskan cintamu, di aku

03. Ujian matematika

1.4K 152 6
By cherluvie_

-HAPPY READING-

Keesokkan harinya. Satu jam sebelum pelajaran matematika, para siswa yang ada dikelas Nafika belajar Kimia yang sama memusingkannya seperti Matematika.

Mereka tidak mempermasalahkan belajar Kimia setelah itu belajar Matematika, yang mereka permasalahkan adalah, pak Adi yang sudah siap di depan pintu kelas menunggu Ibu Delsi selaku guru kimia kelas sebelas selesai mengajar. Pria tua itu rela berdiri diluar selama 10 menit lamanya, hanya agar para murid tidak menyiapkan kertas contekan.

Bel pergantian jam berbunyi, sudah waktunya ujian matematika dimulai. Pak Adi tersenyum ramah pada Ibu Delsi yang menyapanya. Kemudian langsung masuk kedalam kelas dengan menatap tajam semua siswa, berjaga-jaga jika ada yang berani membuat catatan rumus.

Pak Adi duduk sambil memegang sebuah rotan ditangannya. "Kita langsung mulai saja ujiannya, untuk absen, akan saya lakukan setelah kalian menyelesaikan ujian."

"Baik, Pak!" balas para siswa. Keringat dingin tentunya membasahi mereka. Pria tua ini sangat bengis dan disiplin, hal itulah yang membuatnya terkenal killer.

Lembar ujian telah dibagikan oleh ketua kelas. Nafika tersenyum kecut ketika membaca lembar ujian itu-tidak ada yang ia pahami sama sekali. Semua angka yang bersatu pada soal dan rumus-rumus membuat otaknya berasap hanya dengan melihatnya.

"Mati gue kalo gini." Nafika mendesis menoleh kearah Anna yang sudah mulai mengisi lembar jawaban beralih menoleh kearah Saga yang juga sudah mulai mengisi satu persatu soal.

"Kalo lagi serius gini, gantengnya kamu itu nambah," kata Nafika kesem-sem. Bukannya ikut mengisi lembar jawaban, Nafika justru menopang dagu menatap Saga. Hal itulah yang sering ia lakukan baik ujian ataupun tidak. Nafika sama sekali tidak berminat pada pelajaran, yang ia ingin hanya menatap wajah Saga.

Nilainya merah semua? Tidak tuntas? Tenang saja, keluarganya holang kaya, dia bisa menyogok jika hanya ingin lulus-itu yang ada dipikiran Nafika. Otak gadis itu memang dangkal, oleh karena itu dia sering berpikiran pendek.

Lima belas menit berlalu. Nafika tetap pada posisinya mengamati Saga, sesekali dia tersipu sendiri melihat Saga yang begitu tampan-baginya. Meski sudah melihat Saga setiap saat, Nafika tidak pernah bosan pada laki-laki itu.

Anna yang sedari tadi melirik lembar jawaban Nafika yang masih kosong, mengumpat dalam hati. "Emang kebiasaan ni bocah! Bucin udah tolol sampai ke akar. Udah tau ujian masih aja itu kebiasaan ga hilang."

Kaki Anna menyenggol kaki Nafika yang ia silangkan. Nafika menoleh, menaikkan satu alisnya. "Kenapa?"

"Waktu tersisa dikit lagi, Fika. Kapan lagi lo mau ngisi?" bisik Anna yang memperhatikan Pak Adi, berjaga-jaga supaya tidak ketahuan berbicara.

Nafika melirik jam tangannya. Apa yang dikatakan Anna benar, hanya tinggal lima belas menit lagi. "Coba liat jawaban lo." Tangannya bergerak menarik lembar jawaban Anna, dilihatnya semua jawaban itu tidak terlalu panjang, mungkin akan sempat jika dia mengerjakannya beberapa saat lagi.

"Pendek tuh jawabannya, sekali tulis aja kelar!" jawabnya enteng, mengalihkan pandangan dan kembali menopang dagu menatap Saga yang terlihat sangat serius. Sebenarnya Nafika tau Saga sudah selesai sejak sepuluh menit yang lalu, ia yakin Saga masih memastikan jawaban itu terlebih dahulu. Ketelitian laki-laki itu yang menyebabkan hampir semua nilainya sempurna.

Anna memutar kedua bola matanya jengah. "Awas aja kalo lo ga sempat nyalin, salah sendiri."

"Yayayaya, bawel lo, ah!"

Menit demi menit berlalu, Saga beranjak dari duduknya, menjadi yang pertama mengumpulkan jawaban pada Pak Adi. Perhatian Nafika sedikit teralihkan, apalagi para siswa yang lain mulai menyusul mengumpulkan tugas, membuat Nafika kelimpungan.

Bisa-bisanya dia lupa waktu!

Anna juga berdiri, ingin menyusul yang lain, namun tangannya dicegat oleh Nafika. "Liat dong!" pintanya memelas.

Anna mendengus. Memberikan lembar jawaban dengan kasar. "Buruan! Nanti ketahuan pak Adi bisa repot gue."

Nafika mengangguk cepat, tangannya mulai menulis satu persatu jawaban. Ada lima belas soal ujian disana, dan Nafika masih menulis jawaban nomor empat. Waktu tersisa berapa menit lagi, bahkan kurang dari lima menit.

Bel istirahat berbunyi, Anna menarik lembar jawabannya dan mengumpulkan itu pada pak Adi. Sementara Nafika menggigit bibir bawahnya cemas, dia baru di nomor enam. Buru-buru Nafika juga ikut mengumpulkan.

Setelah Nafika kembali ke bangku, Anna berdecak pinggang. "Lagi-lagi ga sempet, 'kan? Kapan tobatnya sih, Fika?"

Nafika hanya cengar-cengir. "Gue juga ga tau."

"Kita udah kelas sebelas, Fika. Bentar lagi kita ujian kenaikan kelas, lo ga takut tinggal?" tanya Anna yang berucap bijak.

Nafika mengedikkan bahunya acuh, duduk santai sambil menyilangkan kedua kaki. "Kan bisa sogok guru, ngapain takut?"

"Iya gampang tinggal sogok, tapi gimana nanti kalo lo lulus tanpa pengalaman sama sekali? Cepat berubah sebelum semuanya terlambat," pesan Anna. Gadis berambut sebahu itu sangat peduli pada Nafika, meski Nafika sendiri acuh tak acuh pada masa depannya. Anna tahu, Nafika adalah orang yang cepat tangkap, rasa sukanya pada Saga membuatnya mengabaikan banyak hal.

Mendengar Anna yang terus mengomel, Nafika menutup kedua telinganya. "Berisik, ah! Ujian kenaikan juga masih lama, masih sempat kalo belajar nanti."

"Kalo belajar nanti, lo juga tadi waktu mau nyalin tugas bilang kalo kerjain nanti bakalan sempat, tapi apa? Nyatanya lo gagal dan ga sempat tulis semuanya. Dan gue yakin nilai lo merah lagi." Anna terus mengomel pada sahabatnya itu, bukan karena dia kesal atau apa karena Nafika sering mencontek, dia hanya khawatir Nafika tidak bisa atau lulus tanpa pengalaman sama sekali.

Otak Nafika terlalu dangkal, isinya hanya Saga, Saga, dan Saga. Sejujurnya Anna juga tipikal perempuan yang bisa suka cowok secara random, tapi dia masih bisa mengutamakan pendidikan.

Nafika menelungkupkan kepalanya diatas meja. "Gue harus gimana, Anna?" rengeknya lesu. "Gue ga bisa lepas pandangan gue dari Saga, dia itu seakan magnet yang menarik gue untuk terus menghadap kesana."

Sebuah jitakkan pelan mendarat diatas kepala Nafika. Bukan Anna yang melakukannya, tapi Saga. Cowok itu datang setelah pak Adi meninggalkan kelas.

Nafika mendongak menatap mata Saga yang kini juga menatap dirinya. Buru-buru Nafika mengalihkan pandangan.

"Telat isi lagi?" Suara serak Saga bertanya. Nafika hanya diam, kembali menyembunyikan wajahnya dari Saga.

Anna menghela napasnya. "Seperti yang lo lihat, dia telat ngerjain lagi hanya gara-gara natap lo selama jam pelajaran berlangsung."

Tangan Saga terulur mengelus surai panjang Nafika yang ia ikat satu. "Lo harus bisa ilangin kebiasaan itu, ga setiap saat lo harus liatin gua."

Nafika memberanikan diri menatap Saga. Tatapan sendu. "Gue takut lo ilang diculik wewegombel kalo gue ga natap lo."

"Wewegombel pala lo peang!" Anna menjitak kepala Nafika membuat sang empu mengaduh kesakitan.

Saga terkekeh geli. "Gua ga bakalan hilang, Fika. Apalagi diculik wewegombel, itu mustahil. Terus fokus buat belajar, setelah belajar lo bisa natap gua sepuasnya."

Nafika mencebikkan bibirnya kesal. "Boong banget! Dirumah mana bisa gue puas natap lo, mama sama papa pasti bakalan langsung ngomel."

Saga terdiam sejenak, jawaban Nafika itu benar, mereka tidak bisa terlalu bebas dirumah. "Gimana kalau setiap lo ga dapat nilai merah, kita keluar buat jalan-jalan?" saran Saga.

Nafika membenarkan posisi duduknya. Menimang kembali tawaran itu. "Oke! Gue terima. Janji ya? Setiap gue ga dapet nilai merah, kita keluar buat jalan-jalan?"

Saga mengangguk membuat Nafika bersorak kegirangan. "Gue janji! Gue ga bakalan dapet nilai merah lagi," ucap Nafika mantap.

Senyum Anna dan Saga terbit. Semoga saja Nafika memang bisa berubah.

"Ayo, kita ke kantin!" ajak Nafika semangat.

Saga menggeleng. "Ga bisa hari ini, gua ada rapat osis."

Raut wajah Nafika berubah drastis. "Tuh, 'kan, gue takut nanti lo banyak ga bisanya."

"Kan lo belum buktiin lo bisa dapet nilai bagus atau enggak, Fika. Kalo lo ga dapet nilai merah, baru tuh, Saga bakalan nemenin lo." Anna memukul lengan sahabatnya pelan.

"Yaudah, deh. Iya! Tapi inget, setelah gue dapet nilai yang bagus, lo harus nemenin gue. Kalo lo ingkar, gua bakalan marah!" ancam Nafika pada Saga.

Saga tersenyum simpul, mengangguk. Tangannya mengacak gemas rambut Nafika. "Gua pergi dulu."

"BYE-BYE CALON SUAMI!!!" pekik Nafika ketika Saga keluar dari kelas.

-TO BE CONTINUE-

AN: Jangan sampai ada yang meniru aksi Nafika dikelas, ya. Itu salah, salah banget. Kalian harus fokus pada pelajaran, utamakan pendidikan baru cinta.

Continue Reading

You'll Also Like

575 97 12
"Gue percaya kalau cinta itu datang karena terbiasa. Buktinya, gue jatuh cinta sama dia karena terbiasa bersama." ...
3.7K 553 9
"Chik, tegang nih kalo lu gini," bisik Shaka. BUK *** Chika Tanasya seorang siswi yang menjabat menjadi ketua kelas dari kelas 11 IPS 1. Kehidupannya...
436 163 3
Arabella Gracella Jonathan,gadis cantik berusia 16 tahun Memiliki rambut sebahu dengan warna coklat yang di Curly,Mata coklat dan bibir tipis berwarn...
1.6K 877 8
Ranindya Zean Renand, seorang gadis yang dibuang oleh kedua orangtua nya, dan kini hidup sebatang kara. Awalnya, ia di adopsi oleh kedua pasutri. Nam...