the mafia twin's - taekook ✓

By thyung241

80.3K 5.5K 301

"We are neither friends nor brothers, we are enemies." [Brothership✔] [END] □ Belum Revisi #1 - twin's #1... More

Mafia: Prolog
Mafia: 1 - Janji dan Ayah
Mafia: 2 - PenMis
Mafia: 3 - Inspektur Oh
Mafia: 4 - Club And Bitch [✖]
Mafia: 5 - maafkan JK
Mafia: 6 - Meja Bundar and Who?
Mafia: 8 - Winter Flower And GoodBye
Mafia: 9 - Miss You
Mafia: 10 - Fallin Love
Mafia: 11 - I Am Stupid Like You?
Mafia: 12 - Death Glare
Mafia: 13 - Tuan muda! Kami baru disni
Mafia: 14 - I've Killed Him, Alone
Mafia: 15 - Abstrak
Mafia: 16 - I Luv Him!
Mafia: 17 - Rasanya sakit
Mafia: 18 - Tragedi
Mafia: 19 - Bad, So Bad
Mafia: 20 - Hentikan semua ini
Mafia: 22 - Secret
Mafia: 23 - 2U
Mafia: 24 - Please, Don't Leave Me
Mafia: 25 - Bad Alive
Mafia: 26 - Bad Habits
Mafia: 27 - Vice
Mafia: 28 - We Are The Lovesick Boy
Mafia: 29 - Everything For?
Mafia; 30 - Stupid Man
Mafia: 31 - Brother? Where Are You?
Mafia: 32 - Tegarlah Taehyung
Mafia: 33 - Sorry but...
Mafia: 34 - Warning!
Mafia: - Spoiler
Extra Chap; Siwon & Chanyeol
Ekstra Chap; Jimin & Perompak SKZ

Mafia: 21 - I'm Sorry

1.4K 102 10
By thyung241


Enjoy ami 💜







"Uhuk! Ekhm!"

Tangan Taehyung mencoba meraih gelas yang berada dinakas, dia menyingit ketika dadanya nyeri. Dia mencoba bangkit dan berhasil, dia meraih gelas diatas nakas dan meminumnya. Setelahnya Taehyung mendalah gelas itu ditempatnya semula.

"Jung..."

Taehyung bangkit dan berjalan menuju foto didinding kamarnya, terlihat ada dirinya dan Jungkook kecil. Dirinya memasang wajah datar dan Jungkook tertawa, air mata Taehyung turun sambil mengusap foto besar didepannya.

"Ma-af..."

*Bugh!

"Aku lemahh... Hikd, maafkan aku ayah... Bunda, Jung... Maafkan aku hikd—"

*Bugh!

"Salahku! Ini salahku! Sialan!" Pekik Taehyung sambil memadukkan tangannya kedinding kamarnya, hatinya terasa sakit saat semuanya terjadi.

Benar, Taehyung menyesali dirinya. "Maafkan aku Ayah, aku tidak bisa menjaga Jungkook hikd..."

"Bunda..." Lirih Taehyung sambil mengusap wajah bunda Jieun, air matanya kembali berlinang. "Aku... Rindu bundaa..."

"Maafkan aku bunda, maaf..."

Netra Taehyung menatap foto adiknya, "Jung, maafkan aku. Kalau saja aku tidak mementingkan pekerjaanku, pasti kau masih ada disampingku, berjuang bersamaku. Tapi..."

Taehyung meremat rambutnya sambil menangis pilu, terisak kecil, memukul dadanya yang sesak seolah dia tidak bisa menghirup udara dengan benar. Taehyung berjongkok dan tangannya masih meraih dinding, dirematnya tangannya sendiri hingga kuku kukunya bergoresan dengan dinding untuk meredakan rasa sakitnya.

"Aku tidak boleh lemah, benar..." Gumam Taehyung dengan air mata yang membendung. Pikirannya hanya satu, terbunuh tapi menyelamatkan adiknya atau hidup tapi adiknya yang terbunuh.

Tidak, Taehyung tidak membiarkan adiknya terbunuh. Dia membutuhkan Jungkook walaupun sampai menjual riwayat hidupnya pada tuhan, tapi Jungkook harus kembali, bersamanya. Yang mati atau diambang kematian.

Ya, Taehyung harus menyelamatkan Jungkook.











Taeyong yang duduk diruang tamu pun menghela, dia melirik Chenle—Tim Hacker yang sedang berkerja keras dengan Tim Hacker lainnya.

"Bagaimana? Ada tanda tanda Winwin dan Jaehyun?"

Chenle menggeleng, "Blom bang, gak ada satu titik pun yang ngebunyiin sirine."

Yangyang melirik Chenle, "Berarti... Ini diluar jangkauan dong!"

Tim hacker mengangguk.

Jaemin sedikit berfikir, "Bagaimana kalau kita melacak seluruh penghujung Korea?"

Perkataan Jaemin sukses membuat Taeyong melirik pemuda itu, Jaemin menunduk. "Ma-mak—"

"Lakukan bawa semua Tim, suruh berpencar. Sampai ketemu!" Persetujuan itu membuat Tim hacker mengangguk.

"Baik boss!"

Taeyong bangkit untuk menuju ruangan Namjoon, untuk menanyakan mesin tercepat yang Namjoon ciptakan itu apa.

Sedangkan diruang tengah terdengar bunyi keluhan yang sangat memilukan.

"Ah! Bang Jaemin! Gua tadi udah sempet ngayal rebahan sambil ngebobol Bank tau!" Pekik Chenle di angguk Jisung.

"Bener!"

Yangyang menghela, "Ah elah..."

Kun hanya tersenyum, dia sih tidak masalah. Bukannya ini sangat pentingkan, "Jangan mengeluh, ini juga menyangkut nyawa tuan muda Jungkook, kalian tau?"

"Bener tuh, dasar piyik! Jangan suka ngeluh!" Pekik Jungwoo.

Jaemin hanya menggidigkan bahu dan bangkit dari situ, dia menyadap semua telefon Tim yang dibagi untuk mengatakan semua Tim harus apa tadi.

Dilain tempat terlihat Taeyong mengetuk pintu dan dia masuk sebelum itu dia diperiksa oleh sinar leser dan terdengar sebuah sirine laser, Taeyong mendengar itu pun mendesah kesal.

"Arh! Come on hyeong!"

Namjoon keluar dari persembunyiannya dan terkekeh, dia menekan tombol hijau mempersilakan Taeyong masuk.

"Pistol, letakkan," Ucap Namjoon dan Taeyong menghela.

"Kau pikir aku akan membunuh hyeong?"

Namjoon kembali terkekeh, "Bisa aku curigai, karena hanya kau dan aku disini."

Taeyong mendengar itu sedikit terkenyoh, "Bukannya harusnya aku yang takut disini? Yakin? Dengan semua pistol yang terus mengintaiku seperti itu?" Tanya Taeyong dengan menunjuk pistol gantung yang terdapat CCTV-nya dan bersiap menyerang Taeyong kapan saja kalau Taeyong mencoba membunuh Namjoon.

"Ya maafkan aku, ini aku buat karena untuk berjaga jaga. Sekaligus menguji coba,"

Taeyong mengangguk, "Kapan dirilis?"

Namjoon sedikit berfikir, "5 tahun lagi,"

"Seharusnya ini sudah ada dijaman romawi kuno,"

*Bugh!

"Sialan, kau menghiraukan penemuanku?!"

Taeyong tertawa keras hingga menggema diruangan itu, Namjoon menghela dan menepuk tangan. Dengn sekejap ada sebuah benda seperti tabung besi turun perlahan dan memberikan Taeyong segelas kopi panas.

"Wow..."

Namjoon mendesis, "Jangan katro,"

"Ck, siapa yang katro."

"Cepat kau mau apa kesini? Aku sangat sibuk, jangan mengulur waktu," Ucap Namjoon sambil menggunakan jas putih dan kaca mata khusus penelitiannya yang sudah dirancang matang.

Taeyong mengangguk, "Aku butuh mesin tercepat disini, ada?"

Namjoon melirik Taeyong yang meminum kopinya perlahan, "Serius kau menanyakan seperti itu disini?"

Taeyong menggeleng, "Maaf, maksdku aku meminjam mesinmu."

"Boleh, untuk apa?" Tanga Namjoon sambil menggenggam remot control dan menekan tombol merah untuk menghidupkan mesin paling tercepat.

"Untuk... Melacak Tuan Muda Jung, dipenjuru korea!"

"YA!"

"Hah?!"

Namjoon mendekat keTaeyong membuat pemuda yang terkejut sekaligus takut itu menatap Namjoon takut, "Kenapa kau tidak bilang dari tadiiii! Hahhh!"

Taeyong keringat dingin, "Ke-kenapa?"

Namjoon menghela sambil berkacak pinggang, kakinya menuju labnya dan mengambil benda pipih seperti laptop yang sudah ia rancang dipenjuru hari, "Ini, gunakan ini."

Taeyong mengerutkan dari, "Laptop? Aku bah—"

"Labs, not laptop."

"Labs?! Laaabss? Seriously,"

Namjoon tersenyum, "Nomue Seriously, okay. Ini gunakan, karena seluruuuhhh data kota korea ada disini,"

Taeyong tersenyum, "Waaaaa! Ngomong ngomong..."

Namjoon lirik Taeyong.

"Dapat dari mana nama jelek itu?"

Namjoon memasang raut masam,
"Aku gampar juga mulut kau,"














Jakcy bangkit dan dia mendapatkan adiknya—Park Mingyu sedang duduk didepan sebuah komputer. Jacky mendesis, "Bisa bisannya kau main Game disaat ruming seperti ini Mingyu Park!" Geram Jacky.

Mingyu tersenyum, "Jika kau tau Hyeong, dari dulu aku bukan main Game. Itu hanya sebuah perumpamaan, aku memain Game sambil melakukan gerakan baru untuk menghindar dari lawan."

Jacky tersenyuman sinis, "Maka kalau kau bisa menghindari lawan, lawan aku. Elak pisau ini dari tubuhmu,"

Mendengar itu Mingyu membolakan mata, "Kau gila Hyeong?!"

*Blas!

"Maybe,"

"ARHH! hyeong!" Pekik Mingyu saat sebuah pisau hampir mengenai lengan kekarnya.

Dia berlari sambil menghindari kakaknya yang terus saja melemparkan pisau, Jacky memakukan netra pada ruangan ayah mereka. Dia membuka ruangan itu dan masuk membuat Jacky terkejut.

"Sialan," Geram Jacky.

*Ceklek

"Ah tukang ngadu,"

"Jacky Park, apa kau ingin menghabisi adikmu?" Tanya Tuan besar Park membuat Jacky menghela sambil memainkan pisaunya.

"Mungkin,"

"JACKY PARK!"

Jacky menghela, "Maaf ayah, ini karena dia memainkan game terus. Dan beralasan untuk membuat strategi menghindar dari musuh,"

Ayah Park menatap Mingyu dibelakangnya, "Benar?" lontaran itu membuat Mingyu menunduk.

"YA TUHAN MINGYU! KAPAN KAU MENJADI SEPERTI KAKAKMU HAH?! KAU! BENAR BENAR ANAK YANG MENYUSAHKAN! PERGI KEKAMARMU!"

Teriakan itu membuat Mingyu memasang raut sedih, dia menatap sang kakak, "Kau puas hyeong? Huh? Kau puas sudah membuatku lemah dihadapan ayah?!"

Jacky terkekeh, "Bukannya kau memang lemah?"

"Sialan—"

"MINGYU PARK!"

Mingyu menatap sang ayah, "Aku bisa pergi sendiri, tanpa suruhan ayah atau..."

"Anak pungut itu!" lanjut Mingyu.

"MINGYU! SIALAN!"

"SUDAH! Mingyu pergi!"

Mingyu tersenyum sinis kepada sang kakak yang hendak melayangkan pukulan, dia pergi dari situ untuk menenangkan dirinya.

Mingyu pergi dengan perasaan yang sangat buruk, jadi selama ini ayahnya lebih memilih anak pungut itu dibanding anaknya sendiri? Mingyu pikir, jika dia tidak diinginkan harusnya tidak usah dilahirkan bahkan mendiang Ibunya pernah mengatakan kalau dia seharusnya sudah digugurkan dengan cara membenturkan perutnya kelantai.

Air mata Mingyu turun, dia menangis. Dia tidak kuat semua ini, apa lagi dengan datangnya dianak pungut sialan itu. Lebih baik waktu dia disuruh menyelamatkan dia yang tenggelam dilaut tidak udah dia selamatkan. Biar Jacky dimakan hiu atau semacamnya.

Dan lagi lagi... Mingyu dijadikan budak oleh Jacky, sialan memang.

Mingyu membuka pintu ruangan penyiksaan, dia menatap benda benda yang biasa untuk menyiksa sandraan disini oleh dirinya. Mingyu tersenyum dan mengelus benda benda tersebut, "Apa ini waktunya? Ngahaha... Aku cepat putus asa sepertinya, ah bukan aku memang lemah. Kenapa kau tidak melakukan yang seharusnya kau lakukan dasar sialan, aku lebih tenang kalau kau sudah mati!" Maki Mingyu pada mendiang ibunya.

Tanpa sepengetahuan Mingyu, ternyata ada seorang yang mendengar semua penderitaannya. Dia tersenyum dengan luka yang banyak diwajahnya, "Jika kau mati sekarang apa mereka semua akan sedih? Jika kau mati sekarang apa mereka akan menangisi kepergianmu? Jawabannya tidak, maka dari itu tetaplah hidup. Jangan lengah, balas dendam memang diperlukan tapi sewajarnya saja, kalau orang itu sudah menyesal ya kau tidak perlu dendam lagi."

"Ingatkan orng itu pada penyesalannya, maka dari itu dia akan gila dengan sendirinya karena dihantui kesalahannya,"

Mingyu yang hendak memasangkan tali dilehernya pun terhenti, dia menatap pria yang sedang dipasung seperti hewan.

Mingyu tersenyum, "Siapa kau? Apa pedulimu?"

"Aku sepertimu, kakakku sungguh penggila kerjaanya. Dan ayah selalu mengutamakan kakakku, bukan aku."

Mendengar itu Mingyu sedikit tertarik.

Melihat Mingyu mempunyai reaksi, dia pun tersenyum, "Aku Jungkook,"

Mendengar itu Mingyu mengangguk, "Ah... Anak sandraan itu ya?"

Jungkook tersenyum dan mengangkat wajahnya, "Aku mengajakmu berkerja sama,"

Mingyu tertawa kencang, "Dengan kau yang lemah? Yang benar saja."

Jungkook tersenyum sinis, dia bangkit membuat Mingyu membola. "Ken-kenapa kau bisa membebaskan diri hah?!"

Jungkook tertawa, "Kau pikir aku lemah? Kalau aku lemah kapan aku bisa membebaskan seperti ini? Dan chip ini?" Jungkook mencoplak chip yang berada dilehernya dengan kasar hingga darah mengalir dilehernya.

*krek!

"Tidak ada gunannya," lirih Jungkook sambil mengusak chip dibawah kakinya.

Mingyu pun berkata 'woah' saat melihat Jungkook yang begitu lihai.

"Kenapa kau bisa bebas?" Tanya Mingyu.

"Koneksi chipnya sudah habis ngehehehe," Tawa Jungkook.

Mingyu menghela, "Aku lupa menggantinya,"

"HYAAA! PARK MINGYU! KAU LUPA DENGAKU! SIAAALLLAAANNNNN!"

*BUGH! BUGH! BUGH!

Mingyu mengaduh dan dia menjauh dari Jungkook, pemuda itu menatap Jungkook. Matanya membola, "JUNGGGKOOOKK!?"

















Jungkook menghela dia tersenyum pada Mingyu—Teman SMP-nya yang linglung ngahaha, Mingyu pun tersenyum getir.

"Maaf, maafkan aku..." Lirih Mingyu sambil menunduk.

Jungkook mengangguk, "Gwaenchana bro, ini semua hanya kesalahan pahaman, kau bisa memakluminya aku juga."

Mingyu mengangguk.

"Jadi... Apa kau mau menerima penawaranku?" Tanya Jungkook dan Mingyu menatap Jungkook.

"Aku takut..."

Jungkook mencibir, "Badan saja yang besar tapi hati Helo Kitty ck,"

"Sialan, jangan helo kitty juga,"

Jungkook terkekeh, "Aku lihat kau sepertinya sedang marahan dengan Jimin Hyeong,"

Mingyu mengerutkan dahi, "Jimin?"

Jungkook memejamkan mata, "Baiklah akan ku ceritakan," Jungkook menceritakan semuanya tentang Jimin, pekerjaan asli Jimin dan semua yang ia tau tentang Jimin hingga Jimin terjun kelaut.

Mingyu mengangguk, ternyata seperti itu.

"Tapi Jung, aku pernh dengar kalau Jacky Hyeong mksdku Jimin hyeong itu anak dari ayahku,"

"Anak pungut?" Tanya Jungkook.

Mingyu menggeleng, "Aku tidak tau, aku nanti coba mencari tau. Hingga ketemu!"

Jungkook mengangguk, "Benar, aku juga akan mencari tau tentang Jimin hyeong pada Yoongi Hyeong karena dia yang sangat terpukul saat mengetahui Jimin Hyeong pergi,"

Mingyu tersenyum, "Jung, kalau aku tidak kembali lagi jangan cari aku ya. Berjuanglah,"

Jungkook berdecak, "Kau ini banyak drama! Hih!"

Mingyu tertawa, "Ayo aku antar kepersembuyianku, untuk beberapa minggu kedepan kau disana dulu. Banyak game online yang kurancang sendiri disana,"

Jungkook menatap Mingyu terbinar, "Waaaa! Seruuy!"

"Mingyu gituu..."


✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖

Kangen yaa...

Gua tadi off dari sini dulu, tugas lagi pengin diperhatiin.

Continue Reading

You'll Also Like

6.3K 2.6K 30
⚠️Perhatian ini bukan cerita BL‼️Cerita ini normal ‼️Hanya di cerita ini nama Xavier nama cewek bukan cowok‼️ --- Di balik kegelapan malam, dua sauda...
ALBERIC By nnaiev

Teen Fiction

8.4M 387K 60
[SELESAI]✔ 🔥BOOK_1 [ALBERIC]🔥 🔥BOOK_2 [LENRIC]🔥 Lena senantiasa mengikuti alur kisa cintanya bersama seorang remaja lelaki yang bernama Alberic K...
48.6K 3.2K 43
Siapapun yang menyakiti orang terdekatku akan merasakan dekatnya kematian. -freya Ini Hanya Fiksi Jangan Dibawah Kedunia Nyata JADWAL UP (SEBISANYA D...
105K 8.8K 24
Seorang Penyanyi terkenal terancam dengan berbagai teror dan aksi pembunuhannya. Ia membutuhkan seseorang yang bisa menjaga nya setiap waktu. Ia memb...