KIARILHAM【END】

By uqmanalofficial_

14.6K 3.7K 2.9K

Sudah terbit menjadi ebook, tersedia di Google Playstore/Playbook! Sebagian part di hapus demi kepentingan pe... More

[1] PROLOG
[3] Pertemuan and Aula
[4] Penyambutan Siswa Baru
[5] Pingsan
[6] Perhatian
[7] CAST✔
[8] Ups, kepergok!
[9] Ketahuan OSIS
[10] Antara
[11] Vonya harus memutuskan
[12] PUTRI!!
[13] Cowok Dingin Berwajah Ketus
[14] Tak sesuai keinginan
[15] Tak terduga
[16] TERPIKIRKAN!!
[17] Kenapa kau seperti ini?
[18] BERDUA DENGANMU!!
[19] MULAI BESOK, BOLEH BAWA MOTOR KE SEKOLAH!
[20] ADA APA DENGANNYA!
[21] Nggak, kenapa dia begini?
[22] Sangat Keras Kepala
[23] Ada festival pasar malam 🌃
[24] MALAM YANG INDAH🌺
⚠️KIARILHAM, WARNING⚠️

[2] Pertama masuk sekolah

497 239 258
By uqmanalofficial_

Gue penasaran sama sekolahannya kaya gimana?

Kiara memasuki halaman gerbang sekolah, ia tidak menyangka kalau sekolahannya itu sebesar ini dan sebagus itu. Sekolahannya berada di tepi-tepi jalan, terlihat gedung besar menjulang tinggi ke atas. Gedung bertingkat itu terlihat berwarna putih dari kejauhan. Maksud tepi jalan itu, berbelok ke arah kanan dan masuk ke jalan biasa yang bertaburkan daun kering di sepanjang aspal. Banyak pepohonan yang indah di tepi jalan, bunga berguguran disekitar jalan tersebut. Udara terasa adem dan ringan untuk di hirup. Cuaca Bandung hari ini, sangatlah mendukung aktivitas pertama masuk sekolah.

Kiara mengayuh sepedanya menelusuri jalan menuju ke arah gedung sekolah. Banyak kok, murid lain yang berjalan juga. Ada yang naik motor, ada yang naik sepeda, bahkan menggunakan mobil. Kiara mendongakkan kepalanya, memandang manik indah di atas sana. “Bunga yang sangat indah,” lirihnya tersenyum ceria.

Kiara tidak bisa berkata apa-apa lagi tentang sekolahannya ini, dirinya sangat senang bisa sekolah di tempat sebagus ini. Apalagi, saat sudah berdiri di depan gerbang bercat hitam yang sangat tinggi. Kiara sungguh tidak menduga bisa berhasil masuk ke sekolahan yang sangat terkenal di kota Bandung.

Kiara menghirup udara di sekitar sekolah, sebelum memasuki gerbang sekolah, “Hah .... sejuk,” sambil mengayuh sepeda pelan-pelan masuk kedalam. Impian gedung bercat putih dengan nuansa kecerahan di pagi hari menjadi pembakar semangat untuk diri sendiri. Saat sudah sampai, Kiara memarkirkan sepedanya di tempat khusus untuk pengendara sepeda.

Hah ... akhirnya sampai juga,” netranya melihat sekeliling lingkungan sekolah. Begitu asri, bersih pula. Tidak ada sampah satu pun yang Kiara lihat, bahkan ada spanduk besar yang terpampang jelas yang bertuliskan Dilarang merokok di area lingkungan sekolah itu sangat jelas di matanya.

“Tuh, gak boleh merokok.”

Kring!
Kring!

Bel sepeda. Memanggil ke arah Kiara berdiri.

Kiara langsung menoleh ke arah suara itu, ia melihat Vonya yang sudah sampai dan menghampirinya kini. Vonya melambaikan tangannya seraya tersenyum lebar.

Kiara membalas melambaikan tangan dengan senyuman ceria yang begitu bahagia. Vonya mengayuh sepeda tersebut sampai tepat di hadapan Kiara sekarang.

Vonya turun dari sepedanya, “Pagi Kiara.”

“Pagi juga,” balasnya balik tersenyum.

“Parkir sepeda di sini?” tunjuk Vonya ke plang bertuliskan ‘parkir sepeda di sini!’

Kiara hanya membalasnya dengan anggukan kepala ringan, lekukan bibirnya yang masih melengkung ke atas membentuk gumpalan bulat di kedua area pipinya yang semakin membuat lucu karena tingkah lakunya.

Vonya tertawa kecil, “Wah keren banget, parkirannya sesuai dengan apa yang kita bawa.”

“Iya makanya,  sini sepeda lo? Di simpen di deket sepeda gue,” Vonya mengangguk, sepedanya pun langsung di parkir ’kan di dekat sepeda milik Kiara.

“Eh Vonya, alhamdulilah banget gue bisa sekolah di sini? Itu tandanya gue pintar ’kan? Tanpa nyogok, tanpa belasungkawa,” ucap Kiara bangga pada dirinya sendiri karena sudah mencapai keberhasilan ini.

Vonya langsung bersedekap dada, “Itu keberuntungan.”

Kiara memainkan rambutnya ke kanan dan ke kiri, sehingga semua rambut pendeknya itu bergoyang heboh dengan kepala bulat juga ikut bergoyang.

“Iya, itu tandanya gue pintar!”

Vonya dibuat tertawa melihat tingkah laku Kiara yang kocak. Masih pagi malah ngelawak. Vonya dengan secepat mungkin menghentikan perbuatan konyol saudaranya itu karena banyak orang yang memperhatikan.

“Cukup, kita masuk aja yuk!” ajak Vonya, memegang kedua pundak Kiara seraya gemas kepada orang ini.

••••

SMAN 7 MERDEKA BANDUNG.

Sebuah nama sekolah yang terkenal di kota Bandung, memasuki peringkat ke-2 sebagai sekolah terbersih dan terbesar di tingkat nasional high school yang selalu ada di akhir tahun pembelajaran. Sekolah ini, terkenal karena berbagai cabang prestasi sudah memasuki rongga tingkat nasional. Sudah beberapa anak murid di sekolah ini yang membuktikan bahwa mereka bisa. Sampai ada yang ikutan lomba marching band ke luar negeri, tepatnya di Australia dan mendapatkan juara pertama. Hebat bukan. Dan masih banyak lagi prestasi yang terus diukir dan di jalankan oleh anak murid tauladan di sekolah ini.

Makanya, tak kaleng-kaleng jika banyak piala yang terpampang begitu jelas saat masuk ke gedung sekolah. 4 lemari kaca bersih, terpajang piala berbagai cabang perlombaan yang diikuti. Bahkan, ada piala emas juga di pisah tempatkan di satu lemari besar yang khusus hanya untuk itu.

Kiara menelusuk kaca itu membaca isi tulisan yang tertera di piala tersebut, “Lomba paskibra tingkat kabupaten Bandung.”

“Wah, keren banget!” lanjutnya kagum.

Vonya ikut melihat kedalam lemari tersebut dan membacanya, “Hmm ... Hebat.”

“Juara pertama dong,” hebohnya, lalu melihat lagi berbagai piala yang sangat banyak terjajar rapih supaya terlihat dari luar.

“Sekolah ini ternama banget, kita harus bangga bisa masuk ke sini. Diterima di sekolahan ini, sampai pada akhirnya kita harus bisa juga merintis di sekolahan ini. Untuk membanggakan diri sendiri, serta nama sekolah dan lembaga pun,” kata Vonya bijak.

“Gue mau jadi paskibra, enggak deh, gue mau karate aja. Lihat Von, juara pertama tingkat nasional yang di selenggarakan di Philipina. Wow ... Keren banget ini mah, harus banget sih masuk eskul karate.”

Vonya mengangguk seraya tertawa melihat kelakuan Kiara yang seheboh ini, “Iya-iya, kita masuk karate.”

Setelah puas melihat berbagai macam piala yang diraih, dan mereka terasa termotivasi dan ingin mendapatkannya juga. Kiara dan Vonya mengelilingi dalam isi sekolah yang begitu besar, menelusuri koridor, area kelas, dan berbagai ruangan yang ada.

“Bentar Kia, kita harus jadikan momen pertama masuk ke sekolah ternama ini. Kita bikin video di hp gue, wait.

Ya, Kiara menunggu sambil matanya menelusuri sisi-sisi sudut gedung sekolah. Tak sengaja matanya menangkap ada sesosok orang yang ia idamkan namun mengandung rasa sakit di dalam sana. Tentu, itu cowok yang Kiara suka dahulu tapi malah di bully dan menyakiti hati mungilnya itu. Apalagi, Kiara cewek yang polos. Mendapat perlakuan tidak baik dan masih membekas masa lalunya.

Tidak lama kedua sahabat mereka pun datang, menghampiri sampai mengejutkan Kiara yang terus memperhatikan cowok jangkung berjaket hitam bergambar ikon ular hijau. Bella mengalihkan pandangan Kiara menghadapnya.

“Kiara, Vonya.” panggil Bintang, menepuk pundak Vonya yang sibuk memilih filter untuk membuat video nanti.

“Pas banget kalian berdua datang, kita bikin video nanti di edit sama Kiara.” canda tawa Vonya dan Bintang menyatu ikut membisingkan suasana hari pertama di sekolah.

Bella mengernyitkan keningnya bingung, tadi itu Kiara melihat apa?

“Tadi lo lihat siapa, Kia?” tanya Bella dengan nada bicaranya sedikit jutek. Memang Bella itu orangnya jutek dan cuek. Hanya orang yang terpilih bisa menjadi sahabat Bella.

Kiara terkekeh, ia menggelengkan kepalanya lucu, “Enggak kok, gue nggak lihat apa-apa.”

“Masa?”

Kiara mengulum mulutnya, ia melangkahkan kakinya mendekati Vonya. “Katanya mau bikin video, mana kameranya? Siapin dong!” Kiara mengalihkan ke topik yang lain.

••••

Ali dan saudara-saudaranya sudah sampai di sekolah di antar menggunakan mobil Kakaknya. Bersama senior terkenal di sekolah, mobil hitam itu menjadi daya tarik orang karena sudah tahu jika itu mobil yang diduduki oleh Angga.

Dengan gaya Ali dan keluarganya itu keluar dari mobil, banyak orang yang menyoroti mereka semua. Apalagi kakak Ali yang bernama Angga sudah lama sekolah di tempat itu, dan banyak diminati oleh semua orang karena berkat ketampanannya dan juga senior yang paling di idolakan di sekolahan tersebut. Apalagi, fans Kak Angga itu banyak kaum hawa. Iyalah jelas.

“Tampan sekali,” ucap seorang yang melihat mereka semua.

Semua orang langsung mengerumuni mobil Angga, berteriak-teriak dan menyapa hangat Angga. Dikatakan, bahwa Angga ini adalah senior terfavorit dan terbaik pemegang jabatannya sebagai sekretaris OSIS. Ya, walaupun statusnya hanya sekretaris doang. Tak menuruni penggemar Angga.

“Kak cepat kita pergi dari sini,” bisik Ananda yang tidak nyaman. Soalnya ada yang memotret mereka juga layaknya paparazi. Itu ’kan tindakan yang tidak sopan, apalagi membuatnya sampai risih.

“Emm, kenapa?” tanya Angga yang sibuk menyapa balik fans-nya itu dan menanda tangani kertas yang di pinta oleh banyak orang di situ.

“Enggak apa Kak, gue nggak enak aja dilihatin banyak orang yang ada di sini. Gue risih, apalagi ada yang foto kita berempat,” jawab Ananda berbisik, mendelik kesal.

“Iya tunggu dulu, mereka semua ’kan fans gue. Biasa lah ya, kan gue siswa tertampan disekolahan ini, dan terfavorit lagi.”

Ananda meneguk ludah mendengarnya, sangat keterlaluan baginya jika ada orang yang tidak sopan memotret tanpa izin terlebih dahulu.

“Ayo masuk!”

Mereka semua pun masuk ke dalam sekolah dengan banyak orang yang mengerumuni mereka, sambil berteriak tidak jelas layaknya di kebun binatang.

••••

Mereka berempat asik membuat video, sampai banyak sorot mata dari orang lalu-lalang yang menatap ada yang sinis, suka, bahkan sampai mengomentari ‘wah mereka berempat lucu’ sebagian kakak kelas cowok menyapa hangat mereka berempat. Sampai Kiara luluh melihat senior itu yang gantengnya tak tertandingi.

“Dia siapa sih?” tunjuk Kiara. “Suka deh lihat jambul rambutnya kayak permen kapas bergelombang gitu.”

“Maaf ya guys, saudara gue itu pecinta lelaki ganteng tapi nggak punya perasaan,” cibir Vonya di video itu.

“Eh Arka.” cowok jangkung berjaket merah gelap melewat di belakang Vonya yang sedang membuat video. Sekilas bayang-bayang itu lewat begitu saja dan menghilang. Vonya terperangah. Ada perasaan senang, ada perasaan panik, semua bercampur aduk.

“Ihh ... Senior di sini ganteng-ganteng,” bisik Bintang merayu Kiara. Mereka berdua sama saja, hanya yang normal itu Bella. Sedari tadi ia terdiam dingin walaupun harus eksis juga di kamera.

••••

Keempatnya bingung harus pergi ke mana? Ternyata, ada info dari grup agar kumpul di aula untuk peserta baru. Mereka berempat berjalan menuju aula yang entahlah di mana ruangan itu berada? Sambil berjalan dan terus membuat video mencari aula.

“Kia, kalau di pertemukan lagi sama senior itu lo mau minta apa?” tanya Bintang, menyenggol gemas sisi kanan lengan Kiara yang tinggi darinya.

“Minta nomor wa,” jawabnya berbisik lucu.

Kiara asik berjalan di depan bersama Bintang, hebohnya sambil berjingkrak senang. Sedangkan Vonya dan Bella terus sibuk membuat video. Bintang dari kejauhan sudah melihat cowok berjaket hitam, langkahnya mulai di perlambat tanpa memberi tahu Kiara.

Dugk!

Ilham terkejut, saat tubuhnya reflek tersentak sebab tubrukan itu.

Seketika Kiara menatap wajah Ilham, dan langsung menjauhkan diri dengan wajahnya yang gelisah dan panik. Benaknya langsung berpikir? Apakah cowok ini akan marah. Ya, nama cowok itu adalah Ilham. Yang dahulunya membully Kiara walaupun secara non-fisik tapi sungguh menyakitkan. Orang yang selama ini ia sukai namun memilih untuk diam.

Kiara menunduk, “Maaf, gue nggak sengaja!” Kiara memberanikan diri untuk mengatakan tegas kepada Ilham. Karena selama ini ia hanya bisa diam dan itu sangat merendahkan dirinya sendiri.

Bella yang mengajarkannya begini. Ketiga sahabatnya hanya melihat, selanjutnya bagaimana sikap Ilham terhadap Kiara? Itu yang ingin ketiganya lihat? Di sisi lain, Vonya menangkap ada Arka yang terus menatapnya dalam. Salting, Vonya hanya bisa menundukkan kepalanya.

Dengan malasnya Ilham menanggapi omongan Kiara barusan. “Enggak apa-apa!” singkat, padat dan jelas. Dengan tutur pengucapan datar tanpa ekspresi wajah. Ilham berjalan kembali, melewati keempatnya. Diikuti oleh Arka dan Azkhir di belakang.

Tanpa berkedip, Vonya dan Arka masih saling menatap meskipun tidak lama. Arka mengkode Vonya dengan kedua matanya untuk bertemu nanti dan ingin berbicara.

••••

Arka sedikit mencodongkan tubuhnya, karena tubuh Vonya yang pendek dan lucu. Arka tersenyum melihat wajah malu-malu dari Vonya. Tempat mereka kini berdiri di depan perpustakaan. Sengaja Vonya mengatakan kepada ketiga sahabatnya untuk duluan saja ke aula entar dia menyusul. Alasannya ini, bertemu dengan Arka.

“Hai peri penyemangat, kita satu sekolah lagi,” gumam Arka. Dilihat dari wajah cowok itu senang, apa kaitan mereka berdua? Apa mereka berdua pacaran?

Vonya tak sanggup menatap wajah Arka yang berseri di depannya, “A-aku pergi dulu.”

Arka meraih tangan Vonya cepat, agar cewek itu tidak pergi begitu saja, “Baru juga ketemu, udah main pergi aja.”

Vonya gelagapan, sudah lama tidak bertemu Arka. Sekalinya bertemu, dia malah begini. Bikin anak orang jantungan saja.

“Apa Arka? Kita harus cepat ke aula, entar kita telat terus dimarahi sama OSIS.”

“Von, aku rindu. Aku pengen ngomong panjang lebar sama kamu, cuma karena masalah waktu, yaudah nanti aja ngomongnya.”

Arka tersenyum, “Bersama ke aulanya?”

“Cowok dingin kayak kamu bisa gini juga? Mm... Maksudnya senyum manis kayak gitu, i don't know perkiraan sikapmu yang-”

“Iya, aku mencair. Soalnya ada kamu, bikin panas, gerah, makanya senyum,” gombal Arka. Mati, semakin dibuat mati jantung Vonya. Apalagi tangannya yang masih di pegang erat oleh Arka.

“Kamu bahagia banget hari ini?” basa-basinya menurunkan rasa salah tingkahnya itu. Tapi malah makin menjadi.

Arka mendekatkan mulutnya ke arah telinga kiri Vonya. “Iya, karena ada kamu di sini,” bisik Arka dengan suara deep voice nya itu. Wajah Vonya memerah merona, jantungnya tiba-tiba berdegup kencang.

“Mari, kita ke aula bersama-sama. Semoga kita satu kelas, aku sudah berdoa dari kemarin. Aku pun rela bangun tengah malam buat solat tahajud, minta doa sama Tuhan semoga aku sekelas sama cewek yang aku sukai,” terang Arka. Lagi-lagi cowok ini membuat Vonya salting tujuh keliling.

“Yaudah, yu!”

••••

Gimana ceritanya, ini masih awal. Maaf bila garing, aku usahain buat bikin cerita ini menjadi lebih seru dari yang sebelumnya.
Ceritanya aku robak lagi, biar lebih seru lagi.

°

°

°

Votenya jangan lupa yah guys.

Maafin kalau ada kata-kata yang typo gitu, kalian tinggal komen untuk memperbaiki nya.

Terimakasih.

TBC.

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 115K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
6.9M 291K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
10.9K 638 43
Menurutku, masa SMA adalah masa yang gak pernah dilupakan. Masa dimana kita bisa mengenal cinta, persahabatan, dan bahkan kekeluargaan. Masa dimana...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.8M 319K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...