Wirasaksena -12-

9.6K 1.5K 122
                                    

Awalnya Zayn mengira mereka akan merayakan anniversary pernikahan ayahnya dengan makan malam mewah di restoran atau paling tidak makan malam sederhana di rumah seperti sebelum-sebelumnya.

Tapi sekarang disinilah mereka berakhir, di rumah sakit. Dengan perasaan gelisah dan was-was.

Kendati Zayn tak peduli pada Zidan tetap saja dia adalah adiknya. Ada sedikit bagian hatinya yang terluka saat anak itu terluka.

"Sebenarnya apa yang terjadi ??"

Ayahnya tiba-tiba menudingnya dengan pertanyaan yang entah kenapa terasa memojokkannya.

"Tidak tau"

Donial mengeraskan rahangnya. Tampak geram.

"Bagaimana bisa tidak tau ??! Dia tadi bersamamu kan ??!"

"Mas" Sonya kemudian mendekat mengelus lengan suaminya saat nada suaranya meninggi.

"Kalau aku bilang tidak tau ya tidak tau papa"

"Kamu mendorongnya ??"

Zayn kehilangan kata-kata. Menatap tak percaya pada ayahnya.

"Papa pikir aku sepicik itu ??"

"Siapa yang tau ?? Kamu iri dan—"

"Memang!! Memang aku iri pa. Tapi aku juga punya hati. Papa pikir kenapa dulu aku malah menggores diriku dari pada membunuh papa saja ?? Itu karena aku punya hati !!! Walaupun aku tumbuh tanpa didikan papa dan mama aku tau mana yang benar dan salah papa"

"Zayn—"

"Apa ?? Jalang sepertimu seharusnya diam"

Plak

Tangan Donial terayun ringan sekali menampar pipi Zayn. Membuat bukan hanya Zayn tapi Sonya juga terkesiap. Niat ingin menengahi malah jadi seperti sulut api.

"Jaga mulutmu. Papa tidak suka anak yang kurang ajar sepertimu"

"Aku tidak kurang ajarpun papa tidak suka kan ?? Memangnya kapan papa suka padaku ?? Pernah papa menciumiku seperti Nathan diciumi om Agung. Pernah papa mencariku saat baru pulang dari luar negeri seperti Chandra yang dicari om Surya. Atau pernah tidak Papa rela melepas segala pekerjaan Papa dan pulang hanya karena aku flu seperti om Cahyo yang pulang dari China hanya karena Juna. Tidak kan ??"

Sekarang Donial yang tercekat. Suaranya yang lantang hilang entah kemana. Menyisakan suara langkah kaki samar di koridor rumah sakit yang lenggang.

"Aku cuman mau papa lihat aku. Tau kenapa aku tidak suka dia ??"

Tunjuknya pada Sonya yang sudah entah dari kapan menangis dibalik punggung Donial. Pun dengan Zayn yang sudah menangis sedari tadi tanpa dia sadari.

"Bukan karena takut posisi mama terganti. Bukan pa"

"Tapi aku takut papa semakin jauh. Tidak ada dia saja papa sibuk tidak mampu hanya sekedar menegurku apalagi jika ada keluarga baru. Pasti seperti ini kan akhirnya ?? Aku dibuang"

Melihat bagaimana ayahnya hanya diam dengan tangan terkepal membuat satu kekehan lolos dari bibirnya.

"Aku memang tidak ada artinya ya untuk Papa ??"

🥀🥀🥀

Nathan sore tadi terlalu sibuk. Sehingga baru jam delapan malam saja dia sudah tertidur.

Tapi karena itulah sekarang dia terbangun. Dengan nafas tercekat.

"Hah hah"

Betapa menyesalnya dia tidur awal tadi. Sekarang dia malah terbangun karena mimpi buruk. Mimpi yang selama ini selalu menghantuinya saat pikirannya terlalu banyak atau tubuhnya kelelahan. Membuatnya kewalahan sendiri.

Wirasaksena ✓Where stories live. Discover now