Wirasaksena -22-

9.5K 1.4K 81
                                    

Ada satu hari diantara lebih dari tiga ratus hari lainnya dalam setahun yang kompak tidak disukai oleh empat bersaudara itu. Oh sepertinya bukan hanya mereka berempat. Semua peranakan Wirasaksena sepertinya tidak menyukainya.

Ulang tahun perusahaan sekaligus hari pernikahan kakek nenek mereka. Benar-benar sebuah moment paling memuakkan yang pernah ada.

Bagaimana tidak ??

Mereka mengadakan pesta seminggu penuh dengan tiga hari pesta utama. Dimana satu hari pesta untuk karyawan perusahaan. Hari kedua untuk sahabat dan kolega dekat dan yang ketiga untuk keluarga besar Wirasaksena.

Syukurnya diantara tujuh hari memuakkan itu keempatnya hanya diwajibkan datang di dua acara utama. Hari kedua dan ketiga.

Memakai tuksedo rapi adalah sedikit dari banyak hal penyebabnya. Saat pesta diadakan untuk 'sahabat' dan kolega bukan berarti yang datang hanya dua satu orang.

Yang datang malah lebih dari sekedar cukup untuk memenuhi ballroom hotel. Dan berpakaian formal adalah suatu aturan tak tertulisnya.

"Pakein dong"

Dasi hitam terulur di depan Nathan, membuatnya memicingkan mata pada Chandra yang seenak jidat malah menyuruhnya. Tidak lihat apa Nathan juga sama rieuhnya.

"Suruh Juna gih gue juga belum ini"

"Gak mau ah ntar dia malah ngiket leher gue sampai kecekek"

Nathan malah tertawa dibuatnya.

"Ya sudah sini"

Nathan meletakkan dasinya sendiri kemudian mengambil dasi di tangan Chandra. Memakaikannya dengan benar dan rapi.

Chandra berdecak pelan. Sebenarnya apa ya yang Nathan tidak bisa ?? Dia rasa-rasanya tidak bisa apa-apa dibanding Nathan jika begini.

"Nah sudah. Keluar sana jangan ganggu"

Oh iya Chandra tau kurangnya Nathan. Dia juga kadang menyebalkan.

🥀🥀🥀

Pesta. Orang-orang. Sesak. Penuh.

Adalah kata-kata yang mewakili perasaan Nathan saat pertama kali menginjakkan kaki di hotel ini bersama keluarganya.

Ngomong-ngomong entah ada aturan darimana setiap dari mereka memang harus berangkat bersama keluarga masing-masing. Kemungkinan besar mungkin karena kalau tidak melakukan hal itu gosip tak sedap akan segera menyebar.

Sesusah itu memang hidup mereka. Begitu banyak mata yang melihat, telinga yang mendengar, dan lidah yang lentur untuk menyebarkan. Sulit.

Tapi sekali lagi keahlian Nathaniel Wirasaksena adalah memakai topeng. Dia terus menatap datar kedepan tanpa ekspresi pun dengan kakak dan ayahnya. Hanya ibunya yang kadang tersenyum tipis saat seseorang mulai menyapa.

"Oh halo, Yuna apa kabar ??"

Mulai. Satu lintah sudah mulai beraksi. Memeluk ibunya dengan senyum penuh kebohongan.

"Baik. Kamu bagaimana ??"

Tapi ibunya juga sama liciknya. Mereka semua sama di tempat ini. Saling menjilat satu sama lain.

"Baik. Astaga putramu tampan-tampan sekali. Ini pasti Nathan kan ??"

Senyum Nathan mengembang. Yah drama dimulai.

🥀🥀🥀

Lain Nathan lain pula Arjuna. Tangannya dipegang erat oleh adiknya. Sedangkan kedua orang tuanya berjalan didepannya dengan tangan ayahnya yang melingkar di pinggang ibunya.

Wirasaksena ✓Where stories live. Discover now