Wirasaksena -1-

19K 2.3K 201
                                    

Hari kelulusan sekolah.

Hari yang menyebalkan.

Tiba-tiba sekolah mereka yang damai, ramai oleh para wali murid. Kemudian mereka akan berdesak-desakan didalam aula sempit.

Oke itu berlebihan aula sekolah mereka bahkan bisa menampung lebih dari lima ratus orang sekalipun dan itu pun masih lengang rasanya.

Tapi untuk keempat remaja yang bahkan melihat manusia lain saja muak aula sekolah saat ini adalah tempat yang harus dihindari.

Jadi dari pada mereka bergabung dengan kumpulan manusia itu mereka lebih memilih naik ke rooftop sekolah toh juga aula yang punya dinding kaca bisa terlihat dari sana.

Sambil menyesap minuman kaleng dingin mereka membiarkan kaki mereka bergelantungan diketinggian tiga lantai dengan pandangan lurus menatap aula sekolah.

"Membosankan"

Semuanya kompak menoleh pada Juna, sosok dengan tubuh paling kecil tapi paling tua diantara mereka.

"Bukannya setiap yang dikatakan pak tua itu sudah diulang ribuan kali ya ?? Bagaimana bisa mereka masih sabar mendengarkan ??"

"Bukannya yang pidato om Cahyo ??"

"Ya karena itu bodoh" ucapnya sambil menggeplak kepala belakang Chandra yang disebelahnya.

"Noh kan Lo selalu gitu deh. Sakit kerdil" katanya ikut menggeplak kepala Juna.

"Berani Lo ??"

"Kebiasaan"

Nathan yang ada disebelah Juna mendengus.

"Pindah Chan ke sebelah Jeno"

Chandra ikut mendengus tapi menurut berdiri dan berpindah ke sebelah Zayn yang berlawanan dari tempat duduknya tadi. Sedikit takut kalau-kalau Juna malah mendorongnya dari sana. Juna walaupun kecil menakutkan. Sungguh.

Jadi sekarang posisinya Chandra dan Juna ada dimasing-masing sisi Zayn dan Nathan.

"Nah beginikan enak"

Kemudian keempatnya kembali fokus ke arah aula yang sekarang tengah mengalungi satu persatu murid yang akan lulus.

"Kalian tidak mau kesana ??" Tunjuk Chandra pada dinding kaca aula mereka.

"Dan berdesakan ?? Menghirup keringat mereka ?? Gak deh makasi"

Chandra mendengus mendengar jawaban Juna. Kalau boleh jujur Chandra ingin kesana bagaimanapun ini hanya akan mereka lalui sekali seumur hidup. Tapi melihat bagaimana watak saudaranya yang sangat-sangat anti keramaian dia jadi enggan juga.

"Lo mau kesana emang Chan ??" Perkataan Nathan membuat mereka memfokuskan pandangan ke arahnya.

"Mau sih"

"Yaudah ayo"

Nathan berdiri tapi kemudian kembali terduduk saat Zayn menarik tangannya.

"Jangan maksain diri"

Iya sebenarnya diantara mereka semua yang paling tidak suka diantara keramaian adalah Nathan. Dia bisa tiba-tiba susah bernafas hanya karena berada ditengah keramaian.

Yah anggaplah Nathan phobia keramaian walau tidak separah agoraphobia tapi memang rasanya tidak nyaman saat ada ditengah keramaian.

Rasanya seperti semua orang melihat kearahnya. Semua mata merekam gerak-geriknya. Itu menakutkan.

"Yasudah lihat dari sini saja"

Bahkan sampai minuman kaleng mereka habis acara di aula masih berlangsung. Juna bahkan sudah meremas kaleng mereka berempat dari tadi.

Wirasaksena ✓Where stories live. Discover now