Wirasaksena -2-

15.2K 2.1K 110
                                    

Sudah seminggu berlalu sejak mereka memutuskan tinggal bersama. Tapi mereka belum juga terbiasa.

Belum terbiasa harus bangun tanpa dibangunkan dengan penuh keseganan dari para maid. Belum terbiasa menyiapkan air untuk mandi sendiri. Dan yang paling utama adalah belum terbiasa membuat sarapan sendiri.

"Sumpah ya Jun Lo tinggal panggang rotinya doang. Kok bisa jadi areng gini ??"

"Bacot lu Chan. Kayak bisa aja"

Nathan yang baru terbangun di jam delapan pagi hanya bisa memandang datar kedua sepupunya yang selalu mempermasalahkan hal yang sama.

"Beli ajalah. Ribet banget"

Zayn yang juga baru keluar kamar menyahut dengan enteng.

"Katanya mau belajar mandiri kalau beli namanya gak mandiri bego"

Zayn memutar mata malas.

"Terserah gua mau beli bubur ayam aja. Na mau gak ??"

"Mau dong!! Yang gak pake kacang ya"

"Oke"

Chandra buru-buru menghentikan Zayn saat dia akan pergi.

"Gua juga dong. Yang komplit no"

Juna mendengus keras dengan tidak tau malu menunjuk Zayn.

"Lo kalau gak beliin gue juga bakal tau akibatnya"

Seharusnya Juna bilang saja ingin juga tapi kalimatnya berbelit sekali.

Jadi pada akhirnya pagi itu mereka membeli bubur ayam sama seperti seminggu belakangan.

🥀🥀🥀

Ada satu hal yang berbeda saat Nathan sudah berada di jenjang pendidikan yang jauh lebih tinggi dari sekolah menengah.

Dia merasa sendirian.

Sungguh. Rasanya seperti semua orang hanya peduli pada diri sendiri. Tanpa mau tau urusan orang lain. Ya itu sebenarnya ada baiknya juga sih. Dia jadi merasa agak tenang berdiri sendiri didepan kelasnya.

Menghembuskan nafas pelan saat tiba-tiba saja dia menjadi gugup tanpa alasan. Membuka pintu pelan dan yang ditemuinya hanya dua orang yang masing-masing duduk dipojok ruangan.

Nathan mana mau peduli. Untuk berkenalan pun dia tidak ingin. Uggh itu hal yang merepotkan. Jadi dari pada mendatangi salah satu diantara mereka dia lebih memilih duduk dibarisan ketiga dari depan tepat disebelah jendela.

Meletakkan tas abu kesayangan diatas meja. Dia meraih earphone pura-pura mendengarkan lagu padahal tidak.

Dia hanya ingin terlihat seperti tengah melakukan apapun. Apapun yang bisa membuatnya tidak diperhatikan orang lain.

Menyusahkan sekali tanpa ketiga saudaranya disini.

🥀🥀🥀

Zayn mendesah beberapa saat setelah kelasnya selesai. Kenapa pula dia mengikuti kemauan pria tua itu untuk mengambil kelas bisnis. Jadi begini kan. Dia yang lelah menahan hati.

Kemudian Zayn bangkit berdiri tapi tangannya dicekal sosok yang duduk tepat disebelahnya.

"Mau kemana ??"

Itu Mahesa. Bisa-bisanya teman satu kelasnya saat SMA juga menjadi teman kelasnya disini.

"Pulanglah"

"Ah masih pagi ini. Ngudud dululah kuy"

Zayn mendesah kalau Nathan tau dia pasti akan marah. Tapi dia terpekur sejenak. Nathan kan tidak tau jadi senyumnya terbit dengan ringan mengangguk ke arah Mahesa.

Wirasaksena ✓Where stories live. Discover now