(18)

357 33 3
                                    

Hidup itu sangat membingungkan,
Kadang hari ini bisa tertawa,
Esok harinya sedih, dan
Lusanya bahagia lalu menangis.
_____

Ramon

Andaikan kau tahu degupan jantungku selalu terasa bergetar di saat kamu berada di dekatku, rasanya inginku berteriak di depanmu menyebutkan kata cinta yang kini kian bergejolak di hatiku tapi itu semua hanyalah angan-anganku karna rasanya sulit bagiku, hatimu yang tidak bersamaku melainkan untuk orang lain.

Jika di bilang cemburu tentu saja aku cemburu, namun aku lebih mengharapkan dirimu untuk bahagia hingga rasa cemburuku ini selalu ku tepis.

Meski lagi dan lagi, terus dan terus kamu mendekatinya aku akan tetap mendukungmu dan menerima apa yang sudah menjadi pilihanmu, tapi aku akan terus menunggumu dimana kamu bisa melihatku jika aku mencintaimu dengan sesederhana mungkin. Sampai pada hari itu tiba maka aku tidak akan lelah untuk menunggumu.

Aku berjalan mendekati Quinza yang masih berdiri di depan rumahnya, melihat kepergian Elios yang sudah tidak terlihat lagi.

Dengan wajah polosnya dia melihatku, wajahnya selalu terlihat menggemaskan di mataku.

"Ramon, dari sejak kapan lo ada di sini?" Ekspresi wajahnyapun berubah saat menyadari akan kehadiranku.

"Barusan aja" Bohongku, aku bahkan melihat dan mendengar semuanya saat kalian bersama tadi.

"Za malam ini kita nonton yuk?"

Sembari memperlihatkan dua lembaran kertas berwarna hijau yang ku sebut dengan tiket masuk ke bioskop.

Quinza terdiam hanya melihatku, lalu aku berkata kembali sambil tersenyum.

"Ini sebagai kado untuk hari ini!"

"Oke"

Meski aku bukanlah Elios, setidaknya aku bisa berusaha untuk membuatmu selalu bahagia saat bersamaku Quinza.

Tidak lama kemudian, malampun telah tiba sesuai janji aku datang kembali kerumah Quinza untuk menjemputnya.

"Ya ampun, aku lupa Za"

"Apa?"

"Tiketnya ketinggalan!"

"Kok bisa sih?"

Dengan wajah kesalnya dia menatapku, di sebabkan karena tiket nonton kami tertinggal di kost yang mengharuskan aku untuk kembali mengambilnya, tentunya Quinza ikut bersamaku juga.

Keresahan di dalam hatikupun terjawab, seharusnya aku tidak membiarkannya ikut bersamaku ke kost. Quinza berdiri mematung, dengan raut wajah berubah terlihat adanya kesedihan saat melihat Elios bersama wanita lain yang ku kenal dengan nama Lala.

Meruntuki diriku sendiri yang sudah berjanji ingin membuatnya selalu tersenyum tapi karna diriku sekarang dia malah bersedih.

"Siapa wanita itu?" Pertanyaan Quinza memberatkanku untuk berkata jujur, lalu akupun menjawab dengan kata.

"Nggak tahu"

"Ramon, kita batalin aja acara nontonya? dan lo bantuin gue ikutin mobil kak elios? gue ingin tahu kemana mereka pergi"

Aku menghela napas panjang lalu tersenyum, aku tidak bisa menolak keinginannya, meskipun dia tidak tahu bagaimana sulitnya aku mendapatkan dua buah tiket ini, bukan karna harganya melainkan waktu yang ku pergunakan untuk mendapatkannya.

Sampailah kami di sebuah Cafe minuman, dimana Elios dan Lala berada. Kulihat Quinza menutup hidungnya dengan sebelah telapak tangan, sembari menyamarkan bau minuman Bir yang menyebar, menyengat hingga menusuk indra penciuman. Kelap kelipnya lampu membuat kepalaku menjadi pening.

KADO TERAKHIR (END, Masih Lengkap)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora