41. Janji Ivy

292 31 0
                                    

Pagi ini Ivy hanya streaming film terus-menerus, pasalnya Ivy belum mulai sekolah. Vanya dan Vero mengatakan kalau Ivy akan masuk besok atau lusa saja. Hari ini saatnya istirahat. Di kamar, Ivy hanya rebahan sambil menonton film, memakan popcorn juga. Ada camilan lainnya juga. Vanya dan Vero benar-benar menyogok Ivy supaya betah di kota ini.

Tak ada niatan untuk pergi ke manapun, karena pada dasarnya Ivy belum paham jalanan-jalanan di sini, belum mengerti, belum tahu, dan takut nyasar. Padahal jalanan di sini tidak serumit di Jakarta.

Ivy sangat lapar saat ini, ia belum sarapan. Tadi Vanya memberikannya salad buah, dan masih Ivy taruh di kulkas. Ivy mempause film yang sedang ia tonton. Gadis dengan piama abu-abu itu melangkahkan kakinya keluar kamar dan turun ke bawah untuk meminta Vanya membuatkan roti bakar.

"Mah, bikinin Ivy roti bakar, dong!" teriak Ivy saat masih berada di tangga. Vanya yang saat itu sedang menonton televisi langsung menatap Ivy dengan tatapan malas.

"Kamu aja yang bikin, mamah males," ujar Vanya melanjutkan acaranya menonton televisi.

Ivy menghentakkan kakinya di lantai. Gadis itu mengerucutkan bibirnya dan mencibir mamahnya dengan pelan. "Gitu aja males."

Dengan berat hati Ivy langsung pergi ke dapur, membuat roti bakar dan mengambil susu coklat kesukaan Ivy untuk sarapan.

"Mah, pesenin Ivy seblak dong," pinta Ivy yang tiba-tiba menginginkan seblak, entah apa alasannya. "Sama boba," lanjut gadis itu.

"Kamu kan punya handphone sendiri, kenapa gak pesen lewat handphone kamu aja coba? Mamah males," jawab Vanya dengan merebahkan tubuhnya di sofa.

Ivy kembali mengerucutkan bibirnya, dirinya juga malas. "Ya udah kalau mamah gak mau pesenin Ivy seblak, mamah aja yang buatin Ivy seblak." Ivy tak mau kalah, ia langsung memutar otak untuk mencari cara, semoga mamahnya ini luluh.

"Ya udah, nanti mamah pesenin, kamu ke kamar aja sana, tidur. Nanti malam kita ada acara makan malam sama keluarga temennya Opa." Vanya kelupaan, seharusnya tadi pagi ia memberitahu agenda makan malam tersebut kepada Ivy, namun tak masalah. Namanya juga manusia, ada lupanya.

Ivy manggut-manggut, gadis itu melangkahkan kakinya menaiki anak tangga yang melingkar. Memasuki kamar, setelah itu melanjutkan acara menonton film. Untung saja Vero selalu memasang Wi-Fi di setiap rumahnya, entah itu di Jakarta maupun di Semarang. Jika tidak, Ivy bisa gabut sekali hari ini.

Ivy memakan roti bakar coklat yang dirinya buat sendiri dengan lahap, setelah itu meminum susu coklat kesukaannya. Susu coklat dengan tambahan es batu yang tentunya sangat nikmat. Rencananya Ivy akan mandi sorean saja, malas.

Ivy memegang perutnya, padahal ia sudah makan banyak pagi ini, roti bakar coklat dan juga susu, tapi mengapa belum kenyang juga?

"Makan salad ajalah," batin Ivy langsung berdiri dan berjalan menuju kulkas mini yang ada di pojok kamar. Setelah mengambil salad tersebut, Ivy langsung memakannya sambil menonton film selanjutnya.

Sudah tiga film Ivy habiskan pagi ini. Sekarang waktunya Ivy membuka ponsel, tidak ada notifikasi masuk apapun. Ivy belum mempunyai teman di sini, oleh karena itu ponselnya masih sepi.

"Ivy! Boba sama seblak pesenan kamu udah dateng!" teriak Vanya yang membuat mata Ivy berbinar sempurna. Dengan kekuatan kilat Ivy langsung berlari ke bawah, mengambil pesanannya.

"Makasih, Mah. Ivy makan di kamar aja, ya."

Satu kebiasaan buruk Ivy memang seperti itu, selalu makan di kamar, baik makanan berat, camilan, atau apapun itu. Selain Ivy mager, Ivy juga malas bertemu dengan keluarganya, nambah beban. Anggap saja Ivy anak durhaka, tidak peduli.

Ivy melanjutkan acaranya, gadis itu mencari rekomendasi film terbagus lainnya dan langsung streaming saja. Gadis itu streaming sambil ditemani boba dan seblak yang menggugah selera.

Pintu kamar Ivy terbuka, menampakkan keempat orang tua Ivy, ada mamah dan papahnya, serta Opa dan Oma. Dahi Ivy langsung mengernyit, ada apa mereka ke kamar Ivy?

"Kamu ini udah dibilangin berapa kali sama Opa? Makan itu di meja makan, jangan di kasur, jorok." Darka mengomel tidak jelas, hanya karena makan di kasur, apa salahnya? Toh ini adalah kamar Ivy, Ivy merasa fine-fine saja. Perkara seperti itu selalu dibuat ribet.

"Ya udahlah, Opa. Lagian Ivy yang punya kamar ini, Ivy gak masalah," elak Ivy.

Darka hanya bisa mengelus dadanya. Cucu yang kurang ajar, dibilangin bukannya nurut malah membangkang terus.

Vero langsung berjalan mendekati Ivy, pria itu mengelus punggung Ivy dengan lembut. "Nanti malam akan ada acara makan malam dengan temannya Opa. Kamu harus dandan yang cantik, kamu harus tampil menarik. Jangan seenaknya kalau di sana, jangan membangkang apa yang kita ucapkan, jangan bar-bar."

Ivy diam saja, di dalam hati ia menggerutu tak menentu. Sudah tahu kalau anaknya ini pembangkang, kenapa tetap mengelak dan menentang? Sudah tahu anaknya ini bar-bar, kenapa tetap memancing dengan peraturan yang tak ada akhlak lainnya?

"Hm, udah kalian sana pergi! Ivy lagi nonton film keganggu mulu jadinya." Ivy kembali menjadi gadis bar-bar. Gadis itu mengusir semua keluarganya yang sudah merecoki acaranya menonton film.

"Kamu harus janji jangan membangkang apapun di sana loh, ya!" tegas ulang Darka dengan tatapan menusuk.

"Iyaaa. Udah sana pergi! Ganggu mulu perasaan!" Ivy yang kesal pun langsung menutup tubuhnya dengan selimut, gadis itu lalu berbaring dan menonton film lagi.

Gabut, tidak tahu mau bagaimana. Ivy tidak ada niatan untuk main sosial media atau yang lainnya. Ivy sudah malas.

Bolak-balik menonton film, tidur terlentang, membuka ponsel dengan ogah-ogahan, jeprat-jepret foto-foto yang tidak jelas.

Ivy akhirnya memutuskan untuk membuka instagram. Gadis itu membuat akun yang baru, pasalnya akun yang lama pasti banyak teman-teman Jakarta di sana. Masa bodo nanti banyak yang bilang 'anak Jakarta kok followers-nya dikit' atau apa.

Kalau saja mereka tahu yang sebenarnya, mereka pasti langsung kicep melihat followers Ivy yang sebenarnya.

Ivy memposting foto pertama di akun barunya. Foto yang menurutnya cantik dan penuh estetika, padahal hanya foto di kamar dan foto memakai piama saja.

Gadis itu menuliskan caption semenarik mungkin. Suasana baru, tempat baru, kehidupan baru, lembaran baru, namun perasaan yang masih lama.

Caption yang Ivy tunjukkan untuk Ravin tentunya. Perasaan lama yang memang hanya untuk Ravin. Perasaan yang memang tercipta untuk Ravin, Ivy tidak mau mengubah perasaan itu, tidak mau melupakan, mencari yang baru, mengubur mati perasaannya, atau apapun lainnya. Biarkan tetap tumbuh, kenangan, perasaan, cinta yang memang teruntuk Ravin saja.

***

Hai, Guys! Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, dan selamat malam buat kalian semua yang baca cerita ini!

Terima kasih sudah mengapresiasi cerita Luthfi, ya(。♡‿♡。)

Spoiler part selanjutnya: yang ngeship Ravinivy potek asksk

Tau janji apa yang Ivy ucapkan?

See you!

Xoxo,

Luthfi Septihana🌹

MIPA VS AKUNTANSIDonde viven las historias. Descúbrelo ahora