21. Kejadian Sebenarnya

329 36 0
                                    

Flashback on.

"Sylvia, jangan pura-pura tidur kamu. Ada yang mau mamah bicarakan sama kamu."

Ivy yang mendengar nada tegas dari Vanya langsung bangkit dari tidurnya, gadis itu menarik selimut yang dari tadi melilit di tubuhnya.

"Mamah tunggu kamu di ruang kerja mamah," ujar Vanya lagi, wanita cantik dengan jas dokter itu langsung berjalan menjauh dari kamar putrinya.

Dengan lambatnya Ivy menyusul Vanya, sebenarnya ia malas, tapi nada bicara Vanya nampak seperti sedang ingin membicarakan sesuatu yang penting.

"Ada apa, Mah?" tanya Ivy dengan menutup pintu ruang kerja Vanya.

"Bereskan barang-barangmu, kita akan pergi ke Bali saat ini juga, mamah sudah memesan tiket pesawat untuk kita ke sana, papahmu juga akan menyusul." Vanya yang sedang membersihkan tas kerjanya berbicara sedemikian rupa sehingga membuat Ivy mengernyit bingung.

Sebenarnya ada masalah apa sampai Ivy harus pergi ke Bali tengah malam buta seperti ini?

"Kenapa, Mah? Ada masalah apa emangnya?" tanya Ivy sambil mengambil biskuit yang ada di meja kerja mamahnya itu.

Vanya menarik napasnya, wanita itu memijit pelipisnya dengan sangat kasar, nampak seperti orang yang lelah, atau bahkan frustrasi. Entahlah.

"Opa kamu sakit, kita harus ke sana sekarang juga, papah kamu lagi ada operasi, tadi mamah udah bilang ke dia, dan dia bakalan menyusul kita. Tante sama om kamu udah banyak yang berangkat ke Bali juga." Vanya nampak seperti menjeda ucapannya, wajah wanita itu memerah seperti menahan tangisan.

"Dokter belum bisa mendiagnosa penyakit apa itu, yang jelas gejala yang muncul itu benar-benar mengerikan," sambung Vanya dengan gemetar. "Dia menyebut nama kamu, Ivy. Sylvia Ivy Vianly, dia terus memanggil nama itu. Yang ada di pikirannya itu cuma kamu, gak ada yang lainnya."

Ivy semakin bertanya-tanya. Mengapa harus Ivy yang dipanggil saat seperti ini? Mengapa bukan Natasya atau yang lainnya saja? Bukankah Ivy tidak ada harganya di mata Darka?

"Opa menyayangimu, Ivy. Dia sangat menyayangimu. Gak ada perbedaan antara kamu dengan yang lain, mau itu Natasya atau siapapun." Ivy menggelengkan kepalanya, ia benar-benar tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh seorang wanita yang sudah melahirkannya itu.

Opa selalu menyalahkan Ivy, Opa tidak mungkin menyayangi Ivy. Opa sama sekali tidak pernah menganggap Ivy ada.

"Gak mungkin, Mah. Opa itu selalu nyalahin Ivy, dia gak mungkin sayang sama Ivy, palingan mamah bohong," ujar tegas Ivy yang nampak tak percaya.

Satu bulir air mata jatuh lagi di pelupuk mata Vanya. Vanya memang bukan putri dari Darka, Vanya hanyalah menantu yang kebetulan mendapatkan mertua seperti Darka. Darka itu sangat disiplin dan sangat cekatan. Apapun yang Darka inginkan harus terlaksana seperti apa yang ada di rencana.

"Buat apa mamah bohong? Gak ada gunanya buat mamah. Seharusnya kamu bersyukur, Ivy. Di saat seperti ini yang Opa pikirkan itu kamu, tidak ada yang lain. Ayo cepat siap-siap!"

Tubuh Ivy bergetar hebat, tak mengerti sama sekali tentang apa yang terjadi. Sebenarnya mengapa Darka memanggilnya? Sebenarnya mengapa Darka selalu ketus dan nampak tidak suka dengan Ivy?

Apa selama ini Darka selalu menginginkan Ivy menjadi cucu yang terbaik karena Ivy adalah cucu yang sangat Darka harapkan?

***

"Apa yang mau Opa bicarakan?" tanya Ivy yang sudah berada di kamar inap Darka. Di kamar itu sudah banyak keluarga yang berkumpul. Ada om dan ada tante serta saudara-saudara Ivy yang lainnya. Bahkan sudah ada Natasya di sana.

MIPA VS AKUNTANSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang