17. Perihal Perasaan

377 43 1
                                    

Gadis dengan seragam biru muda yang senada juga dengan bandananya sedang memilah-milah roti mana yang akan ia boyong pulang. Gadis itu menjentikkan jarinya di dagu hanya karena bingung memilih roti.

"Yang ini apa yang ini, ya?" tanya gadis itu pada dirinya sendiri. "Ini aja deh, yang gak ada kulitnya," lanjutnya yang langsung mengambil lima bungkus roti tawar senada dengan yang ia pilih, roti tawar tanpa kulit.

Remaja perempuan yang memakai jam tangan berwarna putih itu melihat selai yang akan ia pilih juga. Ada banyak varian selai di sana, ada cokelat, kacang, nanas, strawberry, blueberry, dan ada juga keju parut.

"Cokelat keju aja kali ya?" tanya Ivy pada dirinya sendiri. Ya, gadis yang sedari tadi memilih jajanan di mini market itu adalah Ivy.

Ivy memang sedang belanja di mini market karena stok di kulkas mininya habis dan Mbok Darmi sedang tidak bisa membelikannya jajanan, alhasil seperti ini, Ivy membeli jajan sendiri.

Tanpa berpikir panjang lagi, Ivy langsung memasukkan apa yang terlintas di matanya, semuanya, apa saja, suka tidak suka ia ambil tanpa memikirkan harga atau apapun. Bodo amat jika uangnya habis, bodo amat jika nantinya tidak dimakan, Ivy memang sedang ingin boros hari ini, lagian masih banyak tabungan yang gadis itu miliki.

Setelah merasa cukup dengan roti tawar tanpa kulit dan selai cokelat serta toping keju, Ivy langsung melangkahkan kakinya menuju ke tempat di mana jajanan ringan tersedia, gadis itu membeli banyak jajanan, dari jajanan berbahan dasar keju, jajanan berbahan dasar cokelat, snack ringan olahan kentang, singkong, semuanya. Tak lupa juga Ivy memasukkan popcorn favoritnya ke dalam keranjang.

Mata gadis itu melihat seorang pria tampan yang memang sangat familiar di matanya. Itu pasti seseorang yang ia pikirkan akhir-akhir ini. Ivy yakin.

"Hai, Vin!" sapa Ivy yang mendekati Ravin di depan lemari es mini market, sontak yang disapa langsung membalikkan badannya melihat Ivy.

Ravin sangat terkejut saat ia melihat gadisnya itu berada di hadapannya, ah ralat, gadis yang ia sayangi sejauh ini.

"Hai, Vy! Kamu ada di sini juga?" tanya Ravin yang mengambil beberapa minuman dingin dan memasukkan ke dalam keranjang.

"Iya, tadi lagi pilih-pilih jajan dan gak sengaja liat kamu di sini. Udah lama ya kita gak ketemu," ujar Ivy mengungkit tentang pertemuannya dengan Ravin yang memang sudah lama, mungkin dua minggu yang lalu.

Ravin mengangguk setuju. Pria tampan itu memang tidak pernah menghubungi Ivy lagi karena ingin memberikan sedikit celah sebelum gas pol. Ravin sudah yakin sekarang, ia sudah yakin untuk melakukan apa dengan bukti memperjuangkan cintanya. Ravin harus berani.

"Iya, Vy. Sorry banget gak pernah hubungi kamu lagi ya," ujar Ravin tak enak hati kepada Ivy, padahal Ivy tidak sedang membahas Ravin yang tak menghubunginya lagi. Ivy sedang membahas pertemuan terakhir.

"Ah iya, gapapa kok. Kamu udah selesai beli belanjanya? Kalau udah bisa ke kasir bareng?" tanya Ivy yang ingin berbicara dengan Ravin saat keluar dari mini market. "Kebetulan ada yang mau aku omongin sama kamu."

Ravin langsung tersadar, inilah saatnya Ravin membicarakan segalanya kepada Ivy. Inilah saatnya Ravin menceritakan segalanya. "Udah kok, ayo."

***

Ravin dan Ivy sedang berada di kedai mie ayam saat ini, mereka sedang menikmati satu porsi mie ayam dengan pangsit dan satu gelas es teh manis.

"Sebenarnya ada yang mau aku omongin juga sama kamu, Vy. Ada hal penting yang emang harus kita bahas," ujar Ravin sesudah meminum es teh manisnya.

Ivy mengerjapkan matanya paham. "Bahas apa, Vin? Aku siap dengerin kok," sahut Ivy yang masih asik dengan satu porsi mie ayamnya.

"Kamu tau kalau aku suka sama kamu kan, Vy? Jauh sebelum kita berada di bangku putih abu-abu, jauh sebelum kita lulus dari SMP Bintang, jauh sebelum reuni itu, jauh sebelum kita sejauh ini."

DEG!!!

Ivy paham bahasan yang Ravin maksud adalah bahasan yang selama ini ia dengar dari Bening dan Kayla. Kata Bening dan Kayla, Ivy tidak boleh menggantungkan hubungannya dengan Ravin, padahal Ivy sama sekali tidak menggantungkan hubungan.

Lagian ia dan Ravin belum terikat hubungan apapun, jadi apa yang harus ia gantung?

"Aku tau itu semua, Vin." Ivy langsung menundukkan kepalanya. Ia tak tahu dengan hatinya, ada perasaan yang berdegup kencang saat Ravin mengatakan demikian, Ivy sama sekali tidak tahu itu perasaan apa.

Jika kalian bertanya apakah Ivy menyukai Ravin atau tidak, maka jawabannya adalah tidak tahu. Ivy tidak tahu dengan hatinya, Ivy tidak tahu dengan segala yang hatinya rasakan.

Lain halnya dengan Ravin, ia memang ingin mengikat Ivy setelah ia sukses nanti, ia memang ingin mengikat Ivy ke jenjang yang lebih serius saat sudah sukses, tapi ucapan Aksa ada benarnya, Ravin bisa terlambat jika menunggu semua itu terjadi. Ivy bisa memiliki pria lain saat Ravin sedang bekerja keras untuk menggapai itu semua.

"Gue tau sama semua yang lo inginkan, bagus emang kalau lo mau serius sama Ivy saat lo udah sukses, tapi apa lo gak memikirkan berapa lama waktu yang lo tempuh untuk menuju kesuksesan itu? Lo bisa memakan waktu bertahun-tahun, dan Ivy bisa aja pergi di saat itu semua, Ivy bisa aja menemukan pria lain di saat lo sedang memperjuangkan itu semua. Seperti yang lo omongin, Ivy itu nyaris sempurna, semua orang bisa berlomba-lomba mengikat Ivy. Setidaknya yang harus lo lakuin sekarang adalah meyakinkan Ivy, setidaknya yang lo lakuin sekarang adalah mengetahui apakah Ivy membalas perasaan lo atau tidak."

Kalimat yang terlontar dari mulut Aksa itu membuat Ravin sadar. Lagian apa salahnya menginginkan perasaan Ivy kepadanya? Ravin juga berjanji akan memperjuangkan Ivy jika gadis itu menerimanya.

"Aku gak akan nembak kamu sekarang, Vy. Aku gak akan mengikat kamu dengan sesingkat ini. Aku cuma mau tau perasaan kamu ke aku gimana, aku cuma mau tau apakah cinta yang selama ini aku rasakan ke kamu berbalas atau enggak." Ravin langsung mengungkapkan apa yang memang akan ia ungkapkan. Ia tak mau Ivy banyak memikirkan hal yang tidak-tidak, seperti Ravin yang menembaknya, or something.

Ivy menggigit bibir bawahnya. Gadis itu meremas ujung roknya dengan sangat keras. Ivy tidak tahu harus berbuat apa, Tuhan!

"Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya setelah mengetahui perasaan aku?" tanya Ivy yang sudah sangat bisa Ravin tebak, Ivy memang gadis pandai, ia memikirkan langkah ke depan, bukan cuma langkah saat ini saja.

"Kalau kamu emang membalas perasaanku, aku akan berjuang demi kamu, aku akan mengubah nasibku, aku akan mengikat kamu setelah aku sukses. Ini emang masih sangat jauh untuk kita yang baru menginjakkan kaki di bangku putih abu-abu, tapi aku sama sekali gak suka main-main, Vy. Prioritasku sekarang adalah kesuksesan, dan kalau kamu membalas perasaanku, kamu akan menjadi tujuan di balik prioritas itu. Tapi kalau kamu menolak itu semua, gak ada apa-apa, sih. Aku akan berusaha mengikhlaskan kamu."

Ivy semakin meremas ujung roknya. Sebenarnya perasaan Ivy ini bagaimana? Sebenarnya rasanya jatuh cinta itu bagaimana? Ivy sama sekali tidak mengetahui itu semua. Apakah ada tanda-tanda khusus saat kita merasakan jatuh cinta?

Ivy memberanikan dirinya untuk memegang tangan Ravin sesaat. "Emm sebenarnya perasaanku ...."

***

Hai, Guys! Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, dan selamat malam buat kalian semua yang baca part ini!

Hayoloh perasaan Ivy gimana nih? Suka gak ya ke Ravin?

Sampai bertemu di part selanjutnya!

Xoxo,

Luthfi Septihana🌹

MIPA VS AKUNTANSIWhere stories live. Discover now