Chapter 13. Kejailan Jefri.

52 5 0
                                    

Jefri sudah berlalu jauh mengendarai motornya hendak berkumpul dengan teman-teman gengnya di markas. Laura yang mengetahui itu langsung bersiap di kamarnya lalu meraih tas kecil yang biasa ia bawa keluar.

Ia hendak ke rumah seseorang yang ada di pinggir jalan wilayah kompleks lain. Sampai di rumah itu, ia memakirkan mobil di teras rumah sederhana yang ada dekat pohon besar pinggir jalan.

"Tok ... tok ... tok, Assalamualaikum," sapa Laura mengetuk pintu dari luar.

"Waalaikum salam, siapa di luar?" Jawab orang dari dalam rumah yang enggan membukakan pintunya.

"Ini saya bu Laura dek," jawab Laura sambil memegangi tasnya.

Orang yang ada di dalam rumah itu ternyata Zhia yang saat itu sedang menonton tv sambil tiduran di sofa. Ia beranjak membuka pintu yang sedari tadi di ketuk.

"Bu Laura ada kepentingan apa kemari?" Tanya Zhia membuka pintu lebar.

"Saya mau bertemu ibu kamu boleh?" Pinta Laura sambil tersenyum.

"Yaudah silahkan masuk bu," jawab Zhia mendahului masuk rumah di buntuti Laura.

Zhia menghampiri ibunya di dapur meninggalkan Laura yang duduk di sofa ruang tamu. Usai ibunya dan Laura bertemu, Zhia bersiap membawa sekotak kue yang ibunya siapkan dan ia bawa berkeliling kompleks.

Zhia berteriak-teriak menjual kue yang ia bawa sambil terus berkiling kompleks.

"Kue ... kue ... kuenya pak bu," teriak Zhia mengedarkan pandangannya.

"Jangan di beli ya pak, bu. Kue buatan Zhi basi," sahut Jefri yang mengendarai montor di sampingnya.

"Ih kakak apaan sih, jangan gitu dong kan nanti dan seterusnya kue aku gak laku. Trus yang di marahin ibu, aku kak!" Omel Zhia melirik tajam Jefri yang tersenyum licik di sampingnya.

"Hehe, sorry lah Zhi aku cuma iseng aja. Sebagai permintaan maaf gue gimana kalo gue borong semua kue lo? Mau ape kagak?" Bujuk Jefri menghentikan motornya lalu duduk bersila di atasnya.

"Boleh tapi kakak harus penuhi syarat dari aku," tantang Zhia menaikkan alisnya dua kali.

"Dih pake syarat segala, emang apaan?" Tanya Jefri penasaran.

Zhia menggerakkan kepalanya kedepan pertanda ia menyuruh Jefri untuk mengikutinya, ia terus berjalan menuju gubuk kecil yang biasa ia gunakan untuk membuat kue. Tepatnya di belakang rumahnya.

Sampai di gubuk itu, Jefri mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat. "Ah, masa iya ini rumahnya si Zhi, eh tapi kenapa sekarang gue manggilnya Zhi. Kan biasanya cewe kampungan." gumam Jefri dalam batin.

Zhia membuka pintu gubuk itu pelan lalu mendongak ke arah Jefri di belakanganya. Ia tersenyum tipis melihat Jefri yang keheranan melihat gubuk miliknya.

"Eh cewe kampungan! Tempat apa nih? Sebenarnya lu mau kasih tantangan apasih sampe ngajak gue ke tempat seburuk ini?" Tanya Jefri mulai kasar.

"Mulai deh ngehinanya, haduh gue paling gak suka kalo si Japri sifatnya kek gini nih. Ingin gue becek-becek," gumam Zhia dalam batin.

"Woy! Gua nanya njeng bukan cerita, di jawab kek jan diem bae," teriak Jefri mengageti Zhia yang tengah terdiam.

"Sini," umpat Zhia pendek menarik tangan Jefri memasuki gubuk itu.

Ia mendudukkan Jefri di kursi yang tersedia, di atas meja terdapat tepung, telur, pengaduk adonan, cream dan alat-alat lain untuk membuat kue. Sementara itu, Jefri yang melihat semua bahan di depannya sambil bergidik pelan.

"Syaratnya kakak harus bisa buat kue seenak buatanku sama ibu, kalo gak bisa. Kakak harus jualin kue itu keliling dan gak boleh di borong," ucap Zhia menggebrak meja pelan.

"Lah kok gitu sih, gue kan bukan Chef mana bisa buat kue. Dahlah gue nyerah," sahut Jefri mengangkat kedua tangannya.

"Gak ada penolakan, cepat kerjakan!" Timpal Zhia meninggalkan Jefri sendirian.

Jefri bingung mau memulainya darimana namun daripada gak selesai-selesai urusannya sama tuh cewe jadinya dia mencoba buat sebisanya. Ia mencicipi satu roti yang Zhia letakkan tak jauh darinya lalu dia mulai membuat adonan kue.

Setelah semua adonan tercampur jadi satu ia memasukkan adonan pada oven lalu ia tunggu sebentar. Usai kuenya jadi, ia memotong menjadi berlapis-lapis dan di sajikan di mangkuk bundar yang tersedia.

"Cewe kampungan di mana lo! Udah jadi nih sesuai permintaan lo," panggil Jefri sambil berteriak.

Zhia yang sedari tadi mengintip sari luar langsung masuk dan menghampiri Jefri. Ia membenahi bajunya lalu berdehem kecil melipat tangannya di depan dada.

"Ekhem, bagus udah selesai dalam waktu ya cukup singkat. Gue cobain ya," ucap Zhia penih gaya menggarpu kue yang di sajikan lalu ia cicipi.

Zhia memasamkan mukanya mengeluarkan kue yang bersa di mulutnya, ia nampak tidak suak dengan apa yang ia makan. Jefri yang melihat itu mulai panik.

"Kok gini sih rasanya, gak kamu kasih gula? Hambar banget ini mah," protes Zhia membersihkan mulutnya dengan tissue.

Jefri membuang nafas kasar sambil memutar bola matanya sebal, ia tau kalo ini hanyalah umpan licik Zhia saja supaya ia mau menjualkan kuenya.

"Tapi gapapa, aku tadi emang sengaja gak sediain. Lain kali jangan jahil ya kak, aku gak suka," ucap Zhia tersenyum ke arah Jefri yang menunduk.

Jefri tak menghiraukan omongan Zhia, ia pergi begitu saja berjalan menghampiri motornya yang ia parkirkan pinggir jalan. Zhia uang melihat itu hanya tersenyum kecut, emang susah ya kalo memberi pelajaran pada orang lain.

Ia kembali menjualkan kuenya tadi. Ketika sore, Zhia termenung di dalam kamar tepatnya menghadap jendela, sesekali ia tersenyum mengingat tingkah Jefri yang kadang baik kadang jahat. Kadang ngeselin jugak.

"Makluk macam apa sih dia kok bisa ngeselin banget," gumam Zhia tersenyum pelan.

Sementara itu, Jefri berkumpul bersama ketiga temannya di dalam markas. Angel sibuk bergaya dengan motornya mencoba semua gaya.

Dari mengangkat motor berdiri lalu ia lajukan kedepan mengitari ban bekal motor yang berada di tengah lalu motor di berdirikan bagian belakang berjalan kedepan. Ia juga berdiri di atas motor yanh berjalan lurus.

Ia melaju kencang menjauhi markas, berputar-putar dengan bertumpu sati kaki, lalu berhenti di pinggir jalan sambil ngos-ngosan melepas helmnya dan mengibas-ngibaskan rambutnya.

Usai istirahat beberapa menit, ia krmbali memakai helmnya lalu kembali ke markas menghampiri teman-temannya yang sibuk sendiri-sendiri.

"Wih mbak jagonya dah puas mencoba semua gaya?" Tanya Jefri menaikkan alis sebelah.

"Udah," jawab Angel duduk di samping Aldi.

"Gimana-gimana? Menguras tenaga gak sih . Kalo gue sih iya tapi ntah lah kalo elu," tanya Krish di sampingnya.

"Bangke, nguras tenaga banget ampe gue istirahat di piggir jalan tapi gapapa. Seru," jawab Angel menampakkan giginya.

Bersambung

KADJA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang