Chapter 32. Luar Kota

34 3 0
                                    

Semua barang sudah di tata rapi dalam satu koper, untuk sehari ke depan. Jefri dan Zhia hendak menghabiskan waktunya ke Villa yang berada cukup jauh dari apartemen. Di sana juga terkesan pemandangan yang indah ketika senja, apalagi jika di lihat dari tingkat atas pasti akan lebih puas. Selesai di kamar, Zhia membawa koper itu keluar kamar menghampiri Jefri yang sedang jinak bermain ponsel di ruang tamu. Dia menyapa sambil duduk di samping suaminya itu, kelihatannya Jefri terlalu fokus dengan benda kecil persegi panjang di tangannya hingga di sapa membuat dia terlonjak. Mendatarkan senyumnnya lalu meraih jus jambu milik Jefri, Zhia terkekeh melihat tingkah suaminya yang setiap kali bikin gemaz apalagi kalau dia repot. Jangankan bantu, peduli saja tidak.

"Semua barang sudah siap kan dek?" Tanya Jefri tanpa menghiraukan Zhia di sampingnya.

"Sudah, bdw makasih lo jusnya enak," sahut Zhia menunjukkan jus milik Jefri yang dia pegang. Mulanya penuh tapi srkarang tinggal setengah.

Mengetahui itu, tangan Jefri hendak merebut Jus itu sambil memberontak tidak terima."Woe itu jus aku, kenapa jadi kamu yang habisin dek? Mulai nakal nih ya!"

"Enggak kok bang, tapi kalau mau ambil aja dari tangan adek. Wlek," ejek Zhia meninggikan gelas berisi jus itu dan selalu menjauh ke belakang ketika tangannya Jefri berusaha merebut.

Kesal karena tidak berhasil meraih jus miliknya dengan tangan, Jefri mengikuti gerak kemana pun jus itu di jauhkan darinya hingga Zhia terus menarik ke belakang membuat Jefri jatuh ke pelukan karena tangan kekar yang ternyata tak panjang itu tidak sampai untuk meraih jusnya. Mereka berdua saling bertemu pandang, tampak bintang-bintang di antara rembulan sedang tersenyum di bola mata biru milik Zhia. Jefri mengerti bahwa Zhia bahagia berada di dekatnya, begitu juga dengannya. Sementara Zhia merasa banyak balon love sedang berterbangan di langit cerah dalam bola mata kecoklatan milik Jefri. Hal itu berarti, Jefri sangat mengharapkan hal ini bisa terjadi berulang kali.

Tidak ingin membuang waktu, Zhia mendorong Jefri dari hadapannya untuk sedikit menjauh. Dia kembali duduk di sofa sambil meletakkan tas di atas pangkuannya, entah mengapa Zhia merasa sangat bahagia bercampur malu sesaat ketika Jefri jatuh ke pelukannya. Seluruh tubuh bergetar, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, pikiran dia tak karuan hingga tingkahnya pun salah di depan suami. Panggilan lembut Jefri membuyarkan Zhia yang hanyut dalam lamunan. Dia langsung berdiri refleks kaget karena di panggil, Jefri terkikik pelan melihat tingkah istrinya itu. Dia mengajak Zhia untuk segera berangkat sebelum sore. Hanya sebatas anggukan yang bisa Zhia berikan, kikikan Jefri membuat dia malu karena ulahnya sendiri.

Melaju kencang, mobil berwarna biru tua itu mulai meninggalkan apartemen.
Hari ini waktu untuk berduaan dengan pasangan bagi Jefri, dia menyiapkan segala sesuatu untuk menghabiskan hari bersama Zhia. Selama menikah, mereka tidak terlalu dekat. Hanya sebatas kakak kelas dengan adek kelasnya saja, Zhia menjalankan kewajibannya sebagai istri sementara Jefri tidak pernah menuntut sesuatu dari Zhia. Di dalam mobil, Zhia hanya memandangi pemandangan dari jendela. Mereka saling terdiam tanpa ada yang mau mengajak berbicara hingga Jefri membuka suara karena dia mengerti bahwa cewe kadang canggung untuk mengajak bicara duluan.

"Maafin abang ya dek, selama kamu menikah dengan abang. Abang gak pernah manjain adek," ucap Jefri salah satu tangannya memegang tangan Zhia yang tergeletak tak jauh darinya.

"Bang, bagi Zhia suatu pernikahan tidak hanya sebatas jalan-jalan atau liburan, romantis-romantisan atau sebagainya. Pernikahan itu ikatan suci yang harus di jaga bersama, kuncinya adalah tanggung jawab oleh keduanya," tutur Zhia seakan berpengalaman sambil mengulurkan senyum ke arah Jefri.

"Iya dek, maafin abang belum bisa nafkahin kamu seperti si Dhika. Abang janji bakal berusaha bahagiain kamu," timpal Jefri sesekali memandang ke arah Zhia.

Senyuman terulur dari mulut tipis Zhia, dia yakin ini adalah lembaran baru bagi kehidupannya. Dengan adanya cinta untuk Jefri di hatinya, dia merasa hidupnya sudah lengkap dan selalu bahagia. Sampai di Villa mini tapi begitu mewah, Zhia turun di bukakan pintunya oleh Jefri. Mereka hari ini tampak mesra seperti pengantin baru padahal Zhia dan Jefri nikah sudah cukup lama, menenteng tas di pundak sambil berpegangan tangan. Jefri dan Zhia memasuki Villa bersama, mereka juga saling mengulurkan senyum pada satu sama lain. Zhia merapatkan kakinya di atas sofa, menghempas lelah namun Jefri malah memanfaatkan hal ini. Dia membaringkan tubuh lalu meletakkan kepalanya di pangkuan Zhia membuat istrinya itu memakukan pandangan padanya.

Besitan ide jahil menodai benak Zhia yang masih polos. Dia memanggil Jefri dengan sebutan mas manja, hal itu membuat raut wajah yang ada di pangkuan seketika cemberut dan membuang muka ke arah lain. Jefri tidak menyangka akan di jahili seperti ini dengan Zhia, padahal kan dia mau di manjain malah di panggil mas manja. Bangun dari berbaring, dia tetap membuang muka sambil duduk agak di beri jarak dari Zhia, merasa Jefri mulai marah. Zhia mengeser tempat duduknya lebih dekat dengan Jefri, dia menumpukan kedua tangan ke lengan suaminya itu sambil mengembangkan senyum. Dia minta maaf lalu meletakkan kepalanya di pundak Jefri, tentu saja suaminya itu tidak jadi marah akan sikap manjanya.

Hasil gambar muncul di layar kamera ponsel Zhia, dia telah memotret beberapa obyek pemandangan di sekitar Villa mulai dari bunga hingga ke belakang rumah. Di sana ada tempat yang bagus untuk foto-foto membuat Zhia enggan pergi dari sana walaupun hari sudah sore. Dari dalam rumah, Jefri memakai baju serba hitam dengan kacamata yang juga hitam datang merangkul Zhia dari belakang, dia ingin ikut serta dalam berfoto dengan istrinya itu. Beberapa tempat sudah di abadikan mejadi momen mereka dan semua di post ke instagram masing-masing. Di kolom komentar banyak yang bilang semakin kesini semakin mesra, ada juga yang mendoakan semoga segera memiliki momongan.

Zhia tersenyum membaca itu semua, Jefri datang dari dalam membawa dua gelas susu untuk di nikmati berdua. Malam-malam gini pasti hangat jika minum susu panas. Dia bahagia sekali seakan hidupnya sudah benar-benar sempurna dengan cinta yang ada, segelas susu hangat itu di ambil olehnya lalu dia mengecup pipi mulus milik Jefri sambil membisikkan sesuatu di telinganya."Jangan tinggalkan aku," bisik Zhia sambil tersenyum, hal itu tidak di tanggapi oleh Jefri hanya uluran senyum. Mereka menghabiskan malam dengan membuat api unggun di belakang rumah.

Bersambung

KADJA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang