Chapter 44. Bertemu kembali

37 2 0
                                    

Satu kursi panjang berwarna putih berada di tengah-tengah tumbuhan bunga bermacam warna, langkah kaki menjelajahi taman yang begitu luas. Belum pernah selama hidupnya melihat taman seindah tempat ini, Zhia memandang sekeliling dengan mata berbinar-binar sambil sesekali berhenti untuk menghirup harum bunga yang tumbuh bermekaran. Baunya harum melebihi kasturi, membuat dia ingin  berlama-lama di sini. Saat Zhia hendak mengalihkan pandangan, dia tak sengaja melihat ada orang duduk di atas kursi panjang berwarna putih itu. Dari belakang seperti Jefri, jaket yang di pakai adalah jaket khas Geng Kadja. Rambutnya juga acak-acakan persis kayak rambutnya Jefri, orang itu membuat Zhia penasaran.

Semua keindahan yang di nikmati menjadi hambar karena orang mirip Jefri itu, dia melangkahkan kaki mendekati orang tersebut dengan perlahan-lahan. Seketika Zhia membelalakan matanya saat tau orang di atas kursi panjang bercat putih adalah Jefri, tapi mana mungkin ini terjadi. Dia tau betul kalau suaminya sudah tiada, bahkan permintaan terakhir darinya sudah terlaksana. Jefri merentangkan tangan ke arah Zhia seakan dia ingin memeluknya, membuat Zhia dalam di lema. Ingin sekali jatuh dalam pelukan hangat almarhum suaminya tapi apakah bisa, belum sempat memilih keputusan. Tubuhnya zudah berada dalam dekapan hangat yang selama ini sangat di rindukan, Jefri mendekap Zhia kuat dengan senyum mengembang.

Dekapan ini masih sama seperti dulu, yang membuatnya jatuh cinta pada Jefri dari dulu sampai sekarang. Zhia hanyut dalam kenyamanan hingga dia lupa bahwa laki-laki pendekapnya sudah tiada. Jefri merasa sudah selesai melepas rindu, dia melepas pelukannya lalu menumpukkan kedua telapak tangan pada kedua lengan Zhia.

"Zhia istri abang, kamu cantik banget pake hijab dan sekarang kamu juga sudah menjadi Leaders Geng Kadja gantiin abang. Makasih ya udah jadi Leaders yang baik, sekarang saatnya kamu jadi istri yang baik buat suami baru kamu. Abang tau, kalau move on itu gak semudah balikin telapak tangan tapi kamu juga harus tau posisi. Sekarang kamu istrinya Krish dan cinta kamu masih buat abang? Apa kamu gak mikirin bagaimana perasaan Krish? Abang mohon, cintai Krish seperti kamu mencintai abang," ucap Jefri panjang lebar sambil salah satu tangannya membelai pipi Zhia.

"Akan aku usahakan, abang jangan khawatir sama semua yang abang miliki di dunia ini. Zhia akan urus dengan baik, termasuk orang tua abang," sahut Zhia tersenyum gembira.

"Iya, abang percaya sama kamu," timpal Jefri mengulurkan senyum dengan belaian yang tak kunjung turun dari pipinya Zhia.

Tiba-tiba Jefri menghilang entah kemana, membuat Zhia kebingungan. Dia memanggil nama Jefri berulang kali namun tak kunjung ada jawaban, persekitaran mulanya terang menjadi gelap dan berangsur semakin gelap seakan menenggelamkan. Zhia bertambah bungung, seakan jatuh dalam jurang. Dia berteriak kencang sampai dia kembali melihat kamarnya sendiri, tidak ada apa-apa malah Krish kebangun karena teriakannya. Zhia tersenyum malu, sebelum Krish bertanya akan apa yang terjadi. Dia terlebih dahulu menjelaskan bahwa dirinya mimpi buruk membuat Krish ber "o," kecil, suaminya bukan balik tidur malah mengajaknya sholat subuh karena kebetulan sudah masuk waktu subuh. Zhia hanya bisa mengangguk, diam-diam dia mengagumi sosok Krish. Selain pemberani juga sholeh, gak salah kalau Jefri ingin dia mencintainya.

Berdua dalam ruangan minimalis, mereka berdua shalat berjamaah. Momen ini berhasil membuat Zhia merasa bahagia sekaligus bersalah, dia bahagia karena setiap masuk salat selalu di ajak berjamaah dengannya menunjukkan bahwa Krish menjadi iman yang baik. Disisi lain juga merasa bersalah sebab dia menganggap Krish adalah suami di atas kertas sementara Krish mencintainya tanpa batas, beberapa waktu belalu, mereka sekarang berada di ruang tamu sedang menikamti makan siang. Hari ini bahan makananya habis jadi sarapan hanya dengan roti berlapis selai anggur dan  strawberry, begitu saja sudah bisa mengganjal perut dua pasangan remaja itu.

"Kak, saat aku berteriak kencang tadi sebenarnya bukan mimpi buruk tapi aku sedang bermimpi bertemu bang Jefri, dia berterimakasih padaku karena telah menjadi Leaders yang baik bagi Geng Kadja. Aku menyuruhnya untuk tidak khawatir tentang semua miliknya di dunia karena aku akan menjaga dengan baik, kalo nanti ziarah ke makamnya Bang Jefri, apa kakak mau mengantarkan aku?" Tanya Zhia lalu mengigit roti sebelah.

"Apakah Jefri terlihat bahagia? Apa di baik-baik saja? Jujur, aku sangat merindukannya," sahut Krish balik bertanya secara bertubi-tubi.

"Dia baik-baik saja kak, sekarang jawab pertanyaanku, apa kakak bisa mengantarkanku ziarah ke makamnya Bang Jefri?" Timpal Zhia menatap Krish penuh tanya.

"Aku selalu siap mengantarmu kemana saja nona," ucap Krish sambil merentangkan kedua tangan dan mengulurkan senyum.

Tingkah laku suaminya membuat dia tertawa kecil, padahal Zhia pikir Krish adalah orang yang tidak bisa bercanda karena terlalu tegas ternyata salah. Dia juga pandai dalam membuatnya tertawa, selepas sarapan di ruang tamu. Mereka berdua berangkat hendak ziarah ke kuburan Jefri, Zhia nampak sudah dapat menyesuaikan dengan Krish setelah sekian lama canggung meski sudah tinggal se rumah.  Burung-burung merpati mengiringi di sepanjang jalan, terbang kesana kemari seakan pengawal yang siap melindungi. Pepohonan berjajar sepanjang jalan, rimbun dengan bunga-bunga bermekaran. Hari ini beda dari biasanya, dunia sangat bahagia bahkan mentari merayakan kebahagiaannya.

Setibanya di kuburan, Zhia dan Krish berjalan ke tempat peristirahatan Jefri dengan membawa sekeranjang bunga mawar yang terpilah pilah. Zhia meletakkan seikat bunga di depan nissan lalu menaburkan bunga mawar. Mereka berdua mendoakan Jefri bersama-sama, setelah ziarahnya selesai. Krish dan Zhia hanya saling terdiam, tidak ada yang menyapa atau mengajak bicara hingga Zhia berhenti di depan pintu gerbang pemakaman, dia memandang suaminya yang ikut menghentikan langkah. Mungkin ini masa untuk menyampaikan perminta maafan pada Krish karena belum bisa menjadi pendamping yang baik.

"Bang Krish, maafin aku ya karena  belum bisa menjadi istri yang baik buat abang. Aku tau betul bagaimana hancurnya perasaan abang karena aku sebagai istri masih mencintai almarhum suamiku, harusnya aku amat beruntung mendapatkan suami seperti kamu bang. Selain bertanggung jawab, kamu juga meluruhkan perhatian dan cintamu padaku, mulai sekarang Zhia juga akan belajar mencitai abang ," ucap Zhia membelai pipi Krish dengan salah satu telapak tangannya.

"Abang? Ah, aku sangat bahagia di panggil abang sama kamu Zhi. Hati ini tidak pernah hancur untuk wanita, apalagi sepesial sepertimu. Aku luruhkan perhatian karena sesungguhnya wanita ingin di perhatikan, memang awalnya tidak ada rasa cinta untuk kamu tapi karena terbiasa makanya aku bisa mencintaimu. Hancurnya hati bukan karena tak di cintai, tapi juga di tinggal pergi jadi selama istriku cantik ini ada untuk mendampingiku. Maka selama itulah hatikku takkan hancur," sahut Krish memegang telapak tangan Zhia dengan erat.

Serasa terbang di awang-awang Zhia mendengar jawaban itu, baru kali ini di jadikan ratu dalam hidup seseorang. Padahal kebahagiaanya cukup bersama pasangan tapi Tuhan memberikannya lebih, Zhia jatuh ke pelukan Krish yang ternyata lebih hangat di banding almarhum suaminya. Bahkan hangatnya api unggun kalah dengan hangatnya dekapan Krish.

               Bersambung

KADJA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang