Chapter 35. pesan terakhir

54 2 0
                                    

Berpakaian serba hitam keluarga, kerabat dan semua anggota Geng Kadja mengantarkan jenazah Jefri ke tempat peristirahatan terakhirnya. Harusnya sudah dari kemaren jenazah Jefri di makamkan tapi Zhia minta di inapkan jadi pihak keluarga tidak bisa melarang, sehari kemaren terasa begitu panjang bagi Zhia. Dia menghabiskan siang hingga malam berdua dengan jenazah suaminya, semuanya mimpi dan bisa berubah ketika membuka mata begitu bisikan Zhia pada telinga Jefri sambil memegang tangan kekar yang sudah mendingin. Kenyataan pahit yang menimpanya tidak bisa dia terima begitu saja, apalagi cinta mereka berdua baru saja tumbuh. Harusnya ini adalah saat-saat bahagia berbagi cinta tapi malah di gulir oleh duka mendalam yang menyesakkan dada, Kini Zhia tengah terisak-isak dalam pelukan ibunya.

Memeluk Jac erat-erat, Laura masih tidak bisa menerima kenyataan yang ada bahwa putra semata wayangnya sudah tiada. Saat mendengar kabar ini kemaren, dia langsung terkulai pingsan di lantai. Begitu juga Jac yang sedang bekerja di kantor, mendapat berita bahwa Jefri kecelakaan dan meninggal. Seperti ada yang mematahkan hatinya menjadi dua, tapi dia tetap tenang walaupun matanya tidak dapat menyembunyikan kesedihan. Di sudut mata menitikkan air mata dan mengalir tanpa aba-aba di pipi Jac, selesai di makamkan oleh para warga setempat. Jefri di doakan oleh semua yang hadir di pemakaman dengan pimpinan pak ustadz, para warga berhamburan pulang setelah prosesi pemakaman selesai. Sekarang hanya keluarga dan anggota Geng Kadja yang masih ada di pemakaman itu.

Masih di selimuti rasa tidak percaya, Zhia memandang nissan yang bertuliskan"JEFRI ALFARIZI BIN JACCANAL," dengan lekat. Suami yang kemaren lusa masih sempat membuat dirinya tertawa, kini jiwanya sudah di telan bumi dengan taburan bunga mawar yang masih wangi. Zhia menekuk lutut, dia menaburi bunga di atas makam dengan luncuran air mata membasahi pipinya. Rohana juga menekuk lutut di belakang Zhia, dia memegang kedua lengan putrinya.

"Nak, ikhlaskan suamimu tenang di alam sana. Jangan terlalu menangisi kepergiannya, sekarang kita balik ya sayang," tutur Rohana membujuk Zhia yang terdiam.

Anggukan nampak dari kepala Zhia yang terbalut hijab, dia berdiri di bantu Rohana."Semua sudah terjadi, tidak perlu di sesali. Lebih baik menjadi diri yang lebih baik lagi," gumam batin Zhia sambil berjalan mengikuti keluarga dan teman-teman lainnya berjalan pulang dari belakang. Jarak apartemen Zhia cukup jauh dari pemakaman tapi masih busa di tempuh dengan berjalan kaki, sesampainya di sana. Dhika, Krish, Aldi, Angel dan Zhia berkumpul di ruang tamu menghempas lelah, mereka hanya terdiam satu sama lain menyesapi kesedihan masing-masing. Hari ini rencananya Angel akan menginap di apartemen Zhia untuk menemaninya melewati malam ini, dia juga sudah diizinkan oleh Dhika. Karena suasana masih hening, Krish pamit pada teman lainnya untuk istirahat di kamar tamu yanga ada.

Mendengar itu Zhia menunjukkan letak kamar tamu di apartemennya pada Krish dengan petunjuk. Tersirat senyuman sekilas dari wajah Krish pertanda dia mengerti petunjuk yang Zhia jelaskan, dia pergi meninggalkan lima teman lainnya ke kamar tamu. Krish baru sadar kalo sebelum pertandingan kemaren, dia di beri surat oleh Jefri. Surat itu hanya boleh di buka setelah pertandingan selesai, dan masih bersarang di saku jaketnya. Mengingat itu, rasa penasaran yang sudah hilang dari kemaren. Sekarang kembali membuncah, dia mengambil surat itu dari sakunya lalu membuka perlahan.

"Krish, orang terbaik dan pemberani yang pernah gue kenal. Brader yang menjadi benteng Geng Kadja paling kuat, gue mau titipin Zhia ke lo karena cuma lo yang bisa jaga dia. Sayangi dengan sepenuh hati dan bahagiakan Zhia, karena gue sangat mencintai dia. Satu lagi, ini permintaan terakhir. Lo harus ngelaksain ini secepat mungkin supaya Zhia gak kesepian, gue minta lo nikahin Zhia. Belajarlah mencintai dia dengan setulus hati agar dia juga terbiasa sama elo,"

_JEFRI ALFARIZI_

Begitulah isi surat yang di berikan Jefri kemaren, air mata Krish turun ketika membaca itu. Rasa dalam hatinya campur aduk antara sedih, senang dan bingung. Dia sedih karena dalam surat itu, Jefri begitu memujinya. Senang karena mendapat amanah menjaga wanita sesempurna Zhia dan bingung bagaimana cara menyampaikan hal ini pada teman-temannya,suasan a masih dalam berduka. Krish menyampaikan pesan terakhir Jefri nanti saja setelah semua keadaan kembali normal, dia melipat kembali surat itu lalu di taruh dalam saku. Kedengarannya di luar sudah mulai ramai, Krish memicingkan senyum. Akhirnya suasana hening tadi bisa cair, dia bergegas pergi hendak bergabung dengan yang lainnya. Ruang tamu yang tadinya hening tidak ada suara, sekarang banyak canda tawa yang saling bersahutan.

"Wih enak nih jadi janda muda, dapet harta bisa kaya tanpa kerja," sindir Angel sambil menahan tawa.

"Apaan sih," sahut Zhia menyodokkan sikutnya ke lengan Angel yang meliriknya.

"Zhi gak buka gitu?" Tanya Dhika menampakkan gigi serinya ke arah Zhia.

"Buka apa?" Tanya Zhia menaikkan alisnya sebelah melirik Dhika.

"Buka hati untuk abang," jawab Dhika tersenyum lebar.

"Plakk!" Satu tamparan mendarat di pipi Dhika, bisa-bisanya dia merayu cewe lain di depan istrinya sendiri. Apa dia sudah tidak memiliki otak untuk berpikir panjang.

"Ahahaha, bisa buka kok bang. Buka acara tv yang berjudul azab suami genit," gelak Zhia sambil menutupi mulutnya.

"Nah gitu dong ketawa, jangan sedih mulu," timpal Angel memegang tangan Zhia.

"Bukannya masih marah sama bang Dhika? Lah kok?" Tanya Zhia keheranan.

"Alah, ini udah jadi rencana kami berdua untuk membuat kamu bisa tertawa lagi," jawab Angel merangkul Zhia.

Mereka berdua nampak seperti kakak dan adek, Zhia sudah menganggap Angel seperti kakaknya sendiri begitu juga dengan Angel yang siaga menaungi Zhia apapun keadaanya. Dari dalam, datang Rohana sedang membawa nampan berisi lima gelas teh hangat dan sepiring roti. Dia mempersilahkan teman-teman putrinya untuk menyantap makanan yang di hidangkan, lalu kembali ke dapur. Mereka semua melanjutkan perbincangan tak penting itu, Zhia mengambil satu roti sebagai awalan suoaya yang lainnya juga ikut mengambil. Benar saja, sepiring roti itu langsung di serbu Dhika, Aldi dan Angel yang kelihatannya terlalu suka dengan roti buatan ibu. Beberapa menit berlalu, piring wadah roti kosong. Sekarang mereka meminum teh bagiannya masing- masing, Krish yang biasanya nomor satu soal makanan apalagi makan bersama.

Kini dia terlihat lebih banyak diam dan tidak banyak menyahut obrolan teman lainnya, dia juga hanya menyeripit teh hangatnya sedikit. Mrrasakan aneh tentamg perubahan sifat Krish, Angel mencoba bertanya, siapa tau ada masalah. Mungkin dia bisa jadi tempat curhatnya tapi hanya gelengan yang dia dapat dari temannya yang satu itu.

Bersambung

KADJA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang