Chapter 28. tantangan sakral #Basket

49 2 0
                                    

Di lapangan basket, enam orang remaja yang sudah mengenakan seragam basket, masing-masing sedang berlatih.Angel dan Zhia menjadi cheerleader bersama cewek-cewek lainnya. Geng Cakrawala sedang bersiap di kelasnya, Geng Kadja tidak mau membuang waktu. Maka dari itu, mereka gunakan waktunya untuk latihan sebelum bertanding. Tadinya juga tidak boleh bertanding dengan kelas yang tidak ada jamnya olah raga tapi iarena Jefri terus memohon akhirnya di izinkan oleh pembina. Tidak berselang lama, Geng Cakrawala datang menggenakan seragam olahraga yang warnanya beda dari geng Kadja.

Permainan di mulai dengan wasit yang melempar koin ke atas, kini Axel yang menang dan Geng Cakrawala memulai permainan. Salah satu pemain geng Cakrawala memantulkan bola mendekati Jefri, Jefri mengatur taktik untuk merebut bola itu dengan menandangi dia agar tidak pergi dari hadapannya. Namun taktiknya gagal karena pemain itu lebih cerdik, pemain itu terus menggelindingkan bolanya ke arah Krish yang sudah siap menyerang.
Krish mengikuti setiap gerik pemain itu hingga dia kesulitan melewati Krish, tapi dia menunggu Krish lengah lalu membawa bola menghampiri Aldi yang menandangi dari depan ring. Aldi berhasil di buat bingung dengan gerakan cepat pemain mendrible bola ke kanan dan kiri lalu dia masukkan bola dalam ring, mencentak poin satu.

Mereka istirahat setelah permainan itu, Jefri duduk melingkar dengan yang lain mengatur taktik untuk menang babak terakhir ini. Jangan sampai geng Karja kalah dari tantangan licik ini, ujarnya Jefri yang antusias untuk memenangkan tantangan yang sakral ini karena dia tidao rela kalo Geng yang dia rakit dari masih polos ini di hina seenaknya oleh Geng brengsek gak punya aturan. Angel membagikan sebotol minuman pada para cowo yang duduk melingkar di pinggir lapangan dan memberikan semangat agar ambisinya Jefri tidak terlalu kaku dan bisa sedikit cair.

"Dengan kekompakan dan kerjasama yang baik antar pemain, gue yakin kalian pasti bisa menang. Kadja itu gak pernah nyerah sebelum menang," ucap Angel duduk di tengah-tengah Jefri dan Dhika.

"Setuju tuh Ngel, kita gak boleh di kalahin sama Geng brengsek itu," sahut Aldi smbil membasuh mukanya dengan air di dalam botol yang tadinya dia minum.

"Adek emang paling pintar kalo soal nasehatin," timpal Dhika merangkul Angel hangat.

"Yok waktu istirahat dah habis, semangat ... Semangat ... Semangat!" Teriak Jefri menghabiskan minumnya lalu berdiri di susul dengan Dhika, Aldi dan Krish yang juga berdiri.

Mereka menyatukan tangannya di tengah-tengah kerumunan lalu di angkat bersama-sama sambil berteriak
"KADJA, Kita Semua Keluarga," secara bersamaan. Empat cowo langsung mengambil bola memasuki lapangan, Krish mendrible bola sambil berlari ke salah satu pemain geng Cakrawala. Pemain itu sudah siap merebut bola, tangannya tidak diam, mengikuti bola kemana pun bergerak tapi hal itu sia-sia. Krish meneruskan berlari dan tidak berhenti mendrible bola ke arah pemain lainnya yang lebih dekat dengan ring, pemain itu mengunci geraknya Krish agar tidak bisa bergeser tapi dugaan pemain itu salah. Krish menerobos lewat kakinya yang melebar dan meneruskan kepemain lain yang ada tak jauh dari ring.

Tidak diam saja, Jefri juga ikut menyerang dari samping membantu Krish. Jefri mengalihkan perhatian pemain yang berdiri tidak jauh dari ring. Sementara Krish, mendrible bola sebentar dengan gaya kiri kanan lalu melompat, dia berhasil memasukkan bola dalam ring dan Krish kembali turun. Sorakan dari Angel dan Zhia bersama cheerleader lain memenuhi sesisi lapangan, Jefri mengangkat tangannya yang mengepal penuh kemenangan. Dhika, Aldi, Krish dan Jefri saling berpelukan menjadi satu.
Angel dan Zhia yang ada di pinggir lapangan berlari, mereka berdua ikut berpelukan. Puas berpelukan, mereka masih kumpul di pinggir lapangan menghempas lelah.

Zhia dan Angel hendak membelikan nasi bungkus dan es teh buat empat temannya yang lelah bertanding tapi Dhika melarang karena dia minta Krish untuk mentraktir hari ini. Sehabis ini kan sekolahan di pulangkan karena ada rapat jadi bisa untuk mampir ke cafe manapun.

"Eh, kok gue yang nraktir?" Sahut Krish menampakkan muka bingung.

"Ya kan lu yang menangin pertandingan ini, jangan pelit-pelit ama kita," timpal Dhika tersenyum lebar merangkul Jefri dan Angel.

"Yaudah iya, tapi jangan banyak-banyak. Bisa bangkrut dong gue," ucap Krish beranjak berdiri membuka dompetnya yang tebal.

"Yeay! Sama temen gak perlu itung- itungan. Ya nggak guys?" Teriak Angel girang langsung merangkul Krish sambil tersenyum girang.

"Setuju," jawab lainnya yang masih duduk di bawah.

Mendatarkan senyum sambil buang muka ke arah lain yang bisa Krish lakukan ketika mendengar ucapan Angel, dia berjalan duluan ke parkiran di buntuti lima teman lainnya. Mereka begitu semangat menerima traktiran darinya, sebaliknya dia malah berfirasat buruk bahwa teman-temanya akan pesan banyak makanan dan menghabiskan uang sakunya hari ini. Mengendarai motornya masing-masing dengan di pimpin Krish, Geng Kadja pulang dengan besorak kegirangan ada juga yang bernyanyi menunjukkan bahwa mereka sangat gembira hari ini. Lama menaiki motor menghabiskan panjangnya jalan, mereka sampai di cafe besar yang tidak pernah di kunjungin tapi sering di lalui mereka tidak sabar untuk mencoba menu-menu yang ada di situ.

Mereka memakirkan motornya di parkiran yang setara dengan enam ruang kelas itu dengan berjajar rapi. Turun secara bersamaan dan membuka helm, tampak kebiasaan mereka mengibaskan rambut setelah membuka helm yang cukup membuatnya engap di dalamnya. Bersama-sama masuk ke dalam cafe itu, Geng Kadja melihat persekitaran cafe itu yang sedikit berbeda dari yang biasa mereka kunjungi. Di pinggir-pinggiran tembok ada rak buku yang di tempelkan, di dalamnya terdapat banyak buku dengan berbagai judul. Di meja dekat pintu, Geng Kadja berkumpul di situ. Angel ke depan menghampiri pelayan untuk memesan makanan untuk semua teman-temannya.

Sambil menunggu makanan datang, jefri memutar musik dengan suara sedang supaya tidak menggangu pelanggan yang lain. Angel dan Zhia lebih memilih membaca buku yang tersedia. Tidak seperti pada dasarnya cewe yang suka membaca buku genre romance, Angel lebih suka yang genre mafia dan pembunuhan. Menurutnya itu seru dan menyenangkan walau kadang tegang di saat konflik, beda lagi dengan Zhia. Dia cenderung suka cerita yang tentang genre yang kayak nyemangatin orang atau menasehati orang lain, wonder woman dan sejenis kepahlawanan gitu. Tak berselang lama, pelayan datang membawa pesanan yang Angel pesan. Pesanannya begitu banyak hingga di antar tiga pelayan, makanan-makanannya memang lengkap tapi mejanya tidak cukup untuk menampung semua makanan di atas meja. Krish yang melihat itu mendadak panik tidak bisa membayar semua tagihannya.

Bersambung

KADJA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang